London (ANTARA) - Inggris akan memulai uji coba lima obat baru sebagai bagian dari upaya melawan virus corona, seperti dilaporkan media setempat, Senin.
Para ilmuwan di negara tersebut sedang berupaya mendaftarkan ratusan pasien untuk uji coba tersebut guna menemukan cara untuk mencegah orang mengalami sakit parah hingga membutuhkan pelayanan intensif atau ventilator.
Laporan Guadian menyebutkan uji coba akan dimulai di 30 rumah sakit.
Obat pengencer darah yang disebut heparin menjadi salah satu obat dalam uji coba yang dimaksud. Obat itu akan diberikan kepada pasien COVID-19 untuk pertama kali sebab obat tersebut mampu "memberikan efek dramatis dalam paru-paru," menurut Tom Wilkinson, yang merupakan profesor ilmu kedokteran pernapasan sekaligus konsultan.
Kepada Guardian, ia menyampaikan: "Obat itu merupakan sebuah molekul lekat yang besar, yang dapat menempel pada virus dan mencegahnya masuk ke dalam sel dan selanjutnya mungkin memiliki efek anti-inflamasi yang penting."
Obat tersebut dapat diproduksi dalam jumlah besar dengan cara yang hemat biaya jika terbukti manjur.
Bemcentinib, sebuah tablet yang dikembangkan oleh perusahaan Norwegia, BerGenBio, menjadi obat lain yang juga akan diuji coba. Obat tersebut digunakan untuk mengobati kelainan darah.
Medi3506, suntikan anti-inflamasi yang kini dikembangkan untuk gangguan kulit dan penyakit paru obstruktif kronis, tetapi yang juga digunakan dalam uji coba asma dari AstraZenec, juga terlibat dalam uji coba tersebut.
Obat itu berfungsi untuk meredam badai sitokin yang menyebabkan sistem imun tubuh menjadi terlalu lelah dan menyebabkan demam, radang serta kelelahan, menurut harian tersebut.
Calquence, obat AstraZeneca lainnya, yang digunakan untuk mengobati limpoma sel mantel (kanker sel darah putih), juga akan dilakukan uji coba pada pasien. Obat itu dikembangkan untuk peradangan paru-paru yang parah. Obat tersebut sebelumnya mengurangi frekuensi komplikasi dari infeksi COVID-19 atau cedera paru-paru yang parah.
Zilucoplan, obat yang dikembangkan oleh perusahaan Belgia, UCB, yang dalam uji coba untuk obat potensial myasthenia gravis, melemahnya otot pada tubuh, diikutsertakan dalam uji coba Inggris.
Sebanyak 60 pasien untuk masing-masing obat akan perlu dievaluasi selama beberapa bulan ke depan. Para peneliti akan terlihat bekerja sama dengan negara lain dan mungkin pasien COVID-19 yang tidak dirawat di rumah sakit tetapi menunjukkan gejala yang kuat.
Sumber: Anadolu
Para ilmuwan di negara tersebut sedang berupaya mendaftarkan ratusan pasien untuk uji coba tersebut guna menemukan cara untuk mencegah orang mengalami sakit parah hingga membutuhkan pelayanan intensif atau ventilator.
Laporan Guadian menyebutkan uji coba akan dimulai di 30 rumah sakit.
Obat pengencer darah yang disebut heparin menjadi salah satu obat dalam uji coba yang dimaksud. Obat itu akan diberikan kepada pasien COVID-19 untuk pertama kali sebab obat tersebut mampu "memberikan efek dramatis dalam paru-paru," menurut Tom Wilkinson, yang merupakan profesor ilmu kedokteran pernapasan sekaligus konsultan.
Kepada Guardian, ia menyampaikan: "Obat itu merupakan sebuah molekul lekat yang besar, yang dapat menempel pada virus dan mencegahnya masuk ke dalam sel dan selanjutnya mungkin memiliki efek anti-inflamasi yang penting."
Obat tersebut dapat diproduksi dalam jumlah besar dengan cara yang hemat biaya jika terbukti manjur.
Bemcentinib, sebuah tablet yang dikembangkan oleh perusahaan Norwegia, BerGenBio, menjadi obat lain yang juga akan diuji coba. Obat tersebut digunakan untuk mengobati kelainan darah.
Medi3506, suntikan anti-inflamasi yang kini dikembangkan untuk gangguan kulit dan penyakit paru obstruktif kronis, tetapi yang juga digunakan dalam uji coba asma dari AstraZenec, juga terlibat dalam uji coba tersebut.
Obat itu berfungsi untuk meredam badai sitokin yang menyebabkan sistem imun tubuh menjadi terlalu lelah dan menyebabkan demam, radang serta kelelahan, menurut harian tersebut.
Calquence, obat AstraZeneca lainnya, yang digunakan untuk mengobati limpoma sel mantel (kanker sel darah putih), juga akan dilakukan uji coba pada pasien. Obat itu dikembangkan untuk peradangan paru-paru yang parah. Obat tersebut sebelumnya mengurangi frekuensi komplikasi dari infeksi COVID-19 atau cedera paru-paru yang parah.
Zilucoplan, obat yang dikembangkan oleh perusahaan Belgia, UCB, yang dalam uji coba untuk obat potensial myasthenia gravis, melemahnya otot pada tubuh, diikutsertakan dalam uji coba Inggris.
Sebanyak 60 pasien untuk masing-masing obat akan perlu dievaluasi selama beberapa bulan ke depan. Para peneliti akan terlihat bekerja sama dengan negara lain dan mungkin pasien COVID-19 yang tidak dirawat di rumah sakit tetapi menunjukkan gejala yang kuat.
Sumber: Anadolu