Kendari (ANTARA) - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sulawesi Tenggara mendukung upaya literasi dan inklusi keuangan di kalangan pelajar tingkat SMA/SMK sederajat utamanya menabung sejak dini demi masa depan mereka.
Kepala Disdikbud Sultra Asrun Lio di Kendari, Senin mengatakan dengan adanya literasi keuangan kepada pelajar SMA/SMK sederajat maka siswa dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk mengelola sumberdaya keuangan secara efektif.
"Jadi literasi dan keuangan sangat baik sekali untuk memberikan edukasi terhadap siswa-siswi kita agar mereka gemar menabung lebih awal, mereka yang merencanakan keuangannya," kata dia.
Literasi keuangan tidak hanya sekedar memperkenalkan produk perbankan, investasi, asuransi, namun harus mencakup bagaimana menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk membuat keputusan keuangan.
Asrun mengaku mendukung program Otoritas Jasa Keuangan (OJK) satu rekening satu pelajar (Kejar). Menurutnya, program tersebut sangat tepat sehingga jika ada bantuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maka bisa langsung ke siswa itu sendiri.
"Dengan adanya rekening mereka, ketika ada bantuan-bantuan dari kementerian itu bisa langsung ke rekening mereka. Literasi digital adalah suatu keniscayaan, kita tidak bisa menghindar dari era ini. Dunia pendidikan juga terbantu dengan ini," kata Asrun.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan Sultra Arjaya Dwi Raya mengatakan untuk meningkatkan inklusi di kalangan pelajar, pihaknya terus mendorong program satu rekening satu pelajar (Kejar) yang menargetkan 70 persen pelajar Indonesia memiliki rekening tabungan perbankan di tahun ini.
Dikatakan, OJK sedang menyiapkan konten-konten edukasi keuangan melalui learning manajemen system yang menampilkan modul-modul edukasi semua sektor jasa keuangan seperti perbankan, industri keuangan non bank, pasar modal dan fintech yang bisa diakses secara elektronik,
"Gerakan menabung untuk pelajar merupakan hal yang sangat krusial mengingat jumlahnya yang besar, yaitu sekitar 65 juta pelajar, atau 25 persen dari total penduduk dan termasuk kategori critical economic players (pelaku ekonomi yang sangat strategis) yang perlu dibekali pemahaman keuangan yang memadai," demikian Arjaya.
Kepala Disdikbud Sultra Asrun Lio di Kendari, Senin mengatakan dengan adanya literasi keuangan kepada pelajar SMA/SMK sederajat maka siswa dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilan untuk mengelola sumberdaya keuangan secara efektif.
"Jadi literasi dan keuangan sangat baik sekali untuk memberikan edukasi terhadap siswa-siswi kita agar mereka gemar menabung lebih awal, mereka yang merencanakan keuangannya," kata dia.
Literasi keuangan tidak hanya sekedar memperkenalkan produk perbankan, investasi, asuransi, namun harus mencakup bagaimana menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk membuat keputusan keuangan.
Asrun mengaku mendukung program Otoritas Jasa Keuangan (OJK) satu rekening satu pelajar (Kejar). Menurutnya, program tersebut sangat tepat sehingga jika ada bantuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maka bisa langsung ke siswa itu sendiri.
"Dengan adanya rekening mereka, ketika ada bantuan-bantuan dari kementerian itu bisa langsung ke rekening mereka. Literasi digital adalah suatu keniscayaan, kita tidak bisa menghindar dari era ini. Dunia pendidikan juga terbantu dengan ini," kata Asrun.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan Sultra Arjaya Dwi Raya mengatakan untuk meningkatkan inklusi di kalangan pelajar, pihaknya terus mendorong program satu rekening satu pelajar (Kejar) yang menargetkan 70 persen pelajar Indonesia memiliki rekening tabungan perbankan di tahun ini.
Dikatakan, OJK sedang menyiapkan konten-konten edukasi keuangan melalui learning manajemen system yang menampilkan modul-modul edukasi semua sektor jasa keuangan seperti perbankan, industri keuangan non bank, pasar modal dan fintech yang bisa diakses secara elektronik,
"Gerakan menabung untuk pelajar merupakan hal yang sangat krusial mengingat jumlahnya yang besar, yaitu sekitar 65 juta pelajar, atau 25 persen dari total penduduk dan termasuk kategori critical economic players (pelaku ekonomi yang sangat strategis) yang perlu dibekali pemahaman keuangan yang memadai," demikian Arjaya.