Gorontalo (ANTARA) - Guru dan siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 6 Tapa di Desa Langge, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, harus menyeberangi sungai untuk melakukan aktivitas belajar mengajar secara luar jaringan (luring) dalam masa pandemi COVID-19.
Kepala Sekolah SDN 6 Tapa, Salma Razak di Gorontalo, Rabu, mengatakan ia dan guru lain harus melintasi Sungai Polanggua untuk memberikan pelajaran luring bagi kelompok belajar di Dusun III.
"Kami dan orang tua murid telah melakukan rapat untuk pembentukan kelompok belajar luring dan pada rapat itu kami mendapat dua kategori, yaitu orang tua yang memiliki gawai cerdas dan yang tidak, maka sebagian besar di SDN 6 Tapa tidak memiliki gawai dan sulit mendapat akses internet," ujarnya.
Apalagi, kata Salma, untuk kelas jauh belum memiliki jaringan internet serta listrik.
"Telah dibagi beberapa kelompok belajar, karena banyak siswa yang tidak bisa belajar secara daring, maka dibuat luring, seperti kelompok yang menyeberang sungai," ungkapnya.
Ia mengaku jika saat air sungai sedang deras maka sulit untuk melintas dan harus meminta bantuan dari warga dan orang tua siswa.
"Jadi guru kelas mendatangi rumah siswa yang telah dikelompokan untuk belajar luring," kata dia.
Salma menambahkan jika walaupun harus menyeberangi sungai, hal itu dilakukan agar anak-anak didik tetap dapat belajar di rumah, karena hingga saat ini belum ada pembelajaran tatap muka di sekolah.
Sejumlah siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 6 Tapa mengikuti pelajaran luar jaringan (luring) di Dusun III, Desa Langge, Tapa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Rabu (29/7/2020). Pihak sekolah membentuk kelompok belajar luring bagi siswa yang tidak memiliki gawai cerdas dan tinggal di lokasi sulit akses internet agar tetap bisa belajar selama masa pandemi COVID-19. ANTARA/Adiwinata Solihin
Kepala Sekolah SDN 6 Tapa, Salma Razak di Gorontalo, Rabu, mengatakan ia dan guru lain harus melintasi Sungai Polanggua untuk memberikan pelajaran luring bagi kelompok belajar di Dusun III.
"Kami dan orang tua murid telah melakukan rapat untuk pembentukan kelompok belajar luring dan pada rapat itu kami mendapat dua kategori, yaitu orang tua yang memiliki gawai cerdas dan yang tidak, maka sebagian besar di SDN 6 Tapa tidak memiliki gawai dan sulit mendapat akses internet," ujarnya.
Apalagi, kata Salma, untuk kelas jauh belum memiliki jaringan internet serta listrik.
"Telah dibagi beberapa kelompok belajar, karena banyak siswa yang tidak bisa belajar secara daring, maka dibuat luring, seperti kelompok yang menyeberang sungai," ungkapnya.
Ia mengaku jika saat air sungai sedang deras maka sulit untuk melintas dan harus meminta bantuan dari warga dan orang tua siswa.
"Jadi guru kelas mendatangi rumah siswa yang telah dikelompokan untuk belajar luring," kata dia.
Salma menambahkan jika walaupun harus menyeberangi sungai, hal itu dilakukan agar anak-anak didik tetap dapat belajar di rumah, karena hingga saat ini belum ada pembelajaran tatap muka di sekolah.