Kendari (ANTARA) - Menjaga harga pangan agar tetap stabil merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan apalagi ketika masyarakat membutuhkan pangan khususnya di bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Momen tersebut merupakan masa di mana masyarakat beramai-ramai akan membeli pangan dengan berbagai jenis komoditi untuk memenuhi kebutuhan mereka terlebih lagi masih dalam situasi pandemi COVID-19.
Dalam menjaga stabilitas harga pangan di pasar, membutuhkan peran semua pihak bukan hanya pemerintah, andil masyarakat atau pembeli, penjual hingga distributor barang sangat dibutuhkan.
Pemerintah tentunya berperan memastikan agar harga tetap stabil di pasaran dengan melakukan pemantauan harga, pembeli juga perlu diedukasi dan selalu memiliki kesadaran agar tidak membeli pangan yang berlebihan, penjual juga tidak diperbolehkan menimbun pangan.
Pemerintah harus terus mendorong produksi pangan dan meningkatkan efektivitas distribusi agar produk pangan hasil petani bisa sampai ke tangan konsumen dengan harga yang terjangkau.
Semua itu, perlu dilakukan agar harga pangan di pasaran tetap stabil dan tentu dengan demikian berimbas kepada kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara yang diharapkan bisa menekan inflasi.
Tekan inflasi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sulawesi Tenggara (Sultra) berharap pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota dapat memantau harga pangan agar tetap stabil saat Ramadhan dan Idul Fitri guna menekan inflasi di daerah itu.
Kepala KPwBI Sultra Bimo Epyanto mengatakan bahwa pada Maret 2021 Sultra mengalami inflasi sebesar 0,07 persen (mtm) lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,03 persen (mtm).
Hal tersebut dipicu oleh kenaikan sayuran dan bumbuan sering curah hujan yang relatif tinggi. Dengan capaian bulan tersebut capaian inflasi tahunan Sulawesi Tenggara masih tetap terjaga dan terkendali sebesar 1,87 persen (yoy).
Berkaitan dengan hal tersebut, BI Sulawesi Tenggara juga mencatat dalam kurun waktu lima tahun terakhir sejak 2016-2020 Ramadhan dan Idul Fitri juga terjadi inflasi salah satu komoditas pemicu tertinggi yaitu ikan (cakalang dan kembung) dan sayuran (kangkung dan tomat).
Berdasarkan pengamatan pihaknya kondisi tersebut terjadi akibat komoditas ikan rata-rata cenderung mengalami kenaikan harga pada awal tahun dan akan mengalami penurunan harga pada pertengahan tahun.
Selain itu, periode Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2021 bertepatan dengan siklus rendahnya produksi ikan segar akibat pengaruh angin musim, disamping adanya pola penurunan aktivitas nelayan pada periode Ramadhan dan Idul Fitri.
Dikatakannya, hubungan komoditas harga ikan dengan inflasi di daerah itu korelasinya sangat tinggi rata-rata 76 persen.
Perlu diantisipasi lebih dini oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik provinsi maupun yang ada di kabupaten/kota agar tidak menimbulkan kenaikan inflasi.
Dengan kondisi saat ini, dalam waktu dekat TPID provinsi akan melakukan rapat koordinasi untuk lebih intensif mengantisipasi kenakan harga pangan khususnya pada saat Ramadhan dan Idul Fitri.
TPID di Sulawesi Tenggara maupun di kabupaten/kota memiliki strategi pengendalian harga yang kita kenal dengan 4K yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif.
Ia berharap peran tokoh agama, tokoh masyarakat agar selalu mengimbau kepada masyarakat tidak membeli secara berlebihan dan tidak menumpuk bahan makanan di rumah. Termasuk mengimbau penjual agar menjual dengan harga yang wajar serta tidak menimbun barang dagangannya.
Pantau harga
Dalam rangka menjaga kestabilan harga dan ketersediaan bahan pokok guna mengantisipasi kenaikan harga selama Ramadan 2021, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi Tenggara rutin memantau pasar tadisional, distributor barang kebutuhan pokok, dan ritel modern.
Sekretaris Daerah Provinsi Sultra, Nur Endang Abbas, mengatakan ketersediaan bahan pokok di pasar tradisional cukup dan ada juga ditemukan terjadi kenaikan harga, seperti cabai tetapi harganya saat ini mulai turun dan beranjak normal.
