Jakarta (ANTARA) - Zoom Video Commucations meluncurkan layanan berlangganan perangkat keras, sebagai upaya membuat aplikasi telekonferensi tersebut lebih mudah diakses oleh pengguna dengan memungkinkan mereka memilih opsi berlangganan untuk ponsel dan ruang rapat.
Dikutip dari Reuters, Rabu, Paket Zoom Phone ditawarkan dengan harga 5,99 dolar AS atau sekitar Rp87.000, dan 60 dolar AS atau sekitar Rp866.400 per bulan.
Sementara, untuk biaya layanan perangkat keras untuk Zoom Rooms berada di kisaran 75 dolar AS (Rp1,1 juta) hingga 200 dolar AS (Rp2,9 juta) per bulan.
Zoom telah bermitra dengan produsen perangkat keras pihak ketiga, seperti DTEN, Neat, Poly dan Yealink untuk perangkat ponsel dan ruang rapat.
Platform telekonferensi Zoom, yang mengalami lonjakan pengguna ketika pandemi COVID-19 memaksa jutaan orang di seluruh dunia untuk tinggal di dalam rumah, telah menghadapi masalah privasi dan keamanan yang mendorongnya untuk meluncurkan peningkatan besar.
Peluncuran ini datang hampir sepekan setelah Zoom mengatakan telah membuat kemajuan signifikan dalam hal laporan transparansi yang merinci informasi terkait permintaan yang diterima untuk data, catatan atau konten. Laporan tersebut akan dirilis pada akhir tahun ini.
Zoom juga bergabung dengan daftar perusahaan AS, termasuk Facebook, Microsoft dan Google, yang menangguhkan pemrosesan permintaan data pengguna dari otoritas Hong Kong menyusul adanya regulasi baru.
Dikutip dari Reuters, Rabu, Paket Zoom Phone ditawarkan dengan harga 5,99 dolar AS atau sekitar Rp87.000, dan 60 dolar AS atau sekitar Rp866.400 per bulan.
Sementara, untuk biaya layanan perangkat keras untuk Zoom Rooms berada di kisaran 75 dolar AS (Rp1,1 juta) hingga 200 dolar AS (Rp2,9 juta) per bulan.
Zoom telah bermitra dengan produsen perangkat keras pihak ketiga, seperti DTEN, Neat, Poly dan Yealink untuk perangkat ponsel dan ruang rapat.
Platform telekonferensi Zoom, yang mengalami lonjakan pengguna ketika pandemi COVID-19 memaksa jutaan orang di seluruh dunia untuk tinggal di dalam rumah, telah menghadapi masalah privasi dan keamanan yang mendorongnya untuk meluncurkan peningkatan besar.
Peluncuran ini datang hampir sepekan setelah Zoom mengatakan telah membuat kemajuan signifikan dalam hal laporan transparansi yang merinci informasi terkait permintaan yang diterima untuk data, catatan atau konten. Laporan tersebut akan dirilis pada akhir tahun ini.
Zoom juga bergabung dengan daftar perusahaan AS, termasuk Facebook, Microsoft dan Google, yang menangguhkan pemrosesan permintaan data pengguna dari otoritas Hong Kong menyusul adanya regulasi baru.