Kendari (ANTARA) - Pemerintah Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra), menargetkan ada lebih 500 rumah tidak layak huni (RTLH) tahun 2020 ini mendapatkan perbaikan melalui program bedah rumah.
Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Baubau, Yulia Widiarti, melalui Whatsap yang diterima di Kendari, Senin, mengungkapkan program bedah rumah tersebut bersumber dari berbagai anggaran yang dialokasikan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).
"Jadi untuk tahun ini kita dapat 547 rumah untuk dibedah. Jadi anggarannya itu dari APBN, bantuan luar negeri, aspirasi dari Provinsi melalui dana DAK kita," ujarnya.
Untuk lokasi sebaran program bedah rumah ini kata Yulia, menjangkau sekitar 30 persen dari total kelurahan yang ada. Jumlah rumah yang diperbaiki tiap kelurahan beragam, antara lain ada yang 75 unit, 50 unit, 20 unit dan 5 unit dalam satu kelurahan.
"Yang pasti bahwa tahun ini antara lain ada di Kelurahan Palabusa, Ngakaring-Karing, BWI, Bugi, Batulo, Liwuto, Pulau Makasar. Artinya walaupun tidak semua kelurahan tapi 30 persen kelurahan kita mendapatkan bantuan perumahan ini," sebutnya.
Yulia mengatakan, saat ini program bedah rumah tersebut sudah berjalan. Sebagian rumah yang diperbaiki, progresnya mencapai 50 persen, tetapi ada juga sudah masuk tahap akhir. Karena sumber penganggaran bedah rumah ini berbeda-beda dan tidak bersamaan waktu alokasinya.
Ia mengatakan, estimasi anggaran program bedah rumah ini juga berbeda-beda tiap sumber anggaran, mulai dari Rp17,5 juta hingga Rp20 juta untuk satu unit rumah.
"Kalau untuk dana bantuan dari Provinsi itu Rp20 juta karena ada pajak. Tapi kalau dana APBN rata-rata Rp17,5 juta. Dimana itu, Rp2,5 juta untuk upah tukang dan Rp15 juta untuk pembelian bahan," terangnya.
Sementara waktu pengerjaan bedah rumah tidak membutuhkan waktu lama, hanya sekitar dua bulan. Karena dalam program ini diharapkan juga ada swadaya dari masyarakat baik berbentuk bahan bangunan ataupun tenaga kerja.
Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Baubau, Yulia Widiarti, melalui Whatsap yang diterima di Kendari, Senin, mengungkapkan program bedah rumah tersebut bersumber dari berbagai anggaran yang dialokasikan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).
"Jadi untuk tahun ini kita dapat 547 rumah untuk dibedah. Jadi anggarannya itu dari APBN, bantuan luar negeri, aspirasi dari Provinsi melalui dana DAK kita," ujarnya.
Untuk lokasi sebaran program bedah rumah ini kata Yulia, menjangkau sekitar 30 persen dari total kelurahan yang ada. Jumlah rumah yang diperbaiki tiap kelurahan beragam, antara lain ada yang 75 unit, 50 unit, 20 unit dan 5 unit dalam satu kelurahan.
"Yang pasti bahwa tahun ini antara lain ada di Kelurahan Palabusa, Ngakaring-Karing, BWI, Bugi, Batulo, Liwuto, Pulau Makasar. Artinya walaupun tidak semua kelurahan tapi 30 persen kelurahan kita mendapatkan bantuan perumahan ini," sebutnya.
Yulia mengatakan, saat ini program bedah rumah tersebut sudah berjalan. Sebagian rumah yang diperbaiki, progresnya mencapai 50 persen, tetapi ada juga sudah masuk tahap akhir. Karena sumber penganggaran bedah rumah ini berbeda-beda dan tidak bersamaan waktu alokasinya.
Ia mengatakan, estimasi anggaran program bedah rumah ini juga berbeda-beda tiap sumber anggaran, mulai dari Rp17,5 juta hingga Rp20 juta untuk satu unit rumah.
"Kalau untuk dana bantuan dari Provinsi itu Rp20 juta karena ada pajak. Tapi kalau dana APBN rata-rata Rp17,5 juta. Dimana itu, Rp2,5 juta untuk upah tukang dan Rp15 juta untuk pembelian bahan," terangnya.
Sementara waktu pengerjaan bedah rumah tidak membutuhkan waktu lama, hanya sekitar dua bulan. Karena dalam program ini diharapkan juga ada swadaya dari masyarakat baik berbentuk bahan bangunan ataupun tenaga kerja.