Kendari (ANTARA) - Pemerintah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) menyalurkan bantuan 4 ton benih padi untuk 160 hektare lahan tanam milik kelompok tani di daerah itu.

"Benih padi yang dibagikan tersebut diberikan secara gratis kepada kelompok tani," kata Kepala Dinas Pertanian Kendari, Sitti Ganef, di Kendari, Jumat.

Dikatakan, bantuan benih padi tersebut terdiri untuk padi sawah seluas 120 hektare dan benih untuk padi gogo atau padi ladang atau lahan kering seluas 40 hektare.

"Perhitungannya, setiap hektare lahan mendapat bantuan 25 kilogram benih padi. Tentunya yang kami berikan ini adalah benih padi unggul," katanya.

Ganef mengatakan bahwa tujuan pemberian bantuan benih padi tersebut adalah untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian tanaman pangan oleh petani di Kota Kendari.

"Produksi padi petani di Kendari saat ini mencapai rata-rata 5,5 ton per hektare. Dengan pemanfaatan benih unggul yang kami salurkan tersebut diharapkan bisa mencapai 7-8 ton per hektare," katanya.

Disebutkan, luas lahan padi sawah di Kendari yang berproduksi saat ini mencapai 500 hektare dengan masa tanam rata-rata dua kali setahun.

"Sebenarnya luas persawahan kita mencapai 700 hektare, tetapi ada 200 hektare yang tidak bisa berproduksi atau tidak bisa diolah karena bendungan yang menjadi sumber pengairan mengalami kerusakan berat," katanya.

Seperti diwartakan sebelumnya, Dinas Pertanian Kota Kendari menyebutkan bahwa seluas 200 hektare sawah di areal persawahan Amohalo Kendari saat ini tidak diolah diakibatkan bendungan yang menjadi sumber air mengalami rusak berat.

"Dari 700 hektare luas sawah di Amohalo, terdapat 200 hektare yang tidak bisa diolah oleh petani karena tidak tersedianya air. Satu-satunya Bendungan Amohalo yang menjadi sumber pengairan saat ini mengalami rusak berat," kata Kepala Dinas Pertanian Kendari, Sitti Ganef.

Dikatakan, Bendungan Amohalo yang dibangun oleh pemerintah pusat 2003 lalu tersebut berlokasi di Kecamatan Baruga Kota Kendari dengan luasan DAS (daerah aliran sungai) 38,63 km persegi.

"Meskipun sudah dilakukan perbaikan secara swadaya oleh warga tani, tetapi kerusakannya belum bisa teratasi," kata Ganef.

Menurut dia, tidak terolahnya 200 hektare sawah tersebut akan berdampak terhadap tingkat produksi padi yang juga akan turun dari tahun-tahun sebelumnya, karena saat ini hanya menyisahkan 500 hektare sawah yang berproduksi dengan rata-rata produksi 5,5 ton per hektare.

"Pengairan untuk areal sawah itu tergantung pada bendungan, meskipun ada sebagian yang sawah tadah hujan. Kalau 200 hektare sawah tidak diolah, akibatnya ada petani menganggur dan kehilangan pendapatan," katanya.

Upaya jangka pendek yang dilakukan saat ini kata Ganef, petani memanfaatkan pompa air untuk memenuhi kebutuhan air sawahnya yang dekat dengan sungai atau memungkikan untuk ditarik airnya dari sungai.

"Harapan kami saat ini adalah pemerintah pusat bisa membantu, karena pemerintah kota tidak memiliki dana yang cukup untuk menangani kerusakan tersebut," katanya.
 

Pewarta : Suparman
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024