Jakarta (ANTARA) - Kepala Perwakilan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa Bangsa (FAO) di Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal menyatakan bahwa saat ini penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada ternak sapi sedang melanda sejumlah negara.

Melalui taklimat media di Jakarta pada Sabtu (19/3/2022), ia menyatakan LSD telah menyerang Malaysia, Vietnam, Thailand dan Singapura serta negara-nagara lain di Asia.

Di Indonesia sendiri, LSD atau penyakit kulit berbenjol pada sapi itu juga berjangkit di Provinsi Riau, kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) Nasrullah pada Sabtu (12/3).

Guna membendung agar penyakit itu tidak meluas, Kementan melakukan vaksinasi secara serentak yang mulai dilakukan di Provinsi Riau.

LSD merupakan penyakit hewan dari Afrika yang menyerang sapi-sapi di Riau pada sebulan terakhir ini, sehingga untuk penanganan darurat, maka Kementan melakukan vaksinasi.

"Vaksinasi LSD ini bertujuan untuk mencegah kejadian dan perluasan penyakit," katanya.

Pada tahap pertama, vaksinasi difokuskan di desa tertular dan kemudian akan dilakukan pada zona kontrol (pengendalian) dengan radius 10 km
dari desa kasus.

Sebanyak 100 ribu dosis vaksin dan logistik vaksinasinya kini sudah disiapkan oleh Kementan.

Upaya pengendalian LSD dilakukan di Kabupaten Indragiri Hulu, Pelalawan, Indragiri Hilir, Dumai, Siak, Bengkalis dan Kampar.

Vaksinasi itu mendapatkan dukungan dari Australia-Indonesia Health Security Partnership dan FAO.

Selain itu, menurut Nasrullah, dukungan dari Pemerintah Provinsi Riau dan pemerintah kabupaten juga sangat besar untuk kegiatan vaksinasi itu.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau Herman menyambut baik kegiatan vaksinasi ini dan berharap kasus baru dan penyebaran LSD dari daerah tertular dapat ditekan.

Sebanyak 188 petugas kesehatan hewan telah siap untuk melaksanakan program vaksinasi pada sapi.

"Kami sampaikan terima kasih atas dukungan penuh dari Kementan dan AIHSP serta FAO dalam pengendalian LSD di Riau," kata Herman.

Sementara itu Direktur Kesehatan Hewan Kementan Nuryani Zainuddin menyebutkan selain tujuh kabupaten tertular, vaksinasi juga dilakukan di Kabupaten Rokan Hulu, yang salah satu wilayahnya masuk ke dalam zona kontrol.

"Secara bertahap kami vaksinasi mulai dari desa tertular dan zona kontrol, setelah selesai semua  bisa dilanjutkan ke radius 50 KM dari desa kasus atau zona surveilans," katanya. Kondisi sapi ternak yang sedang terjangkit LSD. FOTO ANTARA/HO-FAO Indonesia/Maret 2022
Kerja sama internasional

Untuk mencegah meluasnya LSD, Rajendra Aryal menyatakan kerja sama internasional diperlukan dalam mengendalikan penyakit yang dapat
menular antarnegara dan mengganggu perdagangan ini.

Dalam kaitan itu, FAO bekerja sama erat dengan Kementan dan mendukung Indonesia untuk menangani wabah LSD dengan cepat, sebelum menimbulkan gangguan lebih lanjut pada kesehatan hewan dan sistem pangan.

Sementara Team Leader AIHSP John Leigh juga menyampaikan komitmennya untuk terus mendampingi dan mendukung Kementan dalam proses pengendalian LSD di Riau.

"Kami siap membantu untuk memastikan wabah LSD di Riau ini dapat dikendalikan dan tidak menyebar ke wilayah lainnya," katanya.
Tidak membahayakan

Meski sudah terjadi di Indonesia, Dirjen PKH Kementan dalam pernyataan di Jakarta (12/3/2022) memastikan penyakit kulit berbenjol (LSD) pada
sapi yang sedang berjangkit di Provinsi Riau tidak berbahaya bagi kesehatan masyarakat.

"Penyakit ini tidak menular dari hewan ke manusia, atau bukan penyakit zoonosis," katanya.

Hewan ternak sapi atau kerbau yang tertular LSD dan kemudian telah sembuh, produknya, seperti daging, masih dapat dikonsumsi setelah dihilangkan bagian-bagian yang terdampaknya.

Untuk itu, masyarakat harus memastikan daging yang akan dikonsumsi berasal dari rumah potong hewan yang diawasi oleh dokter hewan.

Daging yang dijual di masyarakat, selama memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV) atau berasal dari rumah potong hewan yang memiliki NKV pasti telah diperiksa kesehatannya sebelum ternaknya dipotong dan setelah dipotong.

Karena itu, masyarakat tidak perlu khawatir atau ragu untuk membeli dan mengonsumsi daging sapi/kerbau.

Kepada masyarakat diminta agar hewan yang masih sakit untuk tidak dijual, dilalulintaskan atau dipotong.

Direktur Kesehatan Hewan Ditjen PKH Kementan Nuryani Zainuddin menambahkan perkembangan penanganan LSD di Riau usai penetapan
wabah, saat ini kasus LSD telah terkonfirmasi di tujuh kabupaten/kota di Provinsi Riau, dan upaya pemberantasan intensif terus dilakukan.

“Kementan tengah mempersiapkan vaksinasi massal LSD di Riau. Vaksinnya sudah kami siapkan," katanya.

Hingga pekan kedua Maret ini, sebanyak 147 petugas kesehatan hewan yang terdiri atas dokter hewan dan paramedis sudah siap untuk diterjunkan dan melakukan vaksinasi setelah mendapatkan pelatihan dari tim pusat.

Sosialisasi diberikan kepada semua tingkatan pemangku kepentingan untuk mendukung program itu, termasuk dukungan APBN dan APBD.

Pengendalian LSD di Riau juga mendapatkan dukungan dari program Australia Indonesia Health Security Partnership (AIHSP) dan Global
Health Security Program FAO.

Di saat pandemi COVID-19 belum usai, wabah LSD yang sedang merebak di Asia, bahkan juga di Tanah Air, menambah beban baru, khususnya pada kalangan peternak.

Namun, penanganan intensif yang dilakukan pemerintah bersama unsur global, mengindikasikan bahwa wabah itu bisa dikendalikan, dengan kerja bersama.

Pewarta : Andi Jauhary
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024