Mekkah (ANTARA) - Seorang calon haji asal Bekasi yang diketahui kemudian bernama Nyai Rohamah diduga mengalami gangguan depresi hingga berjalan tersasar ke pemukiman warga Mekkah di kawasan Jiad Mashafi.
Kepala Sektor Khusus Petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Muh. Yamin di Kota Mekkah, Minggu, mengatakan petugas haji pada Sabtu sore (27/7) menerima kabar bahwa ada anggota jamaah Indonesia yang terpisah dari rombongannya.
“Rohamah merupakan anggota jamaah calon haji dari Kloter JKS-65 dari embarkasi Bekasi yang tinggal di hotel nomor 704 di sektor tujuh. Informasi keberadaan jamaah tersebut sebelumnya disampaikan oleh orang setempat,” katanya.
Setibanya di lokasi, tiga petugas haji perempuan langsung mengevakuasi Rohamah. Dan saat petugas sempat akan menggendongnya, karena lokasi penemuannya ada di lokasi yