Jakarta (ANTARA) - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan ketersediaan obat COVID-19 produksi dalam negeri hingga September 2021.
"Untuk obat-obatan, sampai September, karena kita proyeksi dua bulan ke depan, kita fokus ke apotek yang dikelola BUMN, order dari Kementerian Kesehatan, keperluan 'holding' RS BUMN dan paket dua juta yang BUMN suplai ke TNI untuk Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)," kata Erick Thohir dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Senin.
Erick Thohir menyampaikan hal tersebut seusai menghadiri rapat terbatas mengenai Pinjaman Kredit Usaha Rakyat Pertanian yang dipimpin Presiden Joko Widodo.
"Suplai itu di luar apotek dan RS swasta, karena sebagai catatan yang produksi obat oseltamivir tidak hanya dari kami BUMN oleh Indofarma, tapi juga banyak dari perusahaan swasta seperti Amarox, Etana, Biotik, Kalbe Farma, Roche, dan Sampharindo," ucap Erick.
Sedangkan Azithromycin juga banyak perusahaan yang memproduksi, seperti Hexpharm Jaya, Bernofarm dan lainnya. "Jadi, yang kami fokuskan ke Kemenkes, kebutuhan apotek BUMN, RS BUMN dan (paket bantuan obat) yang dua juta," katanya.
Erick menyampaikan angka ketersediaan obat per 31 Juli 2021.
Azithromycin 980 ribu
Zinc 1,2 juta
Paracetamol 2,3 juta
Vitamin C 7,6 juta
Vitamin D 1,6 juta
Oseltamivir 7,7 juta
Favipiravir 4 juta
Avicov 1,5 juta
"Agustus terus kita lanjutkan, jadi secara produksi akan terus kita tingkatkan, bagaimana kita jaga di lapangan," ujarnya.
Erick juga membuat mekanisme untuk mencegah penimbunan obat di lapangan. "Kita perketat juga, sehingga tidak ada penimbunan saat beli, kita kuotakan dan sesuai resep dokter, karena kita takut ada 'loop hole', tentu kita tidak menyalahkan siapa-siapa, misalnya tiba-tiba ada satu orang bisa beli dalam jumlah besar, itu kita jaga agar di apotek atau sesuai dengan kebutuhan rumah sakit atau Kemenkes," tambah Erick.
Target produksi obat-obat COVID-19 untuk September 2021 menurut Erick Thohir yaitu:
Azithromycin 13 juta
Zinc sekitar 15 juta
Paracetamol 30 juta
Vitamin C 77 juta
Ambroxol 26 juta
Vitamin D3 20 juta
Oseltamivir 32 juta
Favipiravir 83 juta
"Kita sekarang secara produksi 'in line', bahan baku juga terkontrol, tapi ini yang saya sampaikan angka-angka yang diproduksi BUMN, di luar (produksi obat) swasta," ungkap Erick.
Sedangkan terkait dengan vaksin gotong royong yang dikerjakan oleh KADIN, menurut Erick, sudah tersedia 5,5 juta dosis.
"2,6 juta masih menunggu rilis BPOM, sedangkan 2,9 juta sudah dirilis, dan yang sudah kita distribusikan 1,92 juta untuk vaksin gotong royong. Alhamduilah lancar dan memakai merek Sinopharm, jadi kita tidak pakai merek-merek yang program vaksin pemerintah atau COVAX/GAVI atau yang di luar 500 ribu sumbangan (dari negara sahabat)," ungkap Erick.
"Untuk obat-obatan, sampai September, karena kita proyeksi dua bulan ke depan, kita fokus ke apotek yang dikelola BUMN, order dari Kementerian Kesehatan, keperluan 'holding' RS BUMN dan paket dua juta yang BUMN suplai ke TNI untuk Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)," kata Erick Thohir dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Senin.
Erick Thohir menyampaikan hal tersebut seusai menghadiri rapat terbatas mengenai Pinjaman Kredit Usaha Rakyat Pertanian yang dipimpin Presiden Joko Widodo.
"Suplai itu di luar apotek dan RS swasta, karena sebagai catatan yang produksi obat oseltamivir tidak hanya dari kami BUMN oleh Indofarma, tapi juga banyak dari perusahaan swasta seperti Amarox, Etana, Biotik, Kalbe Farma, Roche, dan Sampharindo," ucap Erick.
Sedangkan Azithromycin juga banyak perusahaan yang memproduksi, seperti Hexpharm Jaya, Bernofarm dan lainnya. "Jadi, yang kami fokuskan ke Kemenkes, kebutuhan apotek BUMN, RS BUMN dan (paket bantuan obat) yang dua juta," katanya.
Erick menyampaikan angka ketersediaan obat per 31 Juli 2021.
Azithromycin 980 ribu
Zinc 1,2 juta
Paracetamol 2,3 juta
Vitamin C 7,6 juta
Vitamin D 1,6 juta
Oseltamivir 7,7 juta
Favipiravir 4 juta
Avicov 1,5 juta
"Agustus terus kita lanjutkan, jadi secara produksi akan terus kita tingkatkan, bagaimana kita jaga di lapangan," ujarnya.
Erick juga membuat mekanisme untuk mencegah penimbunan obat di lapangan. "Kita perketat juga, sehingga tidak ada penimbunan saat beli, kita kuotakan dan sesuai resep dokter, karena kita takut ada 'loop hole', tentu kita tidak menyalahkan siapa-siapa, misalnya tiba-tiba ada satu orang bisa beli dalam jumlah besar, itu kita jaga agar di apotek atau sesuai dengan kebutuhan rumah sakit atau Kemenkes," tambah Erick.
Target produksi obat-obat COVID-19 untuk September 2021 menurut Erick Thohir yaitu:
Azithromycin 13 juta
Zinc sekitar 15 juta
Paracetamol 30 juta
Vitamin C 77 juta
Ambroxol 26 juta
Vitamin D3 20 juta
Oseltamivir 32 juta
Favipiravir 83 juta
"Kita sekarang secara produksi 'in line', bahan baku juga terkontrol, tapi ini yang saya sampaikan angka-angka yang diproduksi BUMN, di luar (produksi obat) swasta," ungkap Erick.
Sedangkan terkait dengan vaksin gotong royong yang dikerjakan oleh KADIN, menurut Erick, sudah tersedia 5,5 juta dosis.
"2,6 juta masih menunggu rilis BPOM, sedangkan 2,9 juta sudah dirilis, dan yang sudah kita distribusikan 1,92 juta untuk vaksin gotong royong. Alhamduilah lancar dan memakai merek Sinopharm, jadi kita tidak pakai merek-merek yang program vaksin pemerintah atau COVAX/GAVI atau yang di luar 500 ribu sumbangan (dari negara sahabat)," ungkap Erick.