Kendari (ANTARA) - Demi melaksanakan Sosialisasi Promosi dan KIE 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) Tim Bidang KS-PK Perwakilan BKKBN Prov Sultra yang dikomandani Dr.H.Mustakim harus "bertaruh nyawa" berlayar melintasi ganasnya hempasan gelombang di Lautan Wakatobi.

Tim yang berangkat dari Kota Kendari sejak Selasa tanggal 29 September tersebut beranggotakan 6 orang yaitu Hj. Min Rahmatin (Koord. Latbang), Wiwit Imbar Mawarti, Andi Astrianti Umar, Iqsan, Ld Ufi, dan Mustakim sendiri, menjelajah 3 pulau dari 4 pulau yang menjadi akronim Wakatobi tersebut yakni Pulau Tomia, Kaledupa dan Wanci.

Turut bergabung mendampingi tim tsb Kepala Dinas PP dan KB Kabuparen Wakatobi Safiuddin, M.Si dan salah satu Penyuluh KB Wangi-Wangi Kab Wakatobi, Tuti Suwarmaningsih. Pada hari kedua (30/10) mereka menggelar sosialisasi di 2 desa di Pulau Tomia (Kecamatan Tomia).

Hari berikutnya, usai shalat subuh rombongan tersebut harus bergerak ke Pulau Kaledupa dengan speed SB Kalimantan yang dikenal paling cepat lajunya untuk saat ini di wilayah kepulauan tersebut yang juga mereka tumpangi saat hari pertama mereka menyeberang ke Tomia dari Wanci.

Ada kesan mendalam dari salah seorang penumpang dari tim tersebut yakni Wiwit Imbar Mawarti, dia merasa kapok menyebrang ke Pulau Tomia lantaran speed lajunya  "seperti terbang-terbang".

Kendati menurut penduduk setempat ombak seperti saat ini belum terlalu besar tapi bagi Wiwit yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Pukau Tomia merasakan ombak dan gelombang cukup besar.

Hal senada juga disampaikan Hj Min Rahmatin, meskipun koordinator Latbang BKKBN Sultra yang beberapa tahun lagi pensiun ini sudah sering ke Tomia.

Hal yang berkesan lain adalah ketika speed SB Kalimantan menurunkan anggota tim ini di tengah lautan dan harus berpindah ke perahu/body batang yang lebih kecil di depan Pulau Kaledupa

Karena goyangan kapal saat berhenti di tengah laut tersebut membuat ibu-ibu merasa takut, bahkan Mbak Wiwit yang dijuluki "Bunda Genre" sempat berteriak dan menangis karena ketakutan.

Paras cantiknya yang oleh anak-anak remaja Sultra yang tergabung dalam program genre biasa dipuji karena selalu ceria dan tampil lincah pun mendadak pucat dan tidak bisa lagi tersenyum.

Di Pulau Kaledupa mereka terbagi menjadi 2 tim karena harus melakukan sosialisasi di 2 desa yang berbeda seperti halnya juga di Pulau Tomia sebelumnya dan di Pulau Wanci Hari berikutnya.

Total desa yang mereka kunjungi untuk dilakukan sosialisasi adalah 6 desa di 4 kecamatan yakni Desa Waitii dan Teemoane (Kec. Tomia), Desa Tampara dan Peropa (Kec. Kaledupa Selatan), Desa Kabita (Kecamatan Wangi-Wangi Selatan), dan Keluruahan Wangi-Wangi di Kec. Wangi-Wangi dengan peserta dari beberapa Desa di wilayah kecamatan tersebut.

Dalam setiap pemberian materinya, Mustakim selalu mengingatkan peserta agar para peserta menyampaikan juga materi sosialisasi ini kepada keluarga dan para tetangganya yang tidak bisa mengikuti sosialisasi karena jumlah peserta terbatas maksimal hanya 30 orang dalam setiap kegiatan.

Menghadapi perjalanan yang cukup mencekap tersebut, Mustakim selaku ketua rombongan selalu berusaha membesarkan hati anggota timnya bahkan sesekali melontarkan kalimat lucu agar anggotanya terhibur dan tetap tegar.

"Saya juga sebenarnya takut di lautan, namun karena pernah tinggal di kepulauan Salabangka Sulteng sekitar 4 tahun saat menjadi Penyuluh KB, alhamdulillah sudah terbiasa dengan situasi di lautan," pangkas Mustakim menutup wawancara.


Pewarta : Suparman
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024