Kendari (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan awal tahun 2021, kondisi iklim global dihadapkan pada gangguan anomali berupa fenomena La Nina dengan level intensitas mencapai moderate di Samudra Pasifik ekuator.
Pemantauan BMKG terhadap indikator laut dan atmosfer menunjukkan suhu permukaan laut Samudra Pasifik ekuator bagian tengah dan timur mendingin -0,5 derajat celcius hingga -1,5 derajat celcius selama tiga bulan berturut-turut diikuti oleh penguatan angin pasat.
La Nina telah lama diketahui memiliki dampak yang bersifat global berupa peningkatan curah hujan di wilayah Pasifik barat meliputi Indonesia, sebagian Asia Tenggara, dan bagian utara Australia, Brazil bagian utara, dan sebagian pantai barat Amerika Serikat.
Sebagai bagian dari variabilitas sistem iklim global, La Nina dan El Nino berulang dan memiliki siklus 2-8 tahun. La Nina terakhir pada 2010 dimana untuk wilayah Indonesia dikenal sebagai tahun basah karena hampir terkesan tidak ada kemarau sepanjang tahun akibat curah hujan yang berlebih.
La Nina dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi merupakan bencana menahun yang kerap terjadi baik pada musim hujan, transisi, maupun kemarau.
Pada musim hujan, berpotensi terjadi banjir, banjir bandang dan tanah longsor, di masa transisi biasanya ditandai hujan lebat pada periode singkat disertai angin kencang hingga hujan es. Sedangkan di musim kemarau potensi bencana yang dihadapi berupa karhutla dan gelombang tinggi.
Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) sebagai salah satu wilayah di Indonesia yang sering mengalami banjir khususnya di daerah daratan harus melakukan langkah-langkah dalam memitigasi berbagai potensi bencana tersebut.
Sinergi semua pihak perlu dilakukan mulai dari hulu dengan informasi kesiapsiagaan. Hal ini penting dilakukan sehingga meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan.
Konsolidasi siaga
Pemerintah Provinsi Sultra, Polri dan TNI serta pemangku kepentingan lainnya telah menggelar apel konsolidasi kesiapsiagaan pada Jumat (13/11) lalu, guna menghadapi bencana alam La Nina.
Gubernur Sultra Ali Mazi memimpin apel konsolidasi yang berlangsung di halaman kantor gubernur setempat, Jumat lalu.
Apel konsolidasi kesiapsiagaan menghadapi bencana alam diawali pemeriksaan sarana prasarana evakuasi dan personel oleh Gubernur Ali Mazi didampingi anggota Forkopimda Kapolda Sultra Irjen Pol Drs Yan Sultra Indrajaya, Wali Kota Kendari Sulkarnain serta pejabat lainnya.
Kantor Pertolongan dan Pencarian (Basarnas) Kensari, Direktorat Sabhara dan Satuan Brigade Mobil Polda Sultra menyiagakan sarana prasarana evakuasi pada apel konsolidasi, antara lain peralatan deteksi korban tertimbun longsor atau bangunan runtuh, peralatan evakuasi reruntuhan bangunan serta anjing pelacak.
Gubernur Ali Mazi mengajak semua pihak siap siaga menghadapi bencana alam yang terjadi kapan saja dan dimana saja.
Karakteristik wilayah Sultra sebagai daratan pegunungan dan perairan rawan bencana alam longsor, gempa bumi, gelombang tinggi, angin kencang dan banjir.
"Masih segar dalam ingatan kita tahun 2019 lalu sejumlah wilayah di Sultra dilanda bencana alam banjir bandang dan longsor yang menyebabkan kerugian materi dan tekanan psikis bagi warga setempat," kata Ali Mazi.
Oleh karena itu, apel konsolidasi kesiapsiagaan menghadapi bencana alam sangat penting bagi semua pihak.
Pada momentum apel kesiapsiagaan bencana alam, Gubernur Ali Mazi menginstruksikan delapan hal, yakni melaksanakan sosialisasi waspada bencana, meningkatkan kemampuan teknis membantu masyarakat korban bencana, meningkatkan kerjasama penanganan bencana.
Selanjutnya, siap siaga melakukan pertolongan, pedomani UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, koordinasi monitoring ancaman bencana dengan BMKG serta pemangku kepentingan lainnya, melaksanakan tugas kemanusiaan dengan keikhlasan dan menjaga keselamatan diri serta memohon petunjuk dan lindungan Allah demi kelancaran tugas.
