Kendari (ANTARA) - Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, mendukung pemenuhan gizi anak saat penerapan normal baru dengan menggelar webinar kesehatan nasional dengan tema "Cegah Stunting dan Gizi Buruk pada Bayi dan Balita Masa Pandemi COVID-19.

Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari, Askrening, mengatakan di Kendari, Kamis, masalah gizi anak, dapat menjadi penyerta kematian anak pada masa pandemi COVID-19.

Askrening menjelaskan bahwa di Indonesia balita kurang gizi dan stunting masih menjadi ancaman bagi kesehatan. Hal ini diperparah munculnya pandemi COVID-19. Sebelum adanya pandemi COVID-19 prevalensi stunting di Indonesia sesuai hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) Kementerian Kesehatan Tahun 2018 mencapai 30,8 persen.

"Angka stunting di Indonesia sebanyak tujuh juta balita. Sementara anak yang mengalami kekurangan gizi sebanyak dua juta balita. Ini menunjukkan 1 dari 3 balita atau ada sekitar tujuh juta balita di Indonesia yang mengalami stunting," kata Askrening saat webinar.

Menurut dia, imbauan mencegah penyebaran COVID-19 di Indonesia dengan tetap di rumah saja, menjaga jarak ternyata berdampak pada seluruh segmen kehidupan baik sosial, pendidikan, ekonomi termasuk kesehatan.

"Di bidang kesehatan perilaku kesehatan berubah. Terjadi penurunan kunjungan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dasar di puskesmas termasuk Posyandu. Pemantauan tumbuh kembang anak tidak dapat dilakukan sehingga ini ditempuh melalui kunjungan rumah. Kesehatan ibu menyusui dan perawatan anak dibatasi oleh jangkauan petugas. Keterbatasan tenaga pelayanan kesehatan ini sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan," tutur Askrening.

Ia mengungkapkan, meningkatnya jumlah keluarga yang memiliki keterbatasan dalam mengakses pangan yang terjangkau selama pandemi COVID-19 yang disebabkan oleh menurunnya daya beli, mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), distribusi yang terputusnya sampai ke tingkat keluarga, menjadi salah faktor tidak terpenuhinya nutrisi pada balita.

"Hal ini dapat mengakibatkan gangguan malnutrisi kronik dan sangat berdampak pada perlindungan terhadap infeksi yang selanjutnya menggagalkan penurunan stunting yang sedang diupayakan ini. Karena dapat terjadi peningkatan jumlah anak sehat yang mengalami sakit dan menjadi gizi kurang dan buruk," ungkapnya.

Penting dikembangkan, kata Askrening, upaya-upaya untuk membantu pemerintah sebagai terobosan untuk mengembangkan standar pelayanan kesehatan dasar termasuk gizi di masa pandemi COVID-19 dan masa normal baru atau new normal.

"Dan memastikan anak-anak di daerah bisa mendapatkan haknya untuk mendapatkan gizi yang terbaik melalui konseling secara virtual. Di sisi lain perlu mempertimbangkan daerah menggalakkan pangan lokal yang akan berpengaruh pada ekonomi kerakyatan," pungkasnya.
  Wakil Gubernur Sultra, Lukman Abunawas pada kegiatan webinar kesehatan nasional oleh Poltekkes Kemenkes Kendari dengan tema cegah stunting dan gizi buruk pada bayi dan Balita masa pandemi COVID-19. (ANTARA/Harianto)
Sementara itu, Wakil Gubernur Sultra, Lukman Abunawas yang turut bergabung dalam seminar tersebut mengatakan upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi yaitu intervensi gizi untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung

"Implementasi pencegahan dan penanggulangan stunting melalui rumah cegah stunting Sultra sehat sebagai upaya percepatan penurunan stunting yang harus dilakukan sedini mungkin yakni dimulai dari usia hamil sampai anak berusia 2 tahun atau 1000 hari pertama kehidupan serta merupakan program prioritas nasional yang harus mendapat perhatian khusus bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah," kata Lukman.

Ia menjelaskan, tujuan utama dari rumah cegah stunting, pertama meningkatkan upaya pencegahan terjadinya kasus stanting. Kedua meningkatkan deteksi dini kasus stunting di masyarakat oleh kader. Ketiga meningkatkan cakupan penanganan anak kurang gizi. Keempat terbangunnya kerjasama antara Puskesmas, rumah sakit untuk menjamin kualitas tatalaksana kasus stunting, gizi kurang, gizi buruk pada balita. Kelima meningkatkan kemampuan keterampilan dan keluarga dalam memberikan pola pengasuhan terhadap anak dan anggota keluarga yang lain.

Pewarta : Muhammad Harianto
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024