Kanaikan harga di pasaran fluktuatif khususnya cabai, tatapi kenaikan harga ini lebih rendah dibanding beberapa pekan lalu sampai Rp60 ribu per liter dan sekarang Rp35 ribu per liter, itu pun lumayan walaupun untuk sehari-hari biasanya Rp30 ribui, hingga kini belum ada sembako yang melonjak tanpa terkendali.
Menurutnya, kenaikan harga sembako ditunjang oleh petani lokal, sebab petani sudah menaikkan harga dan kondisi cuaca yang juga menekan angka rendahnya produksi petani.
“Petani juga menaikkan harga mungkin ini menjadi kebiasaan mereka pada hari-hari tertentu dan ditunjang permintaan pasar yang meningkat,” ujarnya.
Di sisi lain Sekda Sultra bersyukur di tengah pandemi COVID-19 daya beli masyarkat mulai beranjak normal dibandingkan suasana 2020. Hal ini dinilainya dari penjualan daging di pasar tidak ada kenaikan harga tetap di harga normal seperti hari-hari biasa.
Berdasarkan pantauan TPID Sultra, pedagang di pasar tradisional lebih banyak yang menjual bahan pokok lokal hasil petani lokal. Namun, pedagang melakukan pengambilan bahan pokok dari luar daerah, seperti Sulawesi Selatan akan rugi dari biaya transportasi.
“Ini menjadi kesyukuran kita semua dengan seperti ini kesejahteraan petani dapat meningkat. Saat ini untuk ketersediaan semua produk sudah ada, lalu kualitas juga sama dengan luar daerah,” tambahnya.
Sementara itu, harga beras di Pasar Korem Kota Kendari mengalami kenaikkan masing-masing Rp1.000 perliter dan kenaikkan harga tersebut berlangsung dua bulan terakhir.
Imran, seorang pedagang beras, mengatakan kenaikan harga beras tergantung pada proses panen petani di Sultra, jika stok petani banyak, harga dijualkan pedagang di pasar juga terjangkau atau lebih murah.
Harga beras Dolog Rp9 ribu pe rliter, beras kepala Rp 9 ribu per liter, beras Santana Rp9 ribu per liter, beras Ciliwung Rp8.500 perl iter, dan beras Konawe Rp8.500.
Kepala Disperindag Sultra Sitti Saleha (kanan) bersama Ketua Tim Penggerak PKK Sultra Agista Ariany Ali Mazi (kiri) saat mengecek harga di pasar murah Kadin Sultra, Selasa (4/5/2021). (ANTARA/Harianto)
Pasar murah
Upaya lainnya yang dilakukan dalam menekan harga pangan agar tetap stabil di pasaran adalah dengan mengadakan pasar Ramadhan murah.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulawesi Tenggara (Sultra) telah menggelar pasar murah Ramadhan yang dimulai pada 3-6 Mei 2021.
Kepala Disperindag Sultra Sitti Saleha mengatakan terdapat sekitar 20 distributor bahan pokok yang berpartisipasi dalam kegiatan pasar murah Ramadhan saar itu. Mereka menawarkan berbagai jenis bahan pokok.
Pasar murah tersebut diadakan untuk mengakomodasi tingginya permintaan masyarakat terhadap kebutuhan bahan pokok menjelang Idul Fitri.
Pelaksanaan pasar murah tersebut, juga untuk menjaga keterjangkauan dan daya beli masyarakat pada sejumlah komoditas pangan untuk Hari Raya Idul Fitri.
Sudah menjadi kebiasaan bahwa menjelang lebaran harga bahan pokok di pasar umum berpotensi melonjak. Sehingga pemerintah melaksanakan pasar murah agar bisa menekan kenaikan harga sembako jelang lebaran.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sultra, La Ode Muhammad Fitrah mengatakan, dengan berbelanja di pasar murah, masyarakat bisa sedikit menghemat pengeluarannya, sebab barang-barang yang dijual harganya cukup murah dibandingkan di pasar-pasar umum.
Kata dia, harga di sini lebih murah dari harga di pasar umum, misalnya elpiji 3 kg dijual dengan harga Rp18.000 per tabung.
Selama pelaksanaan pasar murah tersebut, tetap diterapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan COVID-19, para pengunjung dan penjual wajib memakai masker.
Para pembeli yang datang berbelanja tidak boleh saling berdekatan, harus jaga jarak, pihak panitia juga menyediakan tempat cuci tangan guna mencegah penyebaran COVID-19.
Selain Disperindag, Pengurus Kamar Dagang dan Indonesia (Kadin) Sulawesi Tenggara juga menggelar pasar murah Ramadhan guna membantu pemerintah menekan kenaikan harga pangan di pasaran menjelang Idul Fitri.
