Kendari (ANTARA) - Tim dosen dari Jurusan Pendidikan Biologi FKIP Universitas Haluoleo Kendari melakukan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dengan cara mengedukasi warga Kelurahan Ambondiaa, Kecamatan Asinua, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) membuat pupuk organik dengan bahan baku limbah coklat/kakao (Theobroma cacao) yang akan digunakan pada tanaman Sawi Hijau (Brassica sinensis L)

Tim dosen yang terlibat tersebut adalah DR Suarna Samai, SP MP selaku ketua, kemudian anggota adalah Ahdiat Agriansyah SPd, Dra Suriana E Gende MSi, Musthamin Balumbi SPd MSi dan Dwi Nurhidayah SPd M Si.

Suarna Samai, di Kendari, Minggu, mengatakan, tim dosen Jurusan Pendidikan Biologi FKIP UHO melaksanakan pengabdian kepada masyarakat pada tanggal 9 November 2019, yakni pengabdian tentang pemanfaatan Tanaman kakao/coklat (Theobroma cacao) yang menghasilkan limbah pertanian berupa kulit buah kakao.

"Limbah pertanian merupakan bahan yang terbuang di sektor pertanian. Limbah dianggap sebagai bahan yang tidak penting dan tidak bernilai ekonomi. Padahal jika dikaji dan dikelola, limbah pertanian dapat diolah menjadi beberapa produk baru yang bernilai ekonomi tinggi karena pertanian konvensional atau modern pada umumnya tidak terdapat pengelolaan limbah, sebab dalam pertanian konvensional semua inputnya seperti pupuk menggunakan bahan kimia," katanya. 

Dikatakan, limbah pertanian meliputi semua hasil proses pertanian yang tidak termanfaatkan atau belum memiliki nilai ekonomis, salah satu cara untuk memanfaatkan limbah pertanian adalah dengan dijadikan kompos, seperti halnya dengan kulit buah kakao.

"Berdasarkan survei lapangan di Kelurahan Ambondiaa kulit buah kakao dibuang begitu saja, tanpa ada yang memanfaatkan. Padahal ditinjau dari potensinya kulit buah kakao dapat dijadikan sebagai produk alternatif sebagai pupuk organik dan pakan ternak," katanya. 

Menurut Suarna, target yang Ingin dicapai dari kegiatan pengabdian pada masyarakat tersebut yakni agar pertanian organik menjadi tren terbaru dalam pengelolaan sistem pertanian, hal ini didasarkan pada munculnya kesadaran masyarakat tentang kerusakan lingkungan dan kesehatan akibat pemanfaatan pupuk anorganik yang terus-menerus dan berlebihan.

Selain itu kata dia, penggunaan pupuk organik menjadi salah satu alternatif untuk menjaga dan melestarikan lingkungan tanpa mengurangi atau menurunkan hasil produksi.

"Limbah merupakan bagian dari produk hasil pertanian yang pengelelolaannya perlu mendapat perhatian, karena dapat menjadi sumber bencana bagi manusia," ujarnya.
 
Pupuk organik katanya, menjadi pilihan karena ketersediaan di alam sangat melimpah, sehingga upaya-upaya pendidikan dan penyadaran masyarakat perlu digalakkan baik oleh institusi-institusi pertanian, institusi pendidikan tinggi, maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam mengawal masyarakat melaksanakan sistem pertanian berbasis organik.

Ia menjelaskan, pada limbah tanaman kakao, kebanyakan limbah yang dihasilkan adalah limbah padat, limbah padat memiliki cara pengolahan yang berbeda.

"Secara  umum, berdasarkan sifatnya, pengolahan limbah padat dapat dilakukan melalui dua cara yaitu diolah dan tanpa pengolahan. Untuk itu target yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah masyarakat Kelurahan Ambondiaa Kecamatan Asinua dalam memiliki pengetahuan akan pentingnya pengolahan limbah padat dan dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada tanaman khususnya untuk tanaman Sawi Hijau," katanya. Tim Dosen Biologi FKIP UHO, yang terlibat dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di Kelurahan Ambondiaa, Kecamatan Asinua, Kabupaten Konawe, Sultra dengan kegiatan mengedukasi masyarakat membuat pupuk organik dari limbah coklat/kakao untuk tanaman sawi hijau. (Foto Tim Dosen UHO)

Luaran yang dihasilkan dari penyuluhan tersebut katanya adalah memberi pengetahuan pada masyarakat dan petani di Kelurahan Ambondiaa Kecamatan Asinua cara membuat dan menghasilkan pupuk organik yang diperoleh dari kulit buah Kakao.

Kemudian, membekali dan melatih peserta penyuluhan berupa keterampilan dalam pembuatan pupuk organik khususnya dari kulit kakao yang menjadi limbah disekitar Kelurahan Ambondiaa Kecamatan Asinua Kabupaten Konawe

Kelurahan Ambondiaa adalah salah satu kelurahan yang dari sisi geografis cukup terisolasi karena letaknya yang periferal-tidak ada lagi desa sesudahnya. Untuk mencapai desa tersebut diperlukan waktu 4 sampai 5 jam dari Kota Kendari, Ibu Kota Provinsi Sultra.

Hampir setengah perjalanan adalah pengerasan atau jalan bersisa aspal, lama tempuh akan bertambah jika musim hujan dan dengan beberapa jembatan berkondisi mengkhawatirkan. Kelurahan Ambondiaa merupakan salah satu wilayah yang berpotensi dengan luas lahan budidaya 200 hektare yang dimiliki oleh petani dengan luasan rata-rata 1 hektare dalam setiap kepala keluarga (KK) dengan total keseluruhan kepala keluarga berkisar 80 KK yang sangat memadai serta sarana dan prasarana yang menunjang.

Masyarakat Kelurahan Ambondiaa Kecamatan Asinua Kabupaten Konawe memiliki perekonomian yang umumnya bertumpu kepada usaha perkebunan, pertanian dan peternakan. Salah satu potensi yang ada di desa ini adalah tanah untuk hortikultura, disamping itu juga terdapat tanah persawahan. Adapun komoditi perkebunan yang terdapat di Kelurahan Ambondiaa yaitu kakao, kelapa, karet dan kopi serta sebagian masyarakatnya menanam Gaharu. 

 

Pewarta : Suparman
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024