Baubau (ANTARA) - Pemerintah Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, melalui Dinas Pariwisata mulai melirik hutan mangrove untuk dijadikan sebagai kawasan wisata baru daerah itu.
Kepala Dinas Pariwisata Baubau, Ali Arham, di Baubau, Jumat mengatakan kawasan mangrove di wilayah ini masih cukup banyak dan menarik menjadi kawasan destinasi wisata.
"Untuk wilayah Baubau, letak lokasi hutan mangrove itu berada diantara Bungi dan Lakulogou. Dan rencana ke depanya kita siapkan lokasi itu menjadi kawasan destinasi wisata," ujarnya.
Ali Arham mengatakan, selain satu-satunya hutan mangrove yang mana pertemuan air sungai dan laut. Di sisi lain kawasan hutan tersebut terdapat banyak flora dan fauna, bahkan dianggap unik karena terdapat hewan di antaranya seperti buaya.
"Saya kira hewan buaya itu jangan dianggap sebuah momok yang menakutkan tapi kita cukup melihatnya bahwa hewan sangat langka dan tidak semua daerah memiliki hewan seperti itu," katanya.
Rencana pengembangan hutan mangrove atau yang biasa disebut bakau itu, akan dapat bermanfaat dalam peningkatan ekonomi masyarakat sekitar karena dampaknya akan menjadi titik-titik keramaian.
"Tentunya manfaatnya akan ada jajanan kuliner dan sebagainya. Dan di sana juga itu sudah ada kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang akan mengemas kawasan hutan mangrove menjadi kawasan destinasi wisata," katanya.
Kota Baubau melalui Dinas Pariwisata terus menggenjot pengembangan sektor-sektor destinasi pariwisata yang juga sebagai ikon daerah sebagai tujuan para pengunjung.
Selain memiliki benteng terluas di dunia dan hutan pinus Samparona, juga terdapat banyak objek wisata lainnya di darat hingga pantai.
Kepala Dinas Pariwisata Baubau, Ali Arham, di Baubau, Jumat mengatakan kawasan mangrove di wilayah ini masih cukup banyak dan menarik menjadi kawasan destinasi wisata.
"Untuk wilayah Baubau, letak lokasi hutan mangrove itu berada diantara Bungi dan Lakulogou. Dan rencana ke depanya kita siapkan lokasi itu menjadi kawasan destinasi wisata," ujarnya.
Ali Arham mengatakan, selain satu-satunya hutan mangrove yang mana pertemuan air sungai dan laut. Di sisi lain kawasan hutan tersebut terdapat banyak flora dan fauna, bahkan dianggap unik karena terdapat hewan di antaranya seperti buaya.
"Saya kira hewan buaya itu jangan dianggap sebuah momok yang menakutkan tapi kita cukup melihatnya bahwa hewan sangat langka dan tidak semua daerah memiliki hewan seperti itu," katanya.
Rencana pengembangan hutan mangrove atau yang biasa disebut bakau itu, akan dapat bermanfaat dalam peningkatan ekonomi masyarakat sekitar karena dampaknya akan menjadi titik-titik keramaian.
"Tentunya manfaatnya akan ada jajanan kuliner dan sebagainya. Dan di sana juga itu sudah ada kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang akan mengemas kawasan hutan mangrove menjadi kawasan destinasi wisata," katanya.
Kota Baubau melalui Dinas Pariwisata terus menggenjot pengembangan sektor-sektor destinasi pariwisata yang juga sebagai ikon daerah sebagai tujuan para pengunjung.
Selain memiliki benteng terluas di dunia dan hutan pinus Samparona, juga terdapat banyak objek wisata lainnya di darat hingga pantai.