Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan laju penularan COVID-19 di Indonesia kini mencapai 2.000 lebih kasus per hari, tapi masih berada di level 1 versi Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
"Memang ada kenaikan dari 200 ke 2.000-an kasus saat ini. Tapi puncak gelombang di Indonesia sebelumnya mencapai 60.000-an kasus per hari," kata Budi Gunadi Sadikin usai menerima bantuan mesin refrigerator vaksin dari Pemerintah Jepang di JICT Tanjung Priok, Jakarta Utara, Ahad.
Budi mengatakan WHO memberikan standar level 1 situasi pandemi di suatu negara dengan indikator 20 kasus per pekan, per 100.000 penduduk. Jika disesuaikan dengan situasi di Indonesia, maka standar level 1 WHO berkisar 7.800 per hari.
"Kalau masih di bawah itu (standar WHO), artinya masih di level 1 PPKM. Di Indonesia saat ini, 2.000-an kasus," katanya.
Budi mengatakan prediksi puncak gelombang subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 diprediksi terjadi pada pekan kedua atau ketiga Juli 2022. Hal itu didasari atas pengamatan yang terjadi di Afrika Selatan.
"Kalau polanya sama dengan di Afrika Selatan, perkiraan puncak (di Indonesia) bisa kena di pekan kedua dan ketiga Juli 2022," katanya.
Budi mengatakan Afrika Selatan merupakan negara asal dari kemunculan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang saat ini sedang mengalami pola peningkatan kasus tersebut.
Kenaikan kasus di Afrika Selatan dalam sebulan terakhir, kata Budi, hanya sepertiga dari kenaikan kasus di puncak Omicron BA.1. Hospitalisasi atau pasien yang dirawat di rumah sakit hanya sepertiga dari puncak Omicron.
"Angka kasus kematiannya sekitar 10 persen dari puncaknya Omicron," ujarnya.
Jika Indonesia meniru pola yang terjadi di Afrika Selatan, kata Budi, diperkirakan puncak kasus di Tanah Air mencapai 30 persen dari puncak Omicron, atau setara 17.000 hingga 18.000 pasien dan setelah itu akan turun kembali.
"Namun dengan jumlah pasien yang masuk rumah sakit dan kematian jauh lebih rendah dari gelombang sebelumnya," katanya.
Budi memastikan reproduction rate nasional masih terkendali sebab berada di bawah 1 persen. Positivity rate nasional masih terkendali di 3,61 persen atau di bawah standar WHO berkisar 5 persen.
Namun masih ada beberapa propinsi di Indonesia seperti DKI Jakarta dan Banten sudah di atas 5 persen, sehingga Budi mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan tidak panik menghadapi situasi pandemi saat ini.
Tambah 1.726 kasus
Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 melaporkan kasus positif COVID-19 di Indonesia mengalami tambahan 1.726 orang pada Minggu sehingga total mencapai 6.080.451 kasus hingga saat ini.
Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19 yang diterima di Jakarta, Minggu, tambahan kasus positif COVID-19 paling banyak berasal dari DKI Jakarta, dengan 1.055 orang terinfeksi COVID-19.
Kemudian, diikuti dengan Jawa Barat dengan tambahan 262 orang terinfeksi COVID-19, Banten dengan 223 orang, Jawa Timur dengan 74 orang, dan Bali dengan 51 orang.
Sedangkan kasus sembuh COVID-19 di Indonesia bertambah sebanyak 1.175 orang sehingga jumlah keseluruhan hingga sekarang ini menjadi 5.909.218 orang.
Tambahan kasus sembuh COVID-19 terbanyak disumbang oleh DKI Jakarta (691), yang diikuti oleh Banten (248), Jawa Barat (99), Jawa Timur (72) dan Bali (22).
Sementara itu, secara nasional ada tiga kasus meninggal akibat COVID-19, sehingga total menjadi 156.717 orang hingga saat ini.
Tiga kasus meninggal akibat COVID-19 tersebut berasal dari Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Sumatera Selatan masing-masing satu kasus.
Dengan demikian, kasus aktif di Tanah Air bertambah sebanyak 548 orang sehingga jumlah keseluruhan hingga sekarang ini menjadi 14.516 orang.
Satgas juga melaporkan sebanyak 2.047 orang menjadi suspek COVID-19, dan 50.885 spesimen telah diperiksa per hari ini.
Satgas mengimbau masyarakat untuk terus melaksanakan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan membuat surat edaran kepada seluruh pemerintah daerah untuk mempersiapkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan menghadapi potensi lonjakan kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang diperkirakan terjadi pertengahan Juli 2022.
"Kami sudah menyiapkan surat edaran kepada seluruh dinas kesehatan serta rumah sakit untuk mewaspadai adanya lonjakan kasus Omicron. Hal ini untuk menyiapkan seluruh sumber daya dalam memberikan layanan," kata Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril dalam dialog "Awas, Omicron Kembali Mengintai Indonesia" yang disiarkan secara virtual dan diikuti dari YouTube FMB9 di Jakarta, Kamis (16/6).