Kapolda Sultra Irjen Pol Drs Yan Sultra Indrajaya mengatakan jajaran kepolisian kontinyu sosialisasi waspada bencana alam dan siaga mengemban tugas kemanusiaan.
Polri memiliki sarana dan prasarana serta personel terlatih yang siap diterjunkan untuk tugas kemanusiaan mengevakuasi korban bencana.
Namun yang lebih penting, menurut Kapolda Sultra adalah meningkatkan kesadaran semua pihak agar waspada bencana dan meminimalisir potensi terjadinya bencana.
Potensi banjir bandang
Badan Meteorologi Klimatogi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan potensi banjir bandang terjadi di tiga kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara, yakni Konawe, Konawe Utara hingga Kolaka Utara pada Januari 2021 mendatang.
Kepala Stasiun Klimatologi Konawe Selatan (Konsel) Aris Yunatas mengatakan, ketiga daerah tersebut berpotensi mengalami dampak bencana hidrometeorologi karena miliki historis pernah dilanda banjir bandang yang merendam rumah dan lahan pertanian warga.
Berdasarkan hasil pengamatan khusus untuk di Kabupaten Konawe Utara dan Kolaka Utara itu mempunyai trend history curah hujan yang memang tinggi.
Penyebab kedua potensi terjadi bencana banjir dan tanah longsor di kedua daerah tersebut karena mempunyai topografi yang daerahnya berada di lembah.
Sehingga di saat terjadi alih fungsi lahan ini menyebabkan bisa terjadinya banjir bandang atau bencana hidrometeorologi banjir dan tanah longsor itu potensinya besar terjadi di wilayah tersebut.
Sementara di Kabupaten Konawe terdapat sungai terbesar di Sultra, yakni Sungai Konaweeha yang setiap musim penghujan tiba selalu meluap mengakibatkan banjir khususnya daerah yang berada di kawasan aliran sungai tersebut.
Selain itu, adanya fenomena La Nina yang bisa menyebabkan beberapa dampak bencana hidrometeorologi, sehingga perlu diwaspadai dan diantisipasi sejak dini.
Pada saat musim hujan saja kita sudah banjir dan bencana hidrometeorologi, ditambah lagi sekarang ada yang namanya La Nina yang perlu kita waspadai, sehingga potensi bencana hidrometeorologi cukup besar.
Fenomena La Nina menambah jumlah curah hujan sehingga ketika memasuki musim penghujan maka intensitas hujan juga akan semakin tinggi.
Oleh karena itu, BMKG meminta pemerintah daerah kabupaten/kota untuk memitigasi potensi bencana banjir dan longsor di awal tahun 2021, khususnya tiga kabupaten tersebut sehingga tidak ada korban dan meminimalisir kerugian materiil.
Siaga bencana hidrometeorologi
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Tenggara (Sultra) meminta kepada BPBD di 17 Kabupaten/kota di provinsi itu agar siap siaga terhadap bencana hidromeorologi yang ditimbulkan dari fenomena La Nina.
Kepala BPBD Sultra Boy Ihwansyah, di Kendari, Senin, mengatakan semua BPBD di kabupaten/kota harus meningkatkan kewaspadaan mengingat berdasarkan hasil prediksi BMKG beberapa wilayah Sultra berpotensi terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
Dalam mengantisipasi bencana yang timbul dari bencana hidrometeorologi, juga selalu dilakukan koordinasi kepada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setempat sebagai acuan peringatan dini.
Sebagai organisasi pemerintah daerah yang mungkin paling bertanggung jawab, BMKG Sultra telah melakukan langkah-langkah antisipasi dini salah satunya terus memantau data yang dijadikan acuan sebagai peringatan dini.
Berdasarkan hasil pemetaan daerah rawan bencana seperti banjir lebih sering terjadi di kabupaten yang berada di daratan seperti Kolaka Utara, Konawe Utara, Konawe dan Konawe Selatan.
Sementara untuk daerah yang berada di kepulauan ancaman banjir dalam kategori sedang. Meskipun demikian, ancamannya berupa angin puting beliung, dan air pasang, gelombang tinggi serta abrasi pantai.
