Jakarta (ANTARA) - Mantan artis cilik sekaligus founder Green Movement Indonesia Tasya Kamila mengatakan bahwa dirinya percaya setiap masyarakat khususnya anak muda dapat mengatasi masalah dan tantangan lingkungan jika dilakukan bersama-sama.
"Menurutku masing-masing dari kita sudah memiliki andil (menjaga lingkungan). Semuanya bisa kok untuk menanggulangi masalah dan tantangan lingkungan. Apalagi anak muda yang mana punya kapabilitas lebih untuk bisa beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru. Dan kita lebih terbuka untuk menerima perubahan," kata Tasya saat diskusi daring, Jumat.
Menurut dia, upaya-upaya itu bisa dimulai dari hal-hal yang bisa lakukan di rumah, seperti memilah sampah. Tasya percaya perubahan ke arah ramah lingkungan jika dilakukan secara konsisten akan membentuk kebiasaan dan bukan lagi menjadi beban.
Lebih lanjut Tasya mengatakan, tindakan sekecil apa pun akan sangat berdampak terhadap lingkungan. Misalnya, seperti kebiasaan meremehkan untuk membuang sampah sembarangan. Kebiasaan tersebut pun tentu tak hanya akan berdampak pada diri sendiri tetapi juga orang lain dan lingkungan.
"Aku percaya apa yang kita lakukan sehari-hari, di tiap keputusan yang kita ambil, maka akan ada dampaknya bagi lingkungan di sekitar kita. Pokoknya apa pun yang kita lakukan untuk alam ini, lingkungan itu akan ada dampaknya nih buat kita," kata Tasya.
"Misal sesimpel kadang suka mikir 'Aduh buang sampah sembarangan, udahlah satu doang apa sih ngaruhnya untuk hidup?'. Tapi kalau tindakan ini dilakukan atau dipikirkan satu juta orang maka sudah ada satu juta sampah yang dibuang sembarangan," tambahnya.
Jika pemikiran itu terus terjadi di masyarakat, maka penimbunan sampah pun akan mengakibatkan dampak yang bermacam-macam termasuk pemanasan global dan perubahan iklim.
Meskipun sudah tertib membuang sampah pada tempatnya, namun jika sampah di rumah tidak dipilah dan diolah tentu tetap akan menjadi tumpukan sampah di empat pembuangan akhir (TPA) yang akhirnya akan menghasilkan gas metana. Oleh sebab itu, dia pun mengajak masyarakat agar bersama-sama untuk menumbuhkan kebiasaan memilah dan mengolah sampah dengan baik dan benar.
"Walaupun kita sudah tertib buang sampah pada tempatnya, tapi kalau sampah itu nggak dikelola dari rumah kita sendiri, nanti kan akan diangkut ke TPA. Nah, sampah-sampah yang di TPA itu nggak semua bisa langsung diproses. Seringnya sampah itu menumpuk dan akan menghasilkan gas metana yang tentunya berkontribusi juga tentunya terhadap pemanasan global dan perubahan iklim," jelas Tasya.
"Jadikan pengelolaan sampah di rumah ini jadi kebiasaan sehari-hari. Bikin sistem olahan sampah yang bisa diikuti sama semua anggota keluarga di rumah. Ajak orang rumah untuk ikut berpartisipasi memilah dan mengolah sampah. Bagikan juga pengalaman itu di sosmed supaya banyak yang terinspirasi dan mau bergerak," tutupnya.
"Menurutku masing-masing dari kita sudah memiliki andil (menjaga lingkungan). Semuanya bisa kok untuk menanggulangi masalah dan tantangan lingkungan. Apalagi anak muda yang mana punya kapabilitas lebih untuk bisa beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru. Dan kita lebih terbuka untuk menerima perubahan," kata Tasya saat diskusi daring, Jumat.
Menurut dia, upaya-upaya itu bisa dimulai dari hal-hal yang bisa lakukan di rumah, seperti memilah sampah. Tasya percaya perubahan ke arah ramah lingkungan jika dilakukan secara konsisten akan membentuk kebiasaan dan bukan lagi menjadi beban.
Lebih lanjut Tasya mengatakan, tindakan sekecil apa pun akan sangat berdampak terhadap lingkungan. Misalnya, seperti kebiasaan meremehkan untuk membuang sampah sembarangan. Kebiasaan tersebut pun tentu tak hanya akan berdampak pada diri sendiri tetapi juga orang lain dan lingkungan.
"Aku percaya apa yang kita lakukan sehari-hari, di tiap keputusan yang kita ambil, maka akan ada dampaknya bagi lingkungan di sekitar kita. Pokoknya apa pun yang kita lakukan untuk alam ini, lingkungan itu akan ada dampaknya nih buat kita," kata Tasya.
"Misal sesimpel kadang suka mikir 'Aduh buang sampah sembarangan, udahlah satu doang apa sih ngaruhnya untuk hidup?'. Tapi kalau tindakan ini dilakukan atau dipikirkan satu juta orang maka sudah ada satu juta sampah yang dibuang sembarangan," tambahnya.
Jika pemikiran itu terus terjadi di masyarakat, maka penimbunan sampah pun akan mengakibatkan dampak yang bermacam-macam termasuk pemanasan global dan perubahan iklim.
Meskipun sudah tertib membuang sampah pada tempatnya, namun jika sampah di rumah tidak dipilah dan diolah tentu tetap akan menjadi tumpukan sampah di empat pembuangan akhir (TPA) yang akhirnya akan menghasilkan gas metana. Oleh sebab itu, dia pun mengajak masyarakat agar bersama-sama untuk menumbuhkan kebiasaan memilah dan mengolah sampah dengan baik dan benar.
"Walaupun kita sudah tertib buang sampah pada tempatnya, tapi kalau sampah itu nggak dikelola dari rumah kita sendiri, nanti kan akan diangkut ke TPA. Nah, sampah-sampah yang di TPA itu nggak semua bisa langsung diproses. Seringnya sampah itu menumpuk dan akan menghasilkan gas metana yang tentunya berkontribusi juga tentunya terhadap pemanasan global dan perubahan iklim," jelas Tasya.
"Jadikan pengelolaan sampah di rumah ini jadi kebiasaan sehari-hari. Bikin sistem olahan sampah yang bisa diikuti sama semua anggota keluarga di rumah. Ajak orang rumah untuk ikut berpartisipasi memilah dan mengolah sampah. Bagikan juga pengalaman itu di sosmed supaya banyak yang terinspirasi dan mau bergerak," tutupnya.