Ketua Kadin Sultra Anton Timbang mengatakan pasar murah tersebut guna membantu pemerintah setempat menekan dan menstabilkan harga pangan menjelang lebaran.
"Intinya membantu pemerintah daerah untuk bagaimana bisa menekan, menstabilkan harga, sehingga tidak ada harga yang melonjak dalam rangka menghadapi Hari Raya Idul Fitri," kata dia.
Kegiatan tersebut juga sebagai bentuk dukungan kepada pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Sultra.
Sebab, semua penjual yang ada di pasar murah Ramadhan Kadin Sultra merupakan UMKM di Kedari seperti HIPMI Koltim, Ode Group dan Asima/Nina Group.
Disebutkannya, komoditas yang diperjualbelikan di pasar murah dengan 10 stan dimulai hari ini hingga 9 Mei di antaranya beras, bawang putih, bawang merah, telur, beras, aneka kue kering, cokelat dan lainnya.
Selama kegiatan pasar murah Ramadhan, Kadin Sultra akan memberikan 250 voucher belanja gratis bagi masyarakat setiap hari.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sultra Sitti Saleha mengapresiasi Kadin Sultra yang turut mengadakan kegiatan yang dapat mempercepat pemulihan ekonomi.
"Kita yakin Kadin dapat membantu pemerintah dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara," katanya.
Di saat Ramadhan hingga Lebaran 2021 terutama di tengah pandemi COVID-19 saat ini, kepastian harga pangan tetap stabil merupakan harapan semua pihak.
Dampak pandemi yang bekepanjangan yang sudah lebih satu tahun terakhir, sudah cukup membuat ekonomi masyarakat menurun yang mengakibatkan daya belu juga merosot.
Namun berbagai upaya dan kebijakan yang dilakukan pemerintah pusat maupun daerah, setidaknya telah membuat harga-harga komoditi tidak terlalu melonjak terutama di sebagian besar daerah di Indonesia.
Peningkatan produksi bahan pangan, pengawasan distribusi hingga pengawasan harga di pasar yang dilakukan sejumlah Pemda, setidaknya telah membuat harga komooditi dapat terjaga.
Kalaupun ada komoditi yang harganya melonjak seperti dading sapi, cabai seperti yang terjadi di sejumlah daerah masih tergolong wajar di saat hari besar keagamaan seperi menjelang Lebaran. Selain itu, pengawasan harga pangan juga dapat sekaligus agar inflasi dapat ditekan.
Momen tersebut merupakan masa di mana masyarakat beramai-ramai akan membeli pangan dengan berbagai jenis komoditi untuk memenuhi kebutuhan mereka terlebih lagi masih dalam situasi pandemi COVID-19.
Dalam menjaga stabilitas harga pangan di pasar, membutuhkan peran semua pihak bukan hanya pemerintah, andil masyarakat atau pembeli, penjual hingga distributor barang sangat dibutuhkan.
Pemerintah tentunya berperan memastikan agar harga tetap stabil di pasaran dengan melakukan pemantauan harga, pembeli juga perlu diedukasi dan selalu memiliki kesadaran agar tidak membeli pangan yang berlebihan, penjual juga tidak diperbolehkan menimbun pangan.
Pemerintah harus terus mendorong produksi pangan dan meningkatkan efektivitas distribusi agar produk pangan hasil petani bisa sampai ke tangan konsumen dengan harga yang terjangkau.
Semua itu, perlu dilakukan agar harga pangan di pasaran tetap stabil dan tentu dengan demikian berimbas kepada kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara yang diharapkan bisa menekan inflasi.
Tekan inflasi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sulawesi Tenggara (Sultra) berharap pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota dapat memantau harga pangan agar tetap stabil saat Ramadhan dan Idul Fitri guna menekan inflasi di daerah itu.
Kepala KPwBI Sultra Bimo Epyanto mengatakan bahwa pada Maret 2021 Sultra mengalami inflasi sebesar 0,07 persen (mtm) lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,03 persen (mtm).
Hal tersebut dipicu oleh kenaikan sayuran dan bumbuan sering curah hujan yang relatif tinggi. Dengan capaian bulan tersebut capaian inflasi tahunan Sulawesi Tenggara masih tetap terjaga dan terkendali sebesar 1,87 persen (yoy).
Berkaitan dengan hal tersebut, BI Sulawesi Tenggara juga mencatat dalam kurun waktu lima tahun terakhir sejak 2016-2020 Ramadhan dan Idul Fitri juga terjadi inflasi salah satu komoditas pemicu tertinggi yaitu ikan (cakalang dan kembung) dan sayuran (kangkung dan tomat).
