Kendari (ANTARA) - Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menyampaikan kasus gagal tumbuh anak atau gizi kronis (stunting) di daerah tersebut menurun menjadi 18,5 persen dari sebelumnya 28,8 persen.

"Cenderung menurun, dari 28,8 persen pada tahun 2019 sekarang turun menjadi 18,5 persen 2020. Jumlah stunting data yang terakhir 19.687 orang," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Sultra Usnia pada Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting Provinsi Sultra, di Kendari, Senin.

Usnia menyampaikan pihaknya bersama pemangku kepentingan lainnya terus melakukan upaya penurunan kasus stunting di provinsi tersebut.

Ia menjelaskan pada tahun 2018 lokus penanganan stunting dilakukan di Kabupaten Buton. Kemudian pada tahun 2019 lokus penanganan dilakukan di Kabupaten Kolaka.

"Selanjutnya, pada tahun 2020 lokus penanganan ada empat kabupaten yaitu Kabupaten Wakatobi, Buton Selatan, Kolaka Timur dan Muna. Sementara di tahun 2021 bertambah di Kabupaten Konawe Kepulauan," jelasnya.

  Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sultra Asmar (ANTARA/Harianto)


Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sultra Asmar mengatakan pencegahan terjadinya stunting tidak hanya dimulai dari pemberian gizi kepada anak, tetapi harus dilakukan sejak persiapan seorang wanita menjadi seorang calon ibu yang sedang hamil.

"Jadi mulai dari calon ibu, kemudian hamil itu sangat penting diperhatikan karena itu 1.000 hari pertama kehidupan atau HPK," katanya.

Ia menyampaikan, upaya yang dilakukan BKKBN Sultra dalam mencegah terjadinya gizi kronis adalah melakukan sosialisasi kepada keluarga-keluarga ibu hamil, keluarga yang memiliki anak balita, tokoh masyarakat dan seluruh komponen masyarakat lainya di tingkat desa, dan terlebih khusus lagi pada masyarakat yang ada di Kampung KB.

"Stuting ini hanya bisa kita cegah kalau kita mengobati itu sulit," katanya.

Pewarta : Muhammad Harianto
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024