Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Gizi Klinik dari Universitas Indonesia, dr. Diana Felicia Suganda, M.Kes, Sp.GK. mengatakan puasa adalah salah satu cara mengatur pola makan demi kebaikan tubuh.
"Kita bisa melakukan puasa sebagai diet atau dalam artian pengaturan pola makan," kata Diana yang berpraktik di RS Pondok Indah - Bintaro Jaya itu kepada ANTARA melalui pesan elektronik, ditulis Sabtu.
Ibadah yang berlangsung sepanjang bulan Ramadhan ini salah satu cara mengatur pola makan karena seseorang harus membatasi jam makan saat melakukannya. Selama puasa, seseorang hanya boleh makan dan minum setelah matahari terbenam hingga matahari terbit.
"Mau tidak mau jam makan terbatas, ada aturan kapan boleh makan dan kapan tidak boleh makan," katanya.
Puasa bisa menjadi praktik pengaturan pola makan yang benar bila seseorang bisa mengatur diri untuk tidak kalap saat berbuka puasa serta memilih asupan yang bergizi.
"Caranya agar bisa diet selama puasa, saat boleh makan di jam sahur dan berbuka, pola makan harus tetap diatur," katanya.
Porsi makanan yang dikonsumsi harus seimbang, tidak kurang atau berlebihan. Penuhi kebutuhan karbohidrat, protein juga vitamin dan serat lewat hidangan seperti nasi, ayam, tahu, buah dan sayuran.
Dia menyarankan untuk berbuka puasa dengan buah-buahan atau cairan seperti air kelapa, atau smoothies yang dibuat dari campuran buah dan yogurt atau susu.
"Sahur boleh makan nasi sebanyak 3-4 sendok makan, masukkan juga protein hewani, seperti ayam, lalu tahu, sayur dan buah. Demikian juga saat makan malam."
Menurut rekomendasi Kementerian Kesehatan RI, dalam seporsi makanan, separuh piring makan seharusnya terdiri dari sayur dan buah. Separuh lagi terdiri dari protein dan karbohidrat.
Dalam setiap sajian, sebaiknya juga memperhatikan kandungan gula, garam dan lemak.
Batasan konsumsi gula yang disarankan Kementerian Kesehatan per orang per hari adalah tidak lebih dari 50 gr (4 sendok makan). Untuk garam tidak melebihi 2000 mg natrium/sodium atau 5 gr (1 sendok teh), dan untuk lemak hanya 67 gr (5 sendok makan minyak).
"Kita bisa melakukan puasa sebagai diet atau dalam artian pengaturan pola makan," kata Diana yang berpraktik di RS Pondok Indah - Bintaro Jaya itu kepada ANTARA melalui pesan elektronik, ditulis Sabtu.
Ibadah yang berlangsung sepanjang bulan Ramadhan ini salah satu cara mengatur pola makan karena seseorang harus membatasi jam makan saat melakukannya. Selama puasa, seseorang hanya boleh makan dan minum setelah matahari terbenam hingga matahari terbit.
"Mau tidak mau jam makan terbatas, ada aturan kapan boleh makan dan kapan tidak boleh makan," katanya.
Puasa bisa menjadi praktik pengaturan pola makan yang benar bila seseorang bisa mengatur diri untuk tidak kalap saat berbuka puasa serta memilih asupan yang bergizi.
"Caranya agar bisa diet selama puasa, saat boleh makan di jam sahur dan berbuka, pola makan harus tetap diatur," katanya.
Porsi makanan yang dikonsumsi harus seimbang, tidak kurang atau berlebihan. Penuhi kebutuhan karbohidrat, protein juga vitamin dan serat lewat hidangan seperti nasi, ayam, tahu, buah dan sayuran.
Dia menyarankan untuk berbuka puasa dengan buah-buahan atau cairan seperti air kelapa, atau smoothies yang dibuat dari campuran buah dan yogurt atau susu.
"Sahur boleh makan nasi sebanyak 3-4 sendok makan, masukkan juga protein hewani, seperti ayam, lalu tahu, sayur dan buah. Demikian juga saat makan malam."
Menurut rekomendasi Kementerian Kesehatan RI, dalam seporsi makanan, separuh piring makan seharusnya terdiri dari sayur dan buah. Separuh lagi terdiri dari protein dan karbohidrat.
Dalam setiap sajian, sebaiknya juga memperhatikan kandungan gula, garam dan lemak.
Batasan konsumsi gula yang disarankan Kementerian Kesehatan per orang per hari adalah tidak lebih dari 50 gr (4 sendok makan). Untuk garam tidak melebihi 2000 mg natrium/sodium atau 5 gr (1 sendok teh), dan untuk lemak hanya 67 gr (5 sendok makan minyak).