Beijing (ANTARA) - Sedikitnya 27 orang hilang setelah kapal derek tenggelam di perairan lepas pantai Provinsi Guangdong di wilayah selatan China akibat dihempas badai Chaba, Sabtu (2/7).

Sistem monitor mendeteksi jangkar kapal dalam bahaya setelah rantai tambat terputus saat berupaya menghindari hempasan topan Chaba di perairan dekat Kota Yangjiang.

Hal itulah yang menyebabkan kapal derek tenggelam, demikian Pusat SAR Maritim Provinsi Guangdong, Minggu.

Beberapa unit helikopter dan kapal penyelamat, termasuk kapal niaga yang berlayar di dekat lokasi kejadian dikerahkan untuk upaya penyelamatan dan pencarian korban.

Saluran televisi setempat menyiarkan upaya tim SAR dari dalam helikopter saat memberikan pertolongan kepada para korban.

Hingga Sabtu pukul 12.00 waktu setempat (11.00 WIB) sebanyak tiga pekerja kapal derek berhasil diselamatkan, sedangkan 27 pekerja lainnya yang tenggelam di tengah badai laut belum ditemukan.

Sampai saat ini upaya pencarian masih terus dilakukan.

Kantor Pusat Pengendalian Banjir dan Kekeringan Nasional China telah menaikkan tanggap darurat bencana menjadi level III mengingat kemungkinan banjir yang dipicu oleh badai ketiga dan badai keempat tahun ini.

Chaba yang merupakan topan ketiga tahun ini telah mendarat di kawasan pesisir Kota Maoming, Provinsi Guangdong, pada Sabtu sore.

Aere, topan keempat, telah mendekati Laut Cina Timur pada Sabtu malam.
  Arsip - Bangunan dan lahan pertanian terendam banjir menyusul hujan deras di daerah Poyang, Jiangxi, China, 17 Juli 2020. (China Daily via Reuters/as)


Topan Chaba melanda China daratan, Makau dan Hong Kong pada Sabtu.

Topan tersebut menimbulkan angin kencang dan hujan deras di pantai selatan China.

Pusat Meteorologi Nasional China memperingatkan rekor curah hujan dan risiko tinggi bencana di beberapa provinsi, termasuk Guangdong yang berpenduduk paling banyak di negara itu.

Chaba, yang berarti kembang sepatu dalam bahasa Thailand, terus bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan 15-20 km per jam setelah pusat badainya mendarat di kota Maoming, Guangdong pada Sabtu sore.

Meski intensitasnya sedang dan kekuatannya diperkirakan makin menurun, Chaba kemungkinan akan menimbulkan hujan ekstrem dan memecah rekor curah hujan secara kumulatif.

Hal itu dapat terjadi karena topan tersebut menarik sabuk hujan monsun di daratan kawasan tersebut, kata Gao Shuanzhu, kepala peramal cuaca di pusat  meteorologi China.

Hal itu dapat terjadi karena topan tersebut menarik sabuk hujan monsun di daratan kawasan tersebut, kata Gao Shuanzhu, kepala peramal cuaca di pusat meteorologi China.

"Uap air monsun yang berlimpah akan mendorong hujan lebat dan curah hujan tinggi secara kumulatif yang bersifat ekstrem," kata Gao.

Dia memperkirakan curah hujan dapat mencapai 600 mm di sejumlah daerah.

Daerah-daerah berisiko mencakup bagian barat Guangdong, bagian timur wilayah otonomi Guangxi dan Hainan, dengan badai hujan yang menyebabkan longsor, genangan air di perkotaan dan banjir, kata Gao.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: 27 hilang setelah kapal derek karam dihempas badai Chaba di China

Pewarta : M. Irfan Ilmie
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024