Jakarta (ANTARA) - Gojek memperkuat teknologi keamanan Gojek SHIELD dengan inovasi terbaru melalui fitur Lapor Ofik (Order Fiktif) dan teknologi untuk mendeteksi perangkat ilegal guna melindungi mitra driver dan menjadikan ekosistem platform tersebut menjadi lebih aman.
Head of Driver Operations, Trus & Safety, Kelvin Timotius, mengatakan fitur tersebut berjalan menggunakan teknologi machine learning dan kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi serta menindak berbagai tindakan curang, termasuk diantaranya order fiktif dan penggunaan perangkat ilegal.
"Kalau driver terkena order fiktif, driver bisa langsung klik di aplikasi, lapor, dan dengan cepat sekali sistem kami bisa mendeteksi dan membedakan berdasarkan transaksi-transaksi yang kami punya dengan machine learning dan artificial intelligence bisa membedakan mana yang terdeteksi fiktif berdasarkan parameter," ujar Kelvin dalam konferensi virtual, Selasa.
Lewat fitur ini mitra driver dapat melaporkan order fiktif langsung dari aplikasi driver tanpa harus menelpon call center, dalam waktu kurang dari 2 menit sistem akan secara otomatis membatalkan order yang terindikasi fiktif.
Selanjutnya, mitra driver dapat kembali bekerja. Namun, jika order tidak terindikasi fiktif, maka Gojek akan memberi informasi kepada mitra driver bahwa order aman, dan selanjutnya dapat mengontak pelanggan.
"Ini memberikan mitra suatu trust, di mana sistem Gojek akan membantu mitra dalam bekerja," kata Kelvin.
Selain deteksi order fiktif, Gojek juga menghadirkan teknologi untuk mendeteksi dan menindak secara otomatis mitra yang menggunakan perangkat ilegal.
"Aplikasi ilegal itu sangat berbahaya dan kita juga melihat aplikasi ilegal di dalam ekosistem driver Gojek, kenapa ini kami larang, dan kami protect driver kami dari aplikasi-aplikasi seperti ini, satu hal yang sangat penting, rentan risiko keamanan," ujar Kelvin.
Aplikasi ilegal digunakan mitra driver karena tergiur iming-iming oknum yang menjanjikan peningkatan jumlah order atau anti-suspend. Tidak gratis, driver biasanya dikenakan biaya untuk mengunduh aplikasi yang tentunya bukan berasal dari toko aplikasi resmi.
Apabila terdeteksi sistem, pengguna perangkat ilegal akan mendapat sanksi bertahap, mulai dari penonaktifan akun sementara sampai dengan pemutusan kemitraan.
"Kami selalu bantu edukasi. Sebelum kami melakukan suspend, kami beri peringatan. Ini salah satu advance detection yang kami punya yang bisa melindungi driver dari aplikasi ilegal," Kelvin melanjutkan.
Inovasi dan teknologi terbaru dari Gojek SHIELD (HO/Gojek)
Pakar IT dan Ahli Keamanan Digital dari Swiss German University, Charles Lim, mengungkapkan pentingnya bagi platform digital untuk selangkah di depan dalam perlombaan dengan pelaku kejahatan digital.
Baik melalui inovasi teknologi, ataupun dengan memastikan pihak-pihak didalamnya punya literasi yang cukup lewat edukasi. Terlebih, aplikasi ilegal dapat membahayakan data mitra driver, yang akan berimbas pada ekosistem Gojek secara keseluruhan.
"Saya lihat, langkah Gojek menindak penggunaan aplikasi ilegal sudah tepat, karena secara tidak langsung Gojek sedang melindungi mitranya dari kerugian yang lebih besar," ujar Charles.
Gojek juga telah melakukan berbagai hal dalam edukasi yang berkelanjutan untuk meningkatkan literasi akan pentingnya menjaga keamanan digital dengan berbagai pihak.
Tidak hanya kepada mitra driver, edukasi mengenai keamanan turut menyasar masyarakat luas lewat kolaborasi Gojek dengan berbagai pihak seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Center for Digital Society (CfDS) UGM dan Siberkreasi.
Gojek juga melakukan kolaborasi inklusif yang kuat dengan berbagai pihak, yaitu dengan pemerintah, legislator, akademisi, rekan LSM, dan tokoh publik untuk menyuarakan pentingnya keamanan digital.
Sebagai langkah korektif, Gojek juga sudah bekerja sama dengan pihak kepolisian. Selain itu, Gojek juga menjalankan pendekatan preventif untuk melindungi mitra-mitranya dari risiko keamanan.
