Kendari (ANTARA) - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra), dr. La Ode Rabiul Awal mengatakan pneumonia dapat menyerang siapa saja seperti anak-anak, remaja, dewasa muda dan lanjut usia namun lebih banyak pada balita dan lanjut usia.

"Seperti pneumonia pada umumnya, pada orang dengan lanjut usia atau memiliki penyakit penyerta lain memiliki risiko lebih tinggi memperberat kondisi. Mungkin saja penyakit sebelumnya (co-morbid) misalnya hipertensi, kelainan jantung, gula dan lain-lain sehingga kemungkinan komplikasi lebih sarius," kata Rabiul Awal, saat dihubungi di Kendari, Jumat.

Demikian pula, lanjut dia, pada bayi dan balita faktor risiko lebih besar diantaranya kekebalan tubuh (imun), anatomi dan fisiologi tubuh belum sepenuhnya matur seperti pada orang dewasa.

"Demam agak tinggi sedikit apapun penyebabnya mudah kejang, gampang dehidrasi karena malas makan dan minum saat sakit," jelasnya.

Ia menjelaskan, pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri virus parasit, jamur, jajanan bahan kimia atau kerusakan fisik paru.

"Gejala yang muncul pada pneumonia ini mirip dengan pneumonia pada umumnya di antaranya demam, lemas, batuk kering dan sesak atau kesulitan bernapa," katanya.

Pneumonia dibagi menjadi tiga yaitu community acquired pneumonia (CAP) atau pneumonia komunitas, hospital ecquired pneumonia (HAP) dan ventilator associated pneumonia (VAP), dibedakan berdasarkan dari mana sumber infeksi dari pneumonia yang sering terjadi dan dapat bersifat terus bahkan kematian yaitu pneumonia komunitas.

"Saat ini sedang terjadi kasus kasus pneumonia berat yang bermula dari adanya laporan 27 kasus di Kota Wuhan, Tiongkok. Penyebabnya adalah coronavirus jenis baru yang dikenal sebagai novel coronavirus (2019-nCOV). Kasus-kasus ini kemudian meningkat cepat. Hingga tanggal 23 Januari 2020 dilaporkan telah mencapai 830 lebih kasus di seluruh dunia dan 25 orang meninggal dunia," ungkapnya.

Namun WHO, katanya, belum merekomendasikan secara spesifik untuk traveler atau restriksi perdagangan dengan Tiongkok. Saat ini WHO masih terus melakukan pengamatan.

Ia menjelaskan, masa inkubasi pada penyakit ini (pneumonia berat) belum diketahui secara pasti namun rata-rata gejala timbul setelah 2-14 hari. Metode transmisi belum diketahui dengan pasti. Awalnya virus ini diduga bersumber dari hewan. Namun ternyata telah ditemukan penularan dari manusia ke manusia.

"Terkait pencegahan belum ada vaksin untuk mencegah kasus ini karena pneumonia pada kasus outbreak saat ini disebabkan oleh coronavirus jenis baru," ujarnya.

Ia mengimbau agar masyarakat tidak panik dan tetap waspada terutama bila mengalami gejala demam, batuk disertai kesulitan bernapas, agar segera mencari pertolongan ke RS/fasilitas kesehatan terdekat, serta meningkatkan gaya hidup yang bersih dan sehat.

Pewarta : Muhammad Harianto
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024