Jakarta (ANTARA) - Setelah menanti selama 41 tahun, Indonesia akhirnya kembali meraih medali emas di Paralimpiade Tokyo 2020 melalui cabang olahraga para-badminton nomor ganda putri SL3-SU5 Leani Ratri Oktila/Khalimatus Sadiyah di Yoyogi National Stadium, Sabtu.
Leani/Khalimatus yang datang sebagai unggulan pertama mengalahkan unggulan kedua asal China Cheng Hefang/Ma Huihui pada final dengan dua gim langsung 21-18, 21-12.
Hasil ini sekaligus menjadi yang pertama sejak Paralimpiade Arnhem 1980 di Belanda. Kala itu, Indonesia meraih dua emas melalui Yan Soebiyanto pada cabang lawn bowls nomor tunggal putra dan R. S. Arlen pada angkat besi nomor 57kg.
Raihan emas dari Leani/Khalimatus juga sekaligus menegaskan status Indonesia sebagai negara kuat cabang olahraga tepok bulu. Sekadar infomasi, ini merupakan debut para-badminton di Paralimpiade.
Lebih dari itu, pundi-pundi medali Indonesia pun bertambah di pesta olahraga terbesar untuk atlet disabilitas di dunia tersebut. Secara keseluruhan, hingga berita ini diturunkan Indonesia mengoleksi 5 emas, 6 perak, dan 13 perunggu sepanjang sejarah atau sejak debut di Paralimpiade Toronto pada 1976 silam.
Jumlah tersebut dipastikan bertambah, mengingat besok, Indonesia juga masih akan melakoni pertandingan perebutan medali. Bahkan, Leani berpotensi menambah dua emas lagi setelah memastikan tiket final pada sektor tunggal putri SL4 dan ganda campuran SL3-SU5 bersama Hary Susanto.
Pada hari ini, Leani juga berhasil mengalahkan wakil tunggal putri SL4 asal China Ma Huihui pada semifinal dengan skor 21-12, 21-7. Kemudian bersama Hary Susanto, Leani juga berhasil menandaskan perlawanan ganda campuran SL3-SU5 asal India Pramod Bhagat/Palak Kohli dua gim langsung 21-3, 21-15 di babak empat besar.
Selain itu, Indonesia juga berpeluang meraih perunggu melalui Fredy Setiawan di sektor tunggal putra SL4, besok. Dia bakal melakoni laga perebutan tempat ketiga setelah hari ini, kalah di semifinal dari wakil India Suhas Yathiraj dengan skor 9-21, 15-21.
Adapun khusus hari ini, selain medali emas, Indonesia juga meraih medali perak dan perunggu masing-masing melalui Dheva Anrimusthi dan Suryo Nugroho yang turun di sektor tunggal putra SU5.
Dheva Anrimusthi harus puas pulang dengan perak setelah pada partai final kalah dari Cheah Liek Hou dari Malaysia dengan skor 17-21, 15-21.
Sementara Suryo Nugroho berhasil mengalahkan Fang Jen Yu (Taiwan) dengan skor akhir 21-16, 21-9 pada perebutan tempat ketiga tunggal putra SU5.
Bagi Dheva dan Suryo, pertandingan tersebut merupakan kali kedua setelah pada pagi harinya, mereka saling berhadapan di semifinal yang akhirnya dimenangi Dheva dengan skor 21-13, 21-15.
Harapan para-atletik tambah medali pupus
Sementara itu pada cabang olahraga para-atletik, harapan menambah pundi-pundi medali pupus setelah dua wakil yang tersisa Saptoyogo Purnomo dan Kharisma Evi Tiarani gagal meraih hasil maksimal dalam perlombaan di Olympic Stadium, Sabtu.
Saptoyogo hanya mampu finis di posisi keenam dalam final nomor lari 200 meter putra T37 dengan catatan waktu 23,27 detik.
Medali emas diraih sprinter Amerika Serikat Nick Mayhugh dengan waktu 21,19 detik, medali perak diraih Andrei Vdovin (ROC) dengan 22,24 detik dan Mendonca de Gomes (Brazil) meraih perunggu dengan waktu 22,62 detik.