Berdasarkan pengamatan pihaknya kondisi tersebut terjadi akibat komoditas ikan rata-rata cenderung mengalami kenaikan harga pada awal tahun dan akan mengalami penurunan harga pada pertengahan tahun.
Selain itu, periode Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2021 bertepatan dengan siklus rendahnya produksi ikan segar akibat pengaruh angin musim, disamping adanya pola penurunan aktivitas nelayan pada periode Ramadhan dan Idul Fitri.
Dikatakannya, hubungan komoditas harga ikan dengan inflasi di daerah itu korelasinya sangat tinggi rata-rata 76 persen.
Perlu diantisipasi lebih dini oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik provinsi maupun yang ada di kabupaten/kota agar tidak menimbulkan kenaikan inflasi.
Dengan kondisi saat ini, dalam waktu dekat TPID provinsi akan melakukan rapat koordinasi untuk lebih intensif mengantisipasi kenakan harga pangan khususnya pada saat Ramadhan dan Idul Fitri.
TPID di Sulawesi Tenggara maupun di kabupaten/kota memiliki strategi pengendalian harga yang kita kenal dengan 4K yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif.
Ia berharap peran tokoh agama, tokoh masyarakat agar selalu mengimbau kepada masyarakat tidak membeli secara berlebihan dan tidak menumpuk bahan makanan di rumah. Termasuk mengimbau penjual agar menjual dengan harga yang wajar serta tidak menimbun barang dagangannya.
Pantau harga
Dalam rangka menjaga kestabilan harga dan ketersediaan bahan pokok guna mengantisipasi kenaikan harga selama Ramadan 2021, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi Tenggara rutin memantau pasar tadisional, distributor barang kebutuhan pokok, dan ritel modern.
Sekretaris Daerah Provinsi Sultra, Nur Endang Abbas, mengatakan ketersediaan bahan pokok di pasar tradisional cukup dan ada juga ditemukan terjadi kenaikan harga, seperti cabai tetapi harganya saat ini mulai turun dan beranjak normal.
Kanaikan harga di pasaran fluktuatif khususnya cabai, tatapi kenaikan harga ini lebih rendah dibanding beberapa pekan lalu sampai Rp60 ribu per liter dan sekarang Rp35 ribu per liter, itu pun lumayan walaupun untuk sehari-hari biasanya Rp30 ribui, hingga kini belum ada sembako yang melonjak tanpa terkendali.
Menurutnya, kenaikan harga sembako ditunjang oleh petani lokal, sebab petani sudah menaikkan harga dan kondisi cuaca yang juga menekan angka rendahnya produksi petani.
“Petani juga menaikkan harga mungkin ini menjadi kebiasaan mereka pada hari-hari tertentu dan ditunjang permintaan pasar yang meningkat,” ujarnya.
Di sisi lain Sekda Sultra bersyukur di tengah pandemi COVID-19 daya beli masyarkat mulai beranjak normal dibandingkan suasana 2020. Hal ini dinilainya dari penjualan daging di pasar tidak ada kenaikan harga tetap di harga normal seperti hari-hari biasa.
Berdasarkan pantauan TPID Sultra, pedagang di pasar tradisional lebih banyak yang menjual bahan pokok lokal hasil petani lokal. Namun, pedagang melakukan pengambilan bahan pokok dari luar daerah, seperti Sulawesi Selatan akan rugi dari biaya transportasi.
“Ini menjadi kesyukuran kita semua dengan seperti ini kesejahteraan petani dapat meningkat. Saat ini untuk ketersediaan semua produk sudah ada, lalu kualitas juga sama dengan luar daerah,” tambahnya.
Sementara itu, harga beras di Pasar Korem Kota Kendari mengalami kenaikkan masing-masing Rp1.000 perliter dan kenaikkan harga tersebut berlangsung dua bulan terakhir.
Imran, seorang pedagang beras, mengatakan kenaikan harga beras tergantung pada proses panen petani di Sultra, jika stok petani banyak, harga dijualkan pedagang di pasar juga terjangkau atau lebih murah.
Harga beras Dolog Rp9 ribu pe rliter, beras kepala Rp 9 ribu per liter, beras Santana Rp9 ribu per liter, beras Ciliwung Rp8.500 perl iter, dan beras Konawe Rp8.500.
