Jakarta (ANTARA) - Meta membuka akses ke model bahasa yang lebih luas untuk penelitian Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

Perusahaan yang kini mendominasi pasar media sosial itu mengatakan model bahasa yang dibuka aksesnya adalah model bahasa 175 miliar parameter pertama yang tersedia untuk komunitas riset AI yang lebih luas.

Mengutip Reuters pada Rabu, model bahasa ini merupakan sistem pemrosesan bahasa alami yang dilatih dengan volume teks sangat besar, dan mampu menjawab pertanyaan mengenai pemahaman bacaan atau menghasilkan teks baru.

Model bahasa yang dirilis yaitu "Open Pretrained Transformer (OPT-175B)" akan meningkatkan kemampuan peneliti kecerdasan buatan untuk memahami bagaimana model bahasa yang luas bekerja.



Perusahaan yang didirikan oleh Mark Zuckeberg itu mengatakan jika akses ke kecanggihan itu terbatasi, maka sama saja perusahaannya menghambat kemajuan upaya untuk meningkatkan dan memaksimalkan teknologi.

Hal itu menurut mereka akan menciptakan bias dan menghambat penyelesaian masalah yang saat ini ada.

Teknologi kecerdasan buatan, yang merupakan bidang utama penelitian dan pengembangan untuk beberapa platform online utama, dapat melanggengkan bias sosial manusia seputar masalah seperti ras dan gender.

Beberapa peneliti memiliki kekhawatiran tentang bahaya yang dapat disebarkan melalui model bahasa yang luas itu.

Oleh karena itu, Meta mengharapkan dengan dibukanya akses teknologinya untuk penelitian maka dapat tercipta keragaman suara yang mendefinisikan pertimbangan etis dari teknologi miliknya.

Bagi Meta, ini menjadi cara untuk mencegah penyalahgunaan serta menjaga perusahaannya tetap mendukung ilmu pengetahuan.

Meta mengatakan akses ke model bahasa luas itu akan diberikan kepada peneliti akademik dan orang-orang yang berafiliasi dengan pemerintah, masyarakat sipil dan organisasi akademik, serta laboratorium penelitian industri.

Akses ini akan menyertakan model yang telah dilatih sebelumnya dan kode untuk melatih dan menggunakannya.
 

Pewarta : Livia Kristianti
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024