Masyarakat Sultra diminta tetap waspada memasuki awal tahun 2021 ini karena angin kencang bisa terjadi di mana saja.*
Pemantauan BMKG terhadap indikator laut dan atmosfer menunjukkan suhu permukaan laut Samudra Pasifik ekuator bagian tengah dan timur mendingin -0,5 derajat celcius hingga -1,5 derajat celcius selama tiga bulan berturut-turut diikuti oleh penguatan angin pasat.
La Nina telah lama diketahui memiliki dampak yang bersifat global berupa peningkatan curah hujan di wilayah Pasifik barat meliputi Indonesia, sebagian Asia Tenggara, dan bagian utara Australia, Brazil bagian utara, dan sebagian pantai barat Amerika Serikat.
Sebagai bagian dari variabilitas sistem iklim global, La Nina dan El Nino berulang dan memiliki siklus 2-8 tahun. La Nina terakhir pada 2010 dimana untuk wilayah Indonesia dikenal sebagai tahun basah karena hampir terkesan tidak ada kemarau sepanjang tahun akibat curah hujan yang berlebih.
La Nina dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi merupakan bencana menahun yang kerap terjadi baik pada musim hujan, transisi, maupun kemarau.
Pada musim hujan, berpotensi terjadi banjir, banjir bandang dan tanah longsor, di masa transisi biasanya ditandai hujan lebat pada periode singkat disertai angin kencang hingga hujan es. Sedangkan di musim kemarau potensi bencana yang dihadapi berupa karhutla dan gelombang tinggi.
Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) sebagai salah satu wilayah di Indonesia yang sering mengalami banjir khususnya di daerah daratan harus melakukan langkah-langkah dalam memitigasi berbagai potensi bencana tersebut.
Sinergi semua pihak perlu dilakukan mulai dari hulu dengan informasi kesiapsiagaan. Hal ini penting dilakukan sehingga meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan.
Konsolidasi siaga
Pemerintah Provinsi Sultra, Polri dan TNI serta pemangku kepentingan lainnya telah menggelar apel konsolidasi kesiapsiagaan pada Jumat (13/11) lalu, guna menghadapi bencana alam La Nina.
Gubernur Sultra Ali Mazi memimpin apel konsolidasi yang berlangsung di halaman kantor gubernur setempat, Jumat lalu.
Apel konsolidasi kesiapsiagaan menghadapi bencana alam diawali pemeriksaan sarana prasarana evakuasi dan personel oleh Gubernur Ali Mazi didampingi anggota Forkopimda Kapolda Sultra Irjen Pol Drs Yan Sultra Indrajaya, Wali Kota Kendari Sulkarnain serta pejabat lainnya.
Kantor Pertolongan dan Pencarian (Basarnas) Kensari, Direktorat Sabhara dan Satuan Brigade Mobil Polda Sultra menyiagakan sarana prasarana evakuasi pada apel konsolidasi, antara lain peralatan deteksi korban tertimbun longsor atau bangunan runtuh, peralatan evakuasi reruntuhan bangunan serta anjing pelacak.
Gubernur Ali Mazi mengajak semua pihak siap siaga menghadapi bencana alam yang terjadi kapan saja dan dimana saja.
Karakteristik wilayah Sultra sebagai daratan pegunungan dan perairan rawan bencana alam longsor, gempa bumi, gelombang tinggi, angin kencang dan banjir.
"Masih segar dalam ingatan kita tahun 2019 lalu sejumlah wilayah di Sultra dilanda bencana alam banjir bandang dan longsor yang menyebabkan kerugian materi dan tekanan psikis bagi warga setempat," kata Ali Mazi.
Oleh karena itu, apel konsolidasi kesiapsiagaan menghadapi bencana alam sangat penting bagi semua pihak.
Pada momentum apel kesiapsiagaan bencana alam, Gubernur Ali Mazi menginstruksikan delapan hal, yakni melaksanakan sosialisasi waspada bencana, meningkatkan kemampuan teknis membantu masyarakat korban bencana, meningkatkan kerjasama penanganan bencana.
Selanjutnya, siap siaga melakukan pertolongan, pedomani UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, koordinasi monitoring ancaman bencana dengan BMKG serta pemangku kepentingan lainnya, melaksanakan tugas kemanusiaan dengan keikhlasan dan menjaga keselamatan diri serta memohon petunjuk dan lindungan Allah demi kelancaran tugas.