Sementara di atas Saptoyogo ada dua sprinter lainnya, yakni Chermen Kobesov (ROC) dengan waktu 22,85 detik dan Michael Kotkowski dari Polandia dengan 23,12 detik yang finis kelima.
Meski gagal merebut medali, Saptoyogo mencatatkan penampilan terbaiknya di nomor tersebut, lebih cepat dari waktu yang dicetaknya pada babak penyisihan yakni 23,41 detik.
Sementara itu, Karisma Evi Tiarani juga gagal menyumbangkan medali untuk Merah Putih di tengah kepungan trio pelari asal Italia yang menyapu bersih medali nomor lari 100m klasifikasi T63 putri di Olympic Stadium, Sabtu.
Di tengah kondisi lintasan yang basah karena diguyur hujan, Karisma Evi sempat memimpin pada detik-detik awal sebelum disalip oleh trio Italia, sehingga Evi pun harus puas finis di urutan keempat dengan catatan waktu 14,83 detik.
Sementara medali emas diraih Ambra Sabatini yang juga memecahkan rekor dunia 100m T63 dengan waktu 14,11 detik. Perak diamankan Martina Caironi dengan 14,46 detik, dan perunggu diraih Monica Graziana Contrafatto dengan 14,73 detik.
Dengan seluruh rangkaian perlombaan dan pertandingan, hari ini, Indonesia untuk sementara mengantongi satu emas, dua perak dan tiga perunggu di Paralimpiade Tokyo. Hasil ini menempatkan Indonesia di posisi ke-53 dalam klasemen perolehan medali.
Posisi Indonesia diprediksi naik mengingat masih adanya pertandingan perebutan tiga medali di cabang para-badminton, besok.
Sementara hingga artikel ini diturunkan, China masih kokoh di puncak klasemen perolehan medali dengan mengoleksi 93 emas, 57 perak, dan 50 perunggu. Posisi kedua masih ditempati Inggris Raya dengan 41 emas, 38 perak, dan 43 perunggu.
Adapun Komite Paralimpiade Rusia di posisi ketiga dengan 36 emas, 32 perak, dan 49 perunggu. Amerika Serikat di bawahnya dengan 35 emas, 36 perak, dan 30 perunggu.
Leani/Khalimatus yang datang sebagai unggulan pertama mengalahkan unggulan kedua asal China Cheng Hefang/Ma Huihui pada final dengan dua gim langsung 21-18, 21-12.
Hasil ini sekaligus menjadi yang pertama sejak Paralimpiade Arnhem 1980 di Belanda. Kala itu, Indonesia meraih dua emas melalui Yan Soebiyanto pada cabang lawn bowls nomor tunggal putra dan R. S. Arlen pada angkat besi nomor 57kg.
Raihan emas dari Leani/Khalimatus juga sekaligus menegaskan status Indonesia sebagai negara kuat cabang olahraga tepok bulu. Sekadar infomasi, ini merupakan debut para-badminton di Paralimpiade.
Lebih dari itu, pundi-pundi medali Indonesia pun bertambah di pesta olahraga terbesar untuk atlet disabilitas di dunia tersebut. Secara keseluruhan, hingga berita ini diturunkan Indonesia mengoleksi 5 emas, 6 perak, dan 13 perunggu sepanjang sejarah atau sejak debut di Paralimpiade Toronto pada 1976 silam.
Jumlah tersebut dipastikan bertambah, mengingat besok, Indonesia juga masih akan melakoni pertandingan perebutan medali. Bahkan, Leani berpotensi menambah dua emas lagi setelah memastikan tiket final pada sektor tunggal putri SL4 dan ganda campuran SL3-SU5 bersama Hary Susanto.
Pada hari ini, Leani juga berhasil mengalahkan wakil tunggal putri SL4 asal China Ma Huihui pada semifinal dengan skor 21-12, 21-7. Kemudian bersama Hary Susanto, Leani juga berhasil menandaskan perlawanan ganda campuran SL3-SU5 asal India Pramod Bhagat/Palak Kohli dua gim langsung 21-3, 21-15 di babak empat besar.
