Kendari (ANTARA) - Kirab budaya dari ribuan warga eks transmigrasi di 13 kecamatan dan 83 desa di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara (Sultra) menyambut tahun baru Islam 1441 Hijriah yang jatuh pada Minggi 1 September 2019.
Pantauan dari Desa Ahuhu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe, Sabtu, pagelaran budaya dari warga eks tarsmigrasi dari tiga etnis (Jawa, Sunda dan Bali) itu selain kirab budaya juga dirangkaikan dengan pengukuhan pengurus organisasi masyarakat DPC Persatuan Anak Transmigran Republik Indonesia (PATRI) Kabupaten Konawe dan pada malam hari pagelaran wayang kulit semalam suntuk.
Panitia kirab budaya Kecamatan Meluhu, Jumali mengungkapkan, kegiatan gelar budaya dan pagelaran wayang kulit merupakan agenda tahunan yang dilakukan warga eks transmigrasi yang ada di Konawe dan Sultra pada umummnya.
Ia mengatakan, kirab budaya dengan nuansa Islam itu, para warga menampilkan berbagai atraksi dengan masing-masing pakuyuban membawa berbagai hasil pertanian dan perkebunan mereka untuk dibagikan sekaligus diperebutkan masyarakat sebagai tanda syukur dan gembira kepada Tuhan Yang Maha Esa atas reski yang telah diberikan selama satu tahun lalu.
"Kegiatan kirab budaya ini sekaligus memohon kepada Tuhan YME agar masyarakat di Kabupaten Konawe dan Sulawesi Tenggara pada umumnya dijauhi berbagai mara bencana dengan cara tolak bala," ujaranya.
Warga setempat lainnya, Slamet mengungkapkan bahwa kirab budaya dalam menyambut tahun baru Islam dimaknai sebagai wujud introspeksi diri selama satu tahun lalu, apakah yang kita laksanakan dan hasilkan ini sudah sesuai dan harus disyukuri.
Di Sejumlah daerah di tanah air, ada banyak tradisi 1 Muharram yang sering dilakukan masyarakat di berbagai daerah dengan cara unik masing-masing namun tetap nuansa Islami.
Masyarakat Suku Tolaki di Konawe biasanya menyambut 1 Muharram mengelar ritual memandikan benda-benda pusaka terutama senjata-senjata peninggalan Kerajaan Konawe. Ritual memandikan benda pusaka ini merupakan cara mengenang jasa-jasa pahlawan di Kabupaten Konawe, yang dengan gagah berani memperjuangkan tanah Konawe dari serangan para penjajah.
Disisi lain, warga juga ada yang datang ke masjis dan membawa dulang berisi makanan dan lauk pauk untuk dinikmati bersama.
Kegiatan dengan pawai obor terjadi di berbagai daerah seperti di Banten, Pangkapinang dengan mengenakan pakaian muslim berwarna putih, masyarakat berpawai memegang obor keliling untuk merayakan tahun baru hijriyah.
Di Kalimantan, ada makanan khas yang adanya hanya di tahun baru Islam yaitu bubur Asura. Bubur ini terbuat dari beras yang dimasak lama dengan santan dan dicampur dengan berbagai macam sayur-sayuran.
Sementara di Sulawesi Selatan, tradisi I Muharram selain ada yang kumpul dengan keluaraga di rumah dengan makanan khas bugis-makassar, juga pada esok harinya biasanya kaum ibu-ibu justru akan berbelanja ke pasar maupun di pusat perbelanjaan dengan memborong beberapa perabot rumah tangga untuk dipakai.
Pantauan dari Desa Ahuhu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe, Sabtu, pagelaran budaya dari warga eks tarsmigrasi dari tiga etnis (Jawa, Sunda dan Bali) itu selain kirab budaya juga dirangkaikan dengan pengukuhan pengurus organisasi masyarakat DPC Persatuan Anak Transmigran Republik Indonesia (PATRI) Kabupaten Konawe dan pada malam hari pagelaran wayang kulit semalam suntuk.
Panitia kirab budaya Kecamatan Meluhu, Jumali mengungkapkan, kegiatan gelar budaya dan pagelaran wayang kulit merupakan agenda tahunan yang dilakukan warga eks transmigrasi yang ada di Konawe dan Sultra pada umummnya.
Ia mengatakan, kirab budaya dengan nuansa Islam itu, para warga menampilkan berbagai atraksi dengan masing-masing pakuyuban membawa berbagai hasil pertanian dan perkebunan mereka untuk dibagikan sekaligus diperebutkan masyarakat sebagai tanda syukur dan gembira kepada Tuhan Yang Maha Esa atas reski yang telah diberikan selama satu tahun lalu.
"Kegiatan kirab budaya ini sekaligus memohon kepada Tuhan YME agar masyarakat di Kabupaten Konawe dan Sulawesi Tenggara pada umumnya dijauhi berbagai mara bencana dengan cara tolak bala," ujaranya.
Warga setempat lainnya, Slamet mengungkapkan bahwa kirab budaya dalam menyambut tahun baru Islam dimaknai sebagai wujud introspeksi diri selama satu tahun lalu, apakah yang kita laksanakan dan hasilkan ini sudah sesuai dan harus disyukuri.
Di Sejumlah daerah di tanah air, ada banyak tradisi 1 Muharram yang sering dilakukan masyarakat di berbagai daerah dengan cara unik masing-masing namun tetap nuansa Islami.
Masyarakat Suku Tolaki di Konawe biasanya menyambut 1 Muharram mengelar ritual memandikan benda-benda pusaka terutama senjata-senjata peninggalan Kerajaan Konawe. Ritual memandikan benda pusaka ini merupakan cara mengenang jasa-jasa pahlawan di Kabupaten Konawe, yang dengan gagah berani memperjuangkan tanah Konawe dari serangan para penjajah.
Disisi lain, warga juga ada yang datang ke masjis dan membawa dulang berisi makanan dan lauk pauk untuk dinikmati bersama.
Kegiatan dengan pawai obor terjadi di berbagai daerah seperti di Banten, Pangkapinang dengan mengenakan pakaian muslim berwarna putih, masyarakat berpawai memegang obor keliling untuk merayakan tahun baru hijriyah.
Di Kalimantan, ada makanan khas yang adanya hanya di tahun baru Islam yaitu bubur Asura. Bubur ini terbuat dari beras yang dimasak lama dengan santan dan dicampur dengan berbagai macam sayur-sayuran.
Sementara di Sulawesi Selatan, tradisi I Muharram selain ada yang kumpul dengan keluaraga di rumah dengan makanan khas bugis-makassar, juga pada esok harinya biasanya kaum ibu-ibu justru akan berbelanja ke pasar maupun di pusat perbelanjaan dengan memborong beberapa perabot rumah tangga untuk dipakai.