Sebelumnya, lewat teknologi, Gojek telah menghadirkan fitur keamanan, seperti Verifikasi Muka, Penyamaran Nomor Telepon (number masking) yang melindungi akun mitra dari pembajakan, serta fitur keamanan untuk pelanggan, seperti tombol darurat (emergency button) dan bagikan perjalanan (share trip).
Head of Driver Operations, Trus & Safety, Kelvin Timotius, mengatakan fitur tersebut berjalan menggunakan teknologi machine learning dan kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi serta menindak berbagai tindakan curang, termasuk diantaranya order fiktif dan penggunaan perangkat ilegal.
"Kalau driver terkena order fiktif, driver bisa langsung klik di aplikasi, lapor, dan dengan cepat sekali sistem kami bisa mendeteksi dan membedakan berdasarkan transaksi-transaksi yang kami punya dengan machine learning dan artificial intelligence bisa membedakan mana yang terdeteksi fiktif berdasarkan parameter," ujar Kelvin dalam konferensi virtual, Selasa.
Lewat fitur ini mitra driver dapat melaporkan order fiktif langsung dari aplikasi driver tanpa harus menelpon call center, dalam waktu kurang dari 2 menit sistem akan secara otomatis membatalkan order yang terindikasi fiktif.
Selanjutnya, mitra driver dapat kembali bekerja. Namun, jika order tidak terindikasi fiktif, maka Gojek akan memberi informasi kepada mitra driver bahwa order aman, dan selanjutnya dapat mengontak pelanggan.
"Ini memberikan mitra suatu trust, di mana sistem Gojek akan membantu mitra dalam bekerja," kata Kelvin.
Selain deteksi order fiktif, Gojek juga menghadirkan teknologi untuk mendeteksi dan menindak secara otomatis mitra yang menggunakan perangkat ilegal.
"Aplikasi ilegal itu sangat berbahaya dan kita juga melihat aplikasi ilegal di dalam ekosistem driver Gojek, kenapa ini kami larang, dan kami protect driver kami dari aplikasi-aplikasi seperti ini, satu hal yang sangat penting, rentan risiko keamanan," ujar Kelvin.
Aplikasi ilegal digunakan mitra driver karena tergiur iming-iming oknum yang menjanjikan peningkatan jumlah order atau anti-suspend. Tidak gratis, driver biasanya dikenakan biaya untuk mengunduh aplikasi yang tentunya bukan berasal dari toko aplikasi resmi.
Apabila terdeteksi sistem, pengguna perangkat ilegal akan mendapat sanksi bertahap, mulai dari penonaktifan akun sementara sampai dengan pemutusan kemitraan.
"Kami selalu bantu edukasi. Sebelum kami melakukan suspend, kami beri peringatan. Ini salah satu advance detection yang kami punya yang bisa melindungi driver dari aplikasi ilegal," Kelvin melanjutkan.
Pakar IT dan Ahli Keamanan Digital dari Swiss German University, Charles Lim, mengungkapkan pentingnya bagi platform digital untuk selangkah di depan dalam perlombaan dengan pelaku kejahatan digital.
Baik melalui inovasi teknologi, ataupun dengan memastikan pihak-pihak didalamnya punya literasi yang cukup lewat edukasi. Terlebih, aplikasi ilegal dapat membahayakan data mitra driver, yang akan berimbas pada ekosistem Gojek secara keseluruhan.
"Saya lihat, langkah Gojek menindak penggunaan aplikasi ilegal sudah tepat, karena secara tidak langsung Gojek sedang melindungi mitranya dari kerugian yang lebih besar," ujar Charles.
Gojek juga telah melakukan berbagai hal dalam edukasi yang berkelanjutan untuk meningkatkan literasi akan pentingnya menjaga keamanan digital dengan berbagai pihak.
Tidak hanya kepada mitra driver, edukasi mengenai keamanan turut menyasar masyarakat luas lewat kolaborasi Gojek dengan berbagai pihak seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Center for Digital Society (CfDS) UGM dan Siberkreasi.
Gojek juga melakukan kolaborasi inklusif yang kuat dengan berbagai pihak, yaitu dengan pemerintah, legislator, akademisi, rekan LSM, dan tokoh publik untuk menyuarakan pentingnya keamanan digital.
Sebagai langkah korektif, Gojek juga sudah bekerja sama dengan pihak kepolisian. Selain itu, Gojek juga menjalankan pendekatan preventif untuk melindungi mitra-mitranya dari risiko keamanan.
Sebelumnya, lewat teknologi, Gojek telah menghadirkan fitur keamanan, seperti Verifikasi Muka, Penyamaran Nomor Telepon (number masking) yang melindungi akun mitra dari pembajakan, serta fitur keamanan untuk pelanggan, seperti tombol darurat (emergency button) dan bagikan perjalanan (share trip).