Baubau (ANTARA) - Ribuan talang berisi makanan tradisional disajikan sepanjang 3 kilo meter atau mengelilingi benteng keraton Buton dalam acara "peka kande-kandea" Festival Keraton Masyarakat Adat (FKMA) ASEAN VI di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, Rabu.
Kegiatan peka kande-kandea atau makan bersama itu, dihadiri Plh Sekda Provinsi Sultra, La Ode Mustari, Wali Kota Baubau, AS Tamrin, forkopimda Baubau, tamu dari kerajaan/kesultanan di Nusantara, dan sejumlah peserta dari negara sahabat.
Wali Kota Baubau, AS Tamrin mengatakan, acara peka kande-kandea merupakan suatu ritual warisan budaya Buton yang memiliki fungsi dan peran yang salah satu sisi sebagai media komunikasi silaturahim diantara masyarakat.
"Mungkin tadinya belum saling kenal akan menjadi kenal. Dan yang sudah kenal menjadi erat. Kalau dahulu itu antara perempuan dan laki-laki di Buton ini tidak bisa keluar-keluar sembarangan, sehingga wadah-wadah kande-kandea ini bisa melakukan komunikasi dengan dunia luar," katanya.
Tapi kini, lanjut Tamrin, kegiatan kande-kandea sudah kebiasaan yang setiap kali ada acara-acara yang sifatnya penting diadakan, tapi bukan kande-kandea yang seperti saat ini.
"Kali ini kita kande-kandea menjadi lebih spesifik, menjadi lebih unik, karena dilakukan mengelilingi benteng keraton yang baru pertama kali ini dilakukan," katanya.
Kemudian, dalam kegiatan makan bersama tersebut, kata dia, hadir menyaksikan dan bergabung adalah raja-raja di Nusantara dan sejumlah dari negara ASEAN seperti Korea, Malaysia, Thailand, Philipina dan Rusia, yang kemudian mendapat penilaian dari Museum Rekor Indonesia (MURI).
"Jadi ini keunikannya sebab juga tidak salah ketika komunikasi dengan pihak Muri dan mereka tertarik untuk melihat, menilai apakah ada kepantasannya untuk diberi suatu penghargaan. Karena memang pertama kali kande-kandea keliling benteng keraton ini," ujarnya.
Menurutnya pula, acara kande-kandea yang melibatkan organisasi perangkat daerah, swasta dan BUMN itu sangat berkontribusi dalam meramaikan dan menjamu tamu-tamu dari raja--raja di Nusantara.
"Mereka juga kita lihat sangat antusias, sangat puas, dan sangat bangga saat kita jamu begini. Jika menyatakan bahwa baru kali ini mereka menyaksikan acara seperti ini karena memang sudah untuk ditemukan, karena kande-kandea ini hanya kita yang lakukan di Buton ini," ujarnya.
Tamrin juga mengatakan, acara kande-kandea yang digelar tersebut merupakan salah satu rangkaian acara festival keraton masyarakat adat ASEAN tahun 2019.
"Jadi ini rangkaiannya juga. Kalau kemarin sudah kita melakukan pembukaan pawai budaya, pentas seni, dan tadi pagi kami sudah melakukan "Santiago"," ujarnya.
Baca juga: Baubau menyiapkan pusat kuliner bagi peserta festival Keraton ASEAN
Kegiatan peka kande-kandea atau makan bersama itu, dihadiri Plh Sekda Provinsi Sultra, La Ode Mustari, Wali Kota Baubau, AS Tamrin, forkopimda Baubau, tamu dari kerajaan/kesultanan di Nusantara, dan sejumlah peserta dari negara sahabat.
Wali Kota Baubau, AS Tamrin mengatakan, acara peka kande-kandea merupakan suatu ritual warisan budaya Buton yang memiliki fungsi dan peran yang salah satu sisi sebagai media komunikasi silaturahim diantara masyarakat.
"Mungkin tadinya belum saling kenal akan menjadi kenal. Dan yang sudah kenal menjadi erat. Kalau dahulu itu antara perempuan dan laki-laki di Buton ini tidak bisa keluar-keluar sembarangan, sehingga wadah-wadah kande-kandea ini bisa melakukan komunikasi dengan dunia luar," katanya.
Tapi kini, lanjut Tamrin, kegiatan kande-kandea sudah kebiasaan yang setiap kali ada acara-acara yang sifatnya penting diadakan, tapi bukan kande-kandea yang seperti saat ini.
"Kali ini kita kande-kandea menjadi lebih spesifik, menjadi lebih unik, karena dilakukan mengelilingi benteng keraton yang baru pertama kali ini dilakukan," katanya.
Kemudian, dalam kegiatan makan bersama tersebut, kata dia, hadir menyaksikan dan bergabung adalah raja-raja di Nusantara dan sejumlah dari negara ASEAN seperti Korea, Malaysia, Thailand, Philipina dan Rusia, yang kemudian mendapat penilaian dari Museum Rekor Indonesia (MURI).
"Jadi ini keunikannya sebab juga tidak salah ketika komunikasi dengan pihak Muri dan mereka tertarik untuk melihat, menilai apakah ada kepantasannya untuk diberi suatu penghargaan. Karena memang pertama kali kande-kandea keliling benteng keraton ini," ujarnya.
Menurutnya pula, acara kande-kandea yang melibatkan organisasi perangkat daerah, swasta dan BUMN itu sangat berkontribusi dalam meramaikan dan menjamu tamu-tamu dari raja--raja di Nusantara.
"Mereka juga kita lihat sangat antusias, sangat puas, dan sangat bangga saat kita jamu begini. Jika menyatakan bahwa baru kali ini mereka menyaksikan acara seperti ini karena memang sudah untuk ditemukan, karena kande-kandea ini hanya kita yang lakukan di Buton ini," ujarnya.
Tamrin juga mengatakan, acara kande-kandea yang digelar tersebut merupakan salah satu rangkaian acara festival keraton masyarakat adat ASEAN tahun 2019.
"Jadi ini rangkaiannya juga. Kalau kemarin sudah kita melakukan pembukaan pawai budaya, pentas seni, dan tadi pagi kami sudah melakukan "Santiago"," ujarnya.
Baca juga: Baubau menyiapkan pusat kuliner bagi peserta festival Keraton ASEAN