Pasar murah
Upaya lainnya yang dilakukan dalam menekan harga pangan agar tetap stabil di pasaran adalah dengan mengadakan pasar Ramadhan murah.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulawesi Tenggara (Sultra) telah menggelar pasar murah Ramadhan yang dimulai pada 3-6 Mei 2021.
Kepala Disperindag Sultra Sitti Saleha mengatakan terdapat sekitar 20 distributor bahan pokok yang berpartisipasi dalam kegiatan pasar murah Ramadhan saar itu. Mereka menawarkan berbagai jenis bahan pokok.
Pasar murah tersebut diadakan untuk mengakomodasi tingginya permintaan masyarakat terhadap kebutuhan bahan pokok menjelang Idul Fitri.
Pelaksanaan pasar murah tersebut, juga untuk menjaga keterjangkauan dan daya beli masyarakat pada sejumlah komoditas pangan untuk Hari Raya Idul Fitri.
Sudah menjadi kebiasaan bahwa menjelang lebaran harga bahan pokok di pasar umum berpotensi melonjak. Sehingga pemerintah melaksanakan pasar murah agar bisa menekan kenaikan harga sembako jelang lebaran.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sultra, La Ode Muhammad Fitrah mengatakan, dengan berbelanja di pasar murah, masyarakat bisa sedikit menghemat pengeluarannya, sebab barang-barang yang dijual harganya cukup murah dibandingkan di pasar-pasar umum.
Kata dia, harga di sini lebih murah dari harga di pasar umum, misalnya elpiji 3 kg dijual dengan harga Rp18.000 per tabung.
Selama pelaksanaan pasar murah tersebut, tetap diterapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan COVID-19, para pengunjung dan penjual wajib memakai masker.
Para pembeli yang datang berbelanja tidak boleh saling berdekatan, harus jaga jarak, pihak panitia juga menyediakan tempat cuci tangan guna mencegah penyebaran COVID-19.
Selain Disperindag, Pengurus Kamar Dagang dan Indonesia (Kadin) Sulawesi Tenggara juga menggelar pasar murah Ramadhan guna membantu pemerintah menekan kenaikan harga pangan di pasaran menjelang Idul Fitri.
Ketua Kadin Sultra Anton Timbang mengatakan pasar murah tersebut guna membantu pemerintah setempat menekan dan menstabilkan harga pangan menjelang lebaran.
"Intinya membantu pemerintah daerah untuk bagaimana bisa menekan, menstabilkan harga, sehingga tidak ada harga yang melonjak dalam rangka menghadapi Hari Raya Idul Fitri," kata dia.
Kegiatan tersebut juga sebagai bentuk dukungan kepada pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Sultra.
Sebab, semua penjual yang ada di pasar murah Ramadhan Kadin Sultra merupakan UMKM di Kedari seperti HIPMI Koltim, Ode Group dan Asima/Nina Group.
Disebutkannya, komoditas yang diperjualbelikan di pasar murah dengan 10 stan dimulai hari ini hingga 9 Mei di antaranya beras, bawang putih, bawang merah, telur, beras, aneka kue kering, cokelat dan lainnya.
Selama kegiatan pasar murah Ramadhan, Kadin Sultra akan memberikan 250 voucher belanja gratis bagi masyarakat setiap hari.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sultra Sitti Saleha mengapresiasi Kadin Sultra yang turut mengadakan kegiatan yang dapat mempercepat pemulihan ekonomi.
"Kita yakin Kadin dapat membantu pemerintah dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara," katanya.
Di saat Ramadhan hingga Lebaran 2021 terutama di tengah pandemi COVID-19 saat ini, kepastian harga pangan tetap stabil merupakan harapan semua pihak.
Dampak pandemi yang bekepanjangan yang sudah lebih satu tahun terakhir, sudah cukup membuat ekonomi masyarakat menurun yang mengakibatkan daya belu juga merosot.
Namun berbagai upaya dan kebijakan yang dilakukan pemerintah pusat maupun daerah, setidaknya telah membuat harga-harga komoditi tidak terlalu melonjak terutama di sebagian besar daerah di Indonesia.
Peningkatan produksi bahan pangan, pengawasan distribusi hingga pengawasan harga di pasar yang dilakukan sejumlah Pemda, setidaknya telah membuat harga komooditi dapat terjaga.
Kalaupun ada komoditi yang harganya melonjak seperti dading sapi, cabai seperti yang terjadi di sejumlah daerah masih tergolong wajar di saat hari besar keagamaan seperi menjelang Lebaran. Selain itu, pengawasan harga pangan juga dapat sekaligus agar inflasi dapat ditekan.