Dua orang anak sedang mencuci tangan sebagai penerapan pola hidup sehat di tengah pandemi. (ANTARA/Firman)
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menkes: Meski laju kasus 2.000 per hari, Indonesia masih di level 1
"Memang ada kenaikan dari 200 ke 2.000-an kasus saat ini. Tapi puncak gelombang di Indonesia sebelumnya mencapai 60.000-an kasus per hari," kata Budi Gunadi Sadikin usai menerima bantuan mesin refrigerator vaksin dari Pemerintah Jepang di JICT Tanjung Priok, Jakarta Utara, Ahad.
Budi mengatakan WHO memberikan standar level 1 situasi pandemi di suatu negara dengan indikator 20 kasus per pekan, per 100.000 penduduk. Jika disesuaikan dengan situasi di Indonesia, maka standar level 1 WHO berkisar 7.800 per hari.
"Kalau masih di bawah itu (standar WHO), artinya masih di level 1 PPKM. Di Indonesia saat ini, 2.000-an kasus," katanya.
Budi mengatakan prediksi puncak gelombang subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 diprediksi terjadi pada pekan kedua atau ketiga Juli 2022. Hal itu didasari atas pengamatan yang terjadi di Afrika Selatan.
"Kalau polanya sama dengan di Afrika Selatan, perkiraan puncak (di Indonesia) bisa kena di pekan kedua dan ketiga Juli 2022," katanya.
Budi mengatakan Afrika Selatan merupakan negara asal dari kemunculan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang saat ini sedang mengalami pola peningkatan kasus tersebut.
Kenaikan kasus di Afrika Selatan dalam sebulan terakhir, kata Budi, hanya sepertiga dari kenaikan kasus di puncak Omicron BA.1. Hospitalisasi atau pasien yang dirawat di rumah sakit hanya sepertiga dari puncak Omicron.
"Angka kasus kematiannya sekitar 10 persen dari puncaknya Omicron," ujarnya.
Jika Indonesia meniru pola yang terjadi di Afrika Selatan, kata Budi, diperkirakan puncak kasus di Tanah Air mencapai 30 persen dari puncak Omicron, atau setara 17.000 hingga 18.000 pasien dan setelah itu akan turun kembali.
"Namun dengan jumlah pasien yang masuk rumah sakit dan kematian jauh lebih rendah dari gelombang sebelumnya," katanya.
Budi memastikan reproduction rate nasional masih terkendali sebab berada di bawah 1 persen. Positivity rate nasional masih terkendali di 3,61 persen atau di bawah standar WHO berkisar 5 persen.
Namun masih ada beberapa propinsi di Indonesia seperti DKI Jakarta dan Banten sudah di atas 5 persen, sehingga Budi mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan tidak panik menghadapi situasi pandemi saat ini.
Tambah 1.726 kasus
Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 melaporkan kasus positif COVID-19 di Indonesia mengalami tambahan 1.726 orang pada Minggu sehingga total mencapai 6.080.451 kasus hingga saat ini.
Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19 yang diterima di Jakarta, Minggu, tambahan kasus positif COVID-19 paling banyak berasal dari DKI Jakarta, dengan 1.055 orang terinfeksi COVID-19.
Kemudian, diikuti dengan Jawa Barat dengan tambahan 262 orang terinfeksi COVID-19, Banten dengan 223 orang, Jawa Timur dengan 74 orang, dan Bali dengan 51 orang.
Sedangkan kasus sembuh COVID-19 di Indonesia bertambah sebanyak 1.175 orang sehingga jumlah keseluruhan hingga sekarang ini menjadi 5.909.218 orang.
Tambahan kasus sembuh COVID-19 terbanyak disumbang oleh DKI Jakarta (691), yang diikuti oleh Banten (248), Jawa Barat (99), Jawa Timur (72) dan Bali (22).
Sementara itu, secara nasional ada tiga kasus meninggal akibat COVID-19, sehingga total menjadi 156.717 orang hingga saat ini.
Tiga kasus meninggal akibat COVID-19 tersebut berasal dari Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Sumatera Selatan masing-masing satu kasus.
Dengan demikian, kasus aktif di Tanah Air bertambah sebanyak 548 orang sehingga jumlah keseluruhan hingga sekarang ini menjadi 14.516 orang.
Satgas juga melaporkan sebanyak 2.047 orang menjadi suspek COVID-19, dan 50.885 spesimen telah diperiksa per hari ini.
Satgas mengimbau masyarakat untuk terus melaksanakan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan membuat surat edaran kepada seluruh pemerintah daerah untuk mempersiapkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan menghadapi potensi lonjakan kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang diperkirakan terjadi pertengahan Juli 2022.
"Kami sudah menyiapkan surat edaran kepada seluruh dinas kesehatan serta rumah sakit untuk mewaspadai adanya lonjakan kasus Omicron. Hal ini untuk menyiapkan seluruh sumber daya dalam memberikan layanan," kata Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril dalam dialog "Awas, Omicron Kembali Mengintai Indonesia" yang disiarkan secara virtual dan diikuti dari YouTube FMB9 di Jakarta, Kamis (16/6).
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menkes: Meski laju kasus 2.000 per hari, Indonesia masih di level 1