Kapolda Sultra Irjen Pol Drs Yan Sultra Indrajaya mengatakan jajaran kepolisian kontinyu sosialisasi waspada bencana alam dan siaga mengemban tugas kemanusiaan.
Polri memiliki sarana dan prasarana serta personel terlatih yang siap diterjunkan untuk tugas kemanusiaan mengevakuasi korban bencana.
Namun yang lebih penting, menurut Kapolda Sultra adalah meningkatkan kesadaran semua pihak agar waspada bencana dan meminimalisir potensi terjadinya bencana.
Potensi banjir bandang
Badan Meteorologi Klimatogi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan potensi banjir bandang terjadi di tiga kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara, yakni Konawe, Konawe Utara hingga Kolaka Utara pada Januari 2021 mendatang.
Kepala Stasiun Klimatologi Konawe Selatan (Konsel) Aris Yunatas mengatakan, ketiga daerah tersebut berpotensi mengalami dampak bencana hidrometeorologi karena miliki historis pernah dilanda banjir bandang yang merendam rumah dan lahan pertanian warga.
Berdasarkan hasil pengamatan khusus untuk di Kabupaten Konawe Utara dan Kolaka Utara itu mempunyai trend history curah hujan yang memang tinggi.
Penyebab kedua potensi terjadi bencana banjir dan tanah longsor di kedua daerah tersebut karena mempunyai topografi yang daerahnya berada di lembah.
Sehingga di saat terjadi alih fungsi lahan ini menyebabkan bisa terjadinya banjir bandang atau bencana hidrometeorologi banjir dan tanah longsor itu potensinya besar terjadi di wilayah tersebut.
Sementara di Kabupaten Konawe terdapat sungai terbesar di Sultra, yakni Sungai Konaweeha yang setiap musim penghujan tiba selalu meluap mengakibatkan banjir khususnya daerah yang berada di kawasan aliran sungai tersebut.
Selain itu, adanya fenomena La Nina yang bisa menyebabkan beberapa dampak bencana hidrometeorologi, sehingga perlu diwaspadai dan diantisipasi sejak dini.
Pada saat musim hujan saja kita sudah banjir dan bencana hidrometeorologi, ditambah lagi sekarang ada yang namanya La Nina yang perlu kita waspadai, sehingga potensi bencana hidrometeorologi cukup besar.
Fenomena La Nina menambah jumlah curah hujan sehingga ketika memasuki musim penghujan maka intensitas hujan juga akan semakin tinggi.
Oleh karena itu, BMKG meminta pemerintah daerah kabupaten/kota untuk memitigasi potensi bencana banjir dan longsor di awal tahun 2021, khususnya tiga kabupaten tersebut sehingga tidak ada korban dan meminimalisir kerugian materiil.
Siaga bencana hidrometeorologi
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Tenggara (Sultra) meminta kepada BPBD di 17 Kabupaten/kota di provinsi itu agar siap siaga terhadap bencana hidromeorologi yang ditimbulkan dari fenomena La Nina.
Kepala BPBD Sultra Boy Ihwansyah, di Kendari, Senin, mengatakan semua BPBD di kabupaten/kota harus meningkatkan kewaspadaan mengingat berdasarkan hasil prediksi BMKG beberapa wilayah Sultra berpotensi terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
Dalam mengantisipasi bencana yang timbul dari bencana hidrometeorologi, juga selalu dilakukan koordinasi kepada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setempat sebagai acuan peringatan dini.
Sebagai organisasi pemerintah daerah yang mungkin paling bertanggung jawab, BMKG Sultra telah melakukan langkah-langkah antisipasi dini salah satunya terus memantau data yang dijadikan acuan sebagai peringatan dini.
Berdasarkan hasil pemetaan daerah rawan bencana seperti banjir lebih sering terjadi di kabupaten yang berada di daratan seperti Kolaka Utara, Konawe Utara, Konawe dan Konawe Selatan.
Sementara untuk daerah yang berada di kepulauan ancaman banjir dalam kategori sedang. Meskipun demikian, ancamannya berupa angin puting beliung, dan air pasang, gelombang tinggi serta abrasi pantai.
Masyarakat Sultra diminta tetap waspada memasuki awal tahun 2021 ini karena angin kencang bisa terjadi di mana saja.*