Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Mohammad Syahril melaporkan jumlah kasus terbaru subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Tanah Air hingga Selasa siang berjumlah 20 kasus.
"Sampai hari ini, ada 20 subvarian Omicron yang terdiri atas dua kasus BA.4 dan 18 kasus BA.5," kata Mohammad Syahril yang dikonfirmasi melalui pesan singkat di Jakarta, Selasa siang.
Dengan begitu, laju kasus subvarian Omicron tersebut bertambah 12 kasus dari laporan sebelumnya yang berjumlah delapan kasus.
BA.4 dan BA.5 di Indonesia bermula dari laporan empat kasus di Bali pada 6 Juni 2022 dan bertambah empat kasus lagi di Jakarta dalam beberapa hari kemudian.
ilustrasi - Penyakit virus Corona subvarian Omicron BA.2. ANTARA/Shutterstock/pri. (ANTARA/Shutterstock)
Secara terpisah, Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan laju penularan BA.4 dan BA.5 di Indonesia diperkirakan naik lima kali lipat dalam beberapa hari terakhir.
Informasi terbaru dari European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) yang dirilis per Senin (13/6) menyebutkan BA.4 dan BA.5 kali pertama ditemukan di Afrika Selatan pada Januari dan Februari 2022.
Menurut Tjandra BA.4 dan BA.5 adalah bagian dari Omicron clade (B.1.1.529). ECDC meningkatkan klasifikasi BA.4 and BA.5 dari Variants of Interest menjadi Variants of Concern (VOC) pada 12 Mei 2022.
"Diperkirakan akan menjadi dominan di Eropa dalam minggu-minggu mendatang," ujarnya.
Tjandra yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu mengatakan potensi peningkatan kasus tergantung pada proteksi imunitas yang berkaitan dengan cakupan dan kapan waktu vaksinasi sebelumnya.
"Untuk tenaga kesehatan kita sudah dibooster lebih dari 6 bulan yang lalu. Kenaikan kasus juga dipengaruhi landscape dari gelombang yang lalu," katanya.
Secara umum, kata Tjandra, tidak ada bukti ilmiah yang menyebutkan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 menimbulkan sakit yang lebih parah dari varian pendahulunya. "Tapi harus amat diwaspadai peningkatan hospitalisasi pada mereka yang berusia di atas 60 atau 65 tahun," katanya.
ECDC hingga kini masih mengumpulkan data tentang efektivitas obat monoclonal antibodies (mAb) pada pasien BA.4 dan BA.5. "Tetapi sejauh ini nampaknya efeknya sedikit menurun atau tetap saja," katanya.
Ilustrasi - Jarum suntik medis dan dua botol terlihat di depan teks Omicron COVID-19 di latar belakang (ANTARA/Pavlo Gonchar / SOPA Images via Reuters/Sipa USA/pri.)
Sebelumnya Kepala Pusat Kesehatan TNI Mayjen TNI dr. Budiman mengatakan bahwa varian terbaru COVID-19, yakni Omicron subvarian BA.4 dan BA.5, tidak berbahaya sehingga masyarakat tidak perlu panik dan takut.
"Kalau kami membaca, (varian) BA.4 dan BA.5 itu sendiri sebetulnya salah satu varian yang tidak signifikan, maksudnya tidak menimbulkan gejala yang berat. Jadi, kita tidak perlu takut," kata Budiman kepada wartawan di Tower 1 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Selasa.
Meskipun tidak menimbulkan gejala yang berat, Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran tetap memastikan ketersediaan sarana dan prasarana untuk menanggapi situasi peningkatan kasus COVID-19.
Persiapan tersebut merupakan bentuk kesiagaan RSDC Wisma Atlet Kemayoran dalam merespons peningkatan kasus yang mungkin terjadi ke depannya.
Adapun sejumlah sarana dan prasarana yang dipastikan telah siap, lanjut Budiman, antara lain alat-alat kesehatan, obat-obatan, oksigen, alat perlindungan diri atau APD, serta ketersediaan tempat tidur sebanyak 3.801 unit.
"Sarana-prasarana itu semua sudah tersedia. Pendukung yang lain, misalkan oksigen, itu ada banyak. Bahkan, oksigen hampir tidak diperlukan untuk varian ini," katanya.
Selain sarana dan prasarana, RSDC Wisma Atlet juga memastikan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) untuk menjadi garda terdepan dalam penanganan COVID-19.
"SDM pun alhamdulillah selalu terdukung. Kami menghitung dengan analisis beban kerja. Misalnya, untuk 100 orang pasien itu diperlukan berapa spesialis, berapa perawat, dan lain-lain; itu ada hitungannya dari masing-masing profesi," tambahnya.
Oleh karena itu, terkait ketersediaan SDM, RSDC Wisma Atlet berkoordinasi dengan seluruh jajaran pentahelix, seperti emerintah, akademisi, pihak swasta, masyarakat atau komunitas, serta media.
