Jakarta (ANTARA) - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Humas Polri Brigjen Pol Rusdi Hartono menyatakan Satgas Madago Raya TNI/Polri melakukan penyisiran di lokasi kontak tembak untuk mempersempit ruang gerak aktivitas kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso pimpinan Ali Kalora.
"Setelah TNI dan Polri banyak di sana, aktivitas mereka (kelompok MIT) semakin terjepit, mudah-mudahan bisa segera diselesaikan kelompok Ali Kalora ini," kata Rusdi di Div Humas Polri, Jakarta, Rabu.
Rusdi mengatakan saat ini tim gabungan TNI/Polri tengah mendalami simpatisan-simpatisan yang memberikan logistik kepada kelompok Ali Kalora tersebut.
Kelompok MIT pimpinan Ali Kalora bersembunyi di pegunungan dan hutan-hutan usai kontak tembak. Tim TNI/Polri melakukan penyisiran dan pengejaran di sejumlah pegunungan di wilayah Kabupaten Poso.
"Kita sedang dalami pihak-pihak yang memberi logistik kepada kelompok ini," ujar Rusdi.
Terkait kabar Ali Kalora tertembak dalam kontak tembak pada Senin (1/3) lalu, Rusdi mengatakan pihaknya belum memastikan hal itu. Namun yang pasti, dua orang yang tertembak pada baku tembak tersebut adalah 11 orang yang masuk daftar pencarian orang (DPO) Kelompok MIT Poso pimpinan Ali Kalora.
"Yang jelas dapat dipastikan dua itu DPO dari kelompok MIT yang meninggal dunia. Itu yang bisa dipastikan," ucap Rusdi.
Dua orang yang tertembak tersebut adalah anggota kelompok MIT yang masuk daftar DPO sebanyak 11 orang. Keduanya tidak memiliki ikatan darah dengan Ali Kalora. Kendati demikian, keduanya adalah anggota kelompok sipil bersenjata MIT Poso, Sulawesi Tengah.
DPO MIT Poso sebelumnya berjumlah 11 orang, terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok berjumlah tujuh orang, dan satu kelompok berjumlah empat orang.
Kelompok yang berjumlah empat orang dipimpin Ali Kalora inilah yang terlibat baku tembak dengan tim Satuan Tugas Madago Raya, gabungan TNI/Polri, Senin (1/3).
Hingga kini Satgas Madago Raya, TNI/Polri masih melakukan pengejaran terhadap 9 DPO kelompok MIT pimpinan Ali Kalora. Keberadaan kelompok ini meresahkan masyarakat sekitar.
Terkait pemakaman dua anggota kelompok MIT Poso pimpinan Ali Kalora tersebut, Rusdi mengatakan jenazah diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.
"Kewajiban Polri setelah melakukan identifikasi menyerahkan kepada keluarga untuk dimakamkan. Sampai sekarang masih proses identifikasi," tutur Rusdi.
Rusdi juga memastikan pada saat pemakaman dapat pengamanan dari aparat di wilayah guna memastikan tidak ada kerumunan dan arak-arakan.
Sebelumnya diberitakan, dua DPO MIT Poso yang tewas dalam kontak tembak dengan TNI/Polri, yakni Samir alias Alfin asal Provinsi Banten dan Irul, warga Kabupaten Poso yang merupakan anak mantan pimpinan MIT Poso, Santoso.
Kontak tembak tersebut juga menewaskan seorang prajurit TNI Praka Dedi Irawan.
Kontak tembak kembali terjadi sore ini di sekitar Pegunungan Kilo 7 Desa Gayatri, Kecamatan PPU, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Rabu (3/3) sekitar pukul 16.00 WITA menyebabkan satu orang anggota polisi Briptu Herlis gugur.
Seperti diketahui, sisa terduga kelompok sipil bersenjata MIT Poso yang dipimpin Ali Kalora masih melakukan teror-nya di wilayah Sulawesi Tengah, bahkan akhir 2020 warga di Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, menjadi korban.
"Setelah TNI dan Polri banyak di sana, aktivitas mereka (kelompok MIT) semakin terjepit, mudah-mudahan bisa segera diselesaikan kelompok Ali Kalora ini," kata Rusdi di Div Humas Polri, Jakarta, Rabu.
Rusdi mengatakan saat ini tim gabungan TNI/Polri tengah mendalami simpatisan-simpatisan yang memberikan logistik kepada kelompok Ali Kalora tersebut.
Kelompok MIT pimpinan Ali Kalora bersembunyi di pegunungan dan hutan-hutan usai kontak tembak. Tim TNI/Polri melakukan penyisiran dan pengejaran di sejumlah pegunungan di wilayah Kabupaten Poso.
"Kita sedang dalami pihak-pihak yang memberi logistik kepada kelompok ini," ujar Rusdi.
Terkait kabar Ali Kalora tertembak dalam kontak tembak pada Senin (1/3) lalu, Rusdi mengatakan pihaknya belum memastikan hal itu. Namun yang pasti, dua orang yang tertembak pada baku tembak tersebut adalah 11 orang yang masuk daftar pencarian orang (DPO) Kelompok MIT Poso pimpinan Ali Kalora.
"Yang jelas dapat dipastikan dua itu DPO dari kelompok MIT yang meninggal dunia. Itu yang bisa dipastikan," ucap Rusdi.
Dua orang yang tertembak tersebut adalah anggota kelompok MIT yang masuk daftar DPO sebanyak 11 orang. Keduanya tidak memiliki ikatan darah dengan Ali Kalora. Kendati demikian, keduanya adalah anggota kelompok sipil bersenjata MIT Poso, Sulawesi Tengah.
DPO MIT Poso sebelumnya berjumlah 11 orang, terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok berjumlah tujuh orang, dan satu kelompok berjumlah empat orang.
Kelompok yang berjumlah empat orang dipimpin Ali Kalora inilah yang terlibat baku tembak dengan tim Satuan Tugas Madago Raya, gabungan TNI/Polri, Senin (1/3).
Hingga kini Satgas Madago Raya, TNI/Polri masih melakukan pengejaran terhadap 9 DPO kelompok MIT pimpinan Ali Kalora. Keberadaan kelompok ini meresahkan masyarakat sekitar.
Terkait pemakaman dua anggota kelompok MIT Poso pimpinan Ali Kalora tersebut, Rusdi mengatakan jenazah diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.
"Kewajiban Polri setelah melakukan identifikasi menyerahkan kepada keluarga untuk dimakamkan. Sampai sekarang masih proses identifikasi," tutur Rusdi.
Rusdi juga memastikan pada saat pemakaman dapat pengamanan dari aparat di wilayah guna memastikan tidak ada kerumunan dan arak-arakan.
Sebelumnya diberitakan, dua DPO MIT Poso yang tewas dalam kontak tembak dengan TNI/Polri, yakni Samir alias Alfin asal Provinsi Banten dan Irul, warga Kabupaten Poso yang merupakan anak mantan pimpinan MIT Poso, Santoso.
Kontak tembak tersebut juga menewaskan seorang prajurit TNI Praka Dedi Irawan.
Kontak tembak kembali terjadi sore ini di sekitar Pegunungan Kilo 7 Desa Gayatri, Kecamatan PPU, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Rabu (3/3) sekitar pukul 16.00 WITA menyebabkan satu orang anggota polisi Briptu Herlis gugur.
Seperti diketahui, sisa terduga kelompok sipil bersenjata MIT Poso yang dipimpin Ali Kalora masih melakukan teror-nya di wilayah Sulawesi Tengah, bahkan akhir 2020 warga di Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, menjadi korban.