Kendari (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sulawesi Tenggara meluncurkan lelang wakaf tunai guna mendorong penguatan ekonomi keuangan syariah di provinsi itu sebagai upaya pemulihan dan memacu pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional.

Wakil Gubernur Sultra Lukman Abunawas di Kendari, Selasa, mengatakan wakaf merupakan sala satu ajaran agama Islam yang memuat pesan kepedulian, berbagi dan upaya melakukan pemerataan kesejahteraan masyarakat.

"Wakaf juga memiliki dimensi ekonomi karena dapat dijadikan instrumen dalam mengatasi kesenjangan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat," kata Lukman.

Berdasarkan hasil survei literasi wakaf nasional, nilai indeks literasi wakaf masih dinilai sangat rendah. Untuk itu perlu dibuat formulasi dan inovasi dalam pengelolaan, pelaporan dan pemanfaatan wakaf tunai sehingga terwujud transparansi dan peningkatan kredibilitas dalam pengelolaannya.

"Kami berterima kasih bagi BI yang mengadakan kegiatan ini. Sebab, ini sejalan dengan visi dan misi Pemprov Sultra, yakni Sultra Beriman dan Beradab," beber Lukman.

Ia mengajak semua pihak untuk membumikan dan mengkampanyekan gerakan wakaf tunai nasional di Sulta yang telah diresmikan pada awal 2021 oleh Presiden RI Joko Widodo.

"Selama ini masyarakat hanya familiar dengan Wakaf berupa harta benda seperti tanah dan bangunan, untuk itu dengan adanya wakaf tunai ini mengedukasi kesadaran masyarakat agar lebih ringan dan efisien dalam melakukan wakaf tunai," kata Lukaman.


  Peluncuran Lelang Wakaf Tunai oleh Kantor BI Sulawesi Tenggara di Kendari, Selasa (22/6/2021). (ANTARA/Harianto)



Kepala BI Sultra Bimo Epyanto di Kendari, Selasa, mengatakan penguatan ekonomi keuangan syariah dilakukan pihaknya melalui Road To Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Sharia Forum menuju ISEF 2021 dengan tema "Bersinergi Membangun Ekonomi dan Keuangan Syariah untuk Memperkuat Momentum Pemulihan Ekonomi Sultra" dirangkaikan dengan peluncuran lelang wakaf tunai.

"Dalam rangka membantu mitigasi dampak wabah COVID-19, nyatanya ekonomi dan keuangan syariah diyakini dapat berperan sebagai pendukung upaya pemerintah dalam meminimalisasi dampak sosial akibat melemahnya kegiatan perekonomian," kata Bimo.

Ia menyampaikan, saat ini negara-negara mulai memandang perekonomian syariah sebagai sumber pertumbuhan baru ekonomi, seperti Mesir, Arab Saudi, Tunisia dan lainnya.

Namun, hingga saat ini potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal, Indonesia telah masuk sebagai top lima negara dengan pengeluaran terbesar untuk beberapa industri seperti halal food, halal fashion dan lainnya.

"Ini menunjukkan adanya potensi besar dari Indonesia dari pengguna produk halal. Kami harap kegiatan ini mendorong pengembangan ekonomi syariah secara luas di Sultra," ujar Bimo.

   

Pewarta : Muhammad Harianto
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024