"Koordinasi yang sangat bagus di antara pentahelix. Jadi kami juga saling percaya dan saling mengontrol, akuntabel dan auditable, bahwa semua aset kami adalah titipan dari rakyat," ujarnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkes: Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia jadi 20 kasus
"Sampai hari ini, ada 20 subvarian Omicron yang terdiri atas dua kasus BA.4 dan 18 kasus BA.5," kata Mohammad Syahril yang dikonfirmasi melalui pesan singkat di Jakarta, Selasa siang.
Dengan begitu, laju kasus subvarian Omicron tersebut bertambah 12 kasus dari laporan sebelumnya yang berjumlah delapan kasus.
BA.4 dan BA.5 di Indonesia bermula dari laporan empat kasus di Bali pada 6 Juni 2022 dan bertambah empat kasus lagi di Jakarta dalam beberapa hari kemudian.
Secara terpisah, Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan laju penularan BA.4 dan BA.5 di Indonesia diperkirakan naik lima kali lipat dalam beberapa hari terakhir.
Informasi terbaru dari European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) yang dirilis per Senin (13/6) menyebutkan BA.4 dan BA.5 kali pertama ditemukan di Afrika Selatan pada Januari dan Februari 2022.
Menurut Tjandra BA.4 dan BA.5 adalah bagian dari Omicron clade (B.1.1.529). ECDC meningkatkan klasifikasi BA.4 and BA.5 dari Variants of Interest menjadi Variants of Concern (VOC) pada 12 Mei 2022.
"Diperkirakan akan menjadi dominan di Eropa dalam minggu-minggu mendatang," ujarnya.
Tjandra yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu mengatakan potensi peningkatan kasus tergantung pada proteksi imunitas yang berkaitan dengan cakupan dan kapan waktu vaksinasi sebelumnya.
"Untuk tenaga kesehatan kita sudah dibooster lebih dari 6 bulan yang lalu. Kenaikan kasus juga dipengaruhi landscape dari gelombang yang lalu," katanya.
Secara umum, kata Tjandra, tidak ada bukti ilmiah yang menyebutkan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 menimbulkan sakit yang lebih parah dari varian pendahulunya. "Tapi harus amat diwaspadai peningkatan hospitalisasi pada mereka yang berusia di atas 60 atau 65 tahun," katanya.
ECDC hingga kini masih mengumpulkan data tentang efektivitas obat monoclonal antibodies (mAb) pada pasien BA.4 dan BA.5. "Tetapi sejauh ini nampaknya efeknya sedikit menurun atau tetap saja," katanya.
Sebelumnya Kepala Pusat Kesehatan TNI Mayjen TNI dr. Budiman mengatakan bahwa varian terbaru COVID-19, yakni Omicron subvarian BA.4 dan BA.5, tidak berbahaya sehingga masyarakat tidak perlu panik dan takut.
"Kalau kami membaca, (varian) BA.4 dan BA.5 itu sendiri sebetulnya salah satu varian yang tidak signifikan, maksudnya tidak menimbulkan gejala yang berat. Jadi, kita tidak perlu takut," kata Budiman kepada wartawan di Tower 1 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Selasa.
Meskipun tidak menimbulkan gejala yang berat, Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran tetap memastikan ketersediaan sarana dan prasarana untuk menanggapi situasi peningkatan kasus COVID-19.
Persiapan tersebut merupakan bentuk kesiagaan RSDC Wisma Atlet Kemayoran dalam merespons peningkatan kasus yang mungkin terjadi ke depannya.
Adapun sejumlah sarana dan prasarana yang dipastikan telah siap, lanjut Budiman, antara lain alat-alat kesehatan, obat-obatan, oksigen, alat perlindungan diri atau APD, serta ketersediaan tempat tidur sebanyak 3.801 unit.
"Sarana-prasarana itu semua sudah tersedia. Pendukung yang lain, misalkan oksigen, itu ada banyak. Bahkan, oksigen hampir tidak diperlukan untuk varian ini," katanya.
Selain sarana dan prasarana, RSDC Wisma Atlet juga memastikan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) untuk menjadi garda terdepan dalam penanganan COVID-19.
"SDM pun alhamdulillah selalu terdukung. Kami menghitung dengan analisis beban kerja. Misalnya, untuk 100 orang pasien itu diperlukan berapa spesialis, berapa perawat, dan lain-lain; itu ada hitungannya dari masing-masing profesi," tambahnya.
Oleh karena itu, terkait ketersediaan SDM, RSDC Wisma Atlet berkoordinasi dengan seluruh jajaran pentahelix, seperti emerintah, akademisi, pihak swasta, masyarakat atau komunitas, serta media.
"Koordinasi yang sangat bagus di antara pentahelix. Jadi kami juga saling percaya dan saling mengontrol, akuntabel dan auditable, bahwa semua aset kami adalah titipan dari rakyat," ujarnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkes: Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia jadi 20 kasus