Selain itu, Indonesia juga berpeluang meraih perunggu melalui Fredy Setiawan di sektor tunggal putra SL4, besok. Dia bakal melakoni laga perebutan tempat ketiga setelah hari ini, kalah di semifinal dari wakil India Suhas Yathiraj dengan skor 9-21, 15-21.
Adapun khusus hari ini, selain medali emas, Indonesia juga meraih medali perak dan perunggu masing-masing melalui Dheva Anrimusthi dan Suryo Nugroho yang turun di sektor tunggal putra SU5.
Dheva Anrimusthi harus puas pulang dengan perak setelah pada partai final kalah dari Cheah Liek Hou dari Malaysia dengan skor 17-21, 15-21.
Sementara Suryo Nugroho berhasil mengalahkan Fang Jen Yu (Taiwan) dengan skor akhir 21-16, 21-9 pada perebutan tempat ketiga tunggal putra SU5.
Bagi Dheva dan Suryo, pertandingan tersebut merupakan kali kedua setelah pada pagi harinya, mereka saling berhadapan di semifinal yang akhirnya dimenangi Dheva dengan skor 21-13, 21-15.
Harapan para-atletik tambah medali pupus
Sementara itu pada cabang olahraga para-atletik, harapan menambah pundi-pundi medali pupus setelah dua wakil yang tersisa Saptoyogo Purnomo dan Kharisma Evi Tiarani gagal meraih hasil maksimal dalam perlombaan di Olympic Stadium, Sabtu.
Saptoyogo hanya mampu finis di posisi keenam dalam final nomor lari 200 meter putra T37 dengan catatan waktu 23,27 detik.
Medali emas diraih sprinter Amerika Serikat Nick Mayhugh dengan waktu 21,19 detik, medali perak diraih Andrei Vdovin (ROC) dengan 22,24 detik dan Mendonca de Gomes (Brazil) meraih perunggu dengan waktu 22,62 detik.
Sementara di atas Saptoyogo ada dua sprinter lainnya, yakni Chermen Kobesov (ROC) dengan waktu 22,85 detik dan Michael Kotkowski dari Polandia dengan 23,12 detik yang finis kelima.
Meski gagal merebut medali, Saptoyogo mencatatkan penampilan terbaiknya di nomor tersebut, lebih cepat dari waktu yang dicetaknya pada babak penyisihan yakni 23,41 detik.
Sementara itu, Karisma Evi Tiarani juga gagal menyumbangkan medali untuk Merah Putih di tengah kepungan trio pelari asal Italia yang menyapu bersih medali nomor lari 100m klasifikasi T63 putri di Olympic Stadium, Sabtu.
Di tengah kondisi lintasan yang basah karena diguyur hujan, Karisma Evi sempat memimpin pada detik-detik awal sebelum disalip oleh trio Italia, sehingga Evi pun harus puas finis di urutan keempat dengan catatan waktu 14,83 detik.
Sementara medali emas diraih Ambra Sabatini yang juga memecahkan rekor dunia 100m T63 dengan waktu 14,11 detik. Perak diamankan Martina Caironi dengan 14,46 detik, dan perunggu diraih Monica Graziana Contrafatto dengan 14,73 detik.
Dengan seluruh rangkaian perlombaan dan pertandingan, hari ini, Indonesia untuk sementara mengantongi satu emas, dua perak dan tiga perunggu di Paralimpiade Tokyo. Hasil ini menempatkan Indonesia di posisi ke-53 dalam klasemen perolehan medali.
Posisi Indonesia diprediksi naik mengingat masih adanya pertandingan perebutan tiga medali di cabang para-badminton, besok.
Sementara hingga artikel ini diturunkan, China masih kokoh di puncak klasemen perolehan medali dengan mengoleksi 93 emas, 57 perak, dan 50 perunggu. Posisi kedua masih ditempati Inggris Raya dengan 41 emas, 38 perak, dan 43 perunggu.
Adapun Komite Paralimpiade Rusia di posisi ketiga dengan 36 emas, 32 perak, dan 49 perunggu. Amerika Serikat di bawahnya dengan 35 emas, 36 perak, dan 30 perunggu.