Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan pihaknya akan berupaya menstabilkan stok serta harga jagung dan kedelai seperti beras melalui mekanisme cadangan pangan seperti yang sudah dilakukan pada cadangan beras pemerintah (CBP) saat ini.

Budi Waseso mengatakan di Jakarta, Selasa, bahwa Bulog telah membuktikan menjaga kestabilan stok dan harga beras dengan tidak melakukan impor beras selama tiga tahun berturut-turut dan saat ini berjalan empat tahun.

"Kalau kita bicara Perpres 48 Tahun 2016 tentang kewenangan Bulog, yaitu padi, jagung, kedelai, saya kira nanti kalau sudah terpusat satu pintu di Bulog nanti tidak ada lagi kelangkaan jagung, kelangkaan kedelai. Karena Bulog sudah membuktikan yang lalu-lalu kita selalu impor beras, kita sedang buktikan bahwa jalan empat tahun ini kita tidak mengimpor beras. Ini bukti," kata Budi Waseso.

Dalam mengelola kedelai ke depan, kata Budi Waseso, Bulog tidak ingin ketergantungan dari importasi satu negara saja akan tetapi juga dari produksi dalam negeri dan sumber dari negara lain. Budi Waseso menjelaskan ke depannya Bulog akan menyediakan stok kedelai dengan berbagai kualitas dan berbagai harga untuk kebutuhan yang berbeda-beda.

Budi Waseso juga menjelaskan bahwa Bulog akan membuat cadangan jagung dan cadangan kedelai seperti halnya beras agar sewaktu-waktu bisa mengintervensi harga di pasaran apabila terlampau tinggi.

"Kalau nanti ini kita diserahkan juga seperti CBP beras, bahwa ketersediaan jagung ada di pemerintah melalui Bulog, nanti tidak ada lagi keresahan peternak mandiri tentang pakan yang berasal dari jagung. Demikian juga pengrajin tempe tahu yang ada di beberapa wilayah itu," kata Budi Waseso.

Seperti diketahui, pada akhir tahun 2021 terjadi lonjakan harga telur hingga mencapai Rp35 ribu per kg dari yang biasanya di kisaran Rp23 ribu per kg dikarenakan tingginya harga jagung sebagai bahan baku pakan ternak. Sedangkan pada awal tahun 2022 juga terjadi kelangkaan tahu dan tempe dikarenakan perajin mogok produksi lantaran harga kedelai yang terlampau tinggi.

Sejak 2019 hingga saat ini, Indonesia tercatat tidak pernah mengimpor beras untuk kebutuhan secara umum. Budi Waseso menjelaskan Indonesia hanya mengimpor beras khusus untuk kebutuhan khusus pula seperti beras basmati dan lain-lain. Di samping itu, harga beras juga relatif stabil tanpa ada lonjakan ataupun fluktuasi.


 

Pewarta : Aditya Ramadhan
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024