Dubai (ANTARA) - Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UAE) pada Sabtu (8/5) mengecam rencana Israel untuk mengusir warga Palestina dari rumah di tanah yang diklaim oleh pemukim Yahudi, setelah bentrokan pada malam hari di Yerusalem.
Polisi Israel menembakkan peluru karet dan granat setrum ke arah pemuda Palestina di masjid Al-Aqsa Yerusalem pada Jumat (7/5) malam.
Bentrokan di situs tersuci ketiga Islam dan di sekitar Yerusalem Timur, yang melukai 205 warga Palestina dan 17 petugas polisi, terjadi di tengah kemarahan yang meningkat atas rencana penggusuran.
"Arab Saudi menolak rencana dan tindakan Israel untuk mengusir puluhan warga Palestina dari rumah mereka di Yerusalem dan memaksakan kedaulatan Israel atas mereka," kata Kementerian Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi dalam sebuah pernyataan yang disiarkan Al Arabiya milik Saudi.
UAE, yang menormalisasi hubungan dengan Israel tahun lalu, "mengutuk keras" bentrokan dan potensi penggusuran, seperti disampaikan dalam pernyataan Menteri Luar Negeri Khalifa al-Marar, yang mendesak otoritas Israel untuk mengurangi ketegangan.
Dalam pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita negara WAM, Marar menekankan "perlunya otoritas Israel untuk memikul tanggung jawab mereka - sejalan dengan hukum internasional - untuk memberikan perlindungan yang diperlukan terhadap hak warga sipil Palestina untuk menjalankan agama mereka, dan untuk mencegah praktik yang melanggar kesucian Masjid Al-Aqsa ".
UAE dan Israel tahun lalu setuju untuk menormalisasi hubungan sebagai bagian dari perjanjian yang ditengahi oleh Amerika Serikat.
Arab Saudi, tempat kelahiran Islam, telah lama mendukung perjuangan Palestina dan menghindari kontak resmi dengan Israel.
Riyadh diam-diam menyetujui apa yang disebut Abraham Accords (Perjanjian Abraham) tetapi berhenti mendukungnya.
Perjanjian tersebut dinamai menurut nama patriark umum Abraham, yang dianggap sebagai nabi oleh tiga agama -- Yahudi, Kristen, dan Islam.
Pada November, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melakukan perjalanan ke Arab Saudi dan bertemu dengan putra mahkota Arab Saudi, dalam kunjungan pertama yang dikonfirmasi secara publik di sana oleh seorang pemimpin Israel.
Sumber : Reuters
Polisi Israel menembakkan peluru karet dan granat setrum ke arah pemuda Palestina di masjid Al-Aqsa Yerusalem pada Jumat (7/5) malam.
Bentrokan di situs tersuci ketiga Islam dan di sekitar Yerusalem Timur, yang melukai 205 warga Palestina dan 17 petugas polisi, terjadi di tengah kemarahan yang meningkat atas rencana penggusuran.
"Arab Saudi menolak rencana dan tindakan Israel untuk mengusir puluhan warga Palestina dari rumah mereka di Yerusalem dan memaksakan kedaulatan Israel atas mereka," kata Kementerian Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi dalam sebuah pernyataan yang disiarkan Al Arabiya milik Saudi.
UAE, yang menormalisasi hubungan dengan Israel tahun lalu, "mengutuk keras" bentrokan dan potensi penggusuran, seperti disampaikan dalam pernyataan Menteri Luar Negeri Khalifa al-Marar, yang mendesak otoritas Israel untuk mengurangi ketegangan.
Dalam pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita negara WAM, Marar menekankan "perlunya otoritas Israel untuk memikul tanggung jawab mereka - sejalan dengan hukum internasional - untuk memberikan perlindungan yang diperlukan terhadap hak warga sipil Palestina untuk menjalankan agama mereka, dan untuk mencegah praktik yang melanggar kesucian Masjid Al-Aqsa ".
UAE dan Israel tahun lalu setuju untuk menormalisasi hubungan sebagai bagian dari perjanjian yang ditengahi oleh Amerika Serikat.
Arab Saudi, tempat kelahiran Islam, telah lama mendukung perjuangan Palestina dan menghindari kontak resmi dengan Israel.
Riyadh diam-diam menyetujui apa yang disebut Abraham Accords (Perjanjian Abraham) tetapi berhenti mendukungnya.
Perjanjian tersebut dinamai menurut nama patriark umum Abraham, yang dianggap sebagai nabi oleh tiga agama -- Yahudi, Kristen, dan Islam.
Pada November, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melakukan perjalanan ke Arab Saudi dan bertemu dengan putra mahkota Arab Saudi, dalam kunjungan pertama yang dikonfirmasi secara publik di sana oleh seorang pemimpin Israel.
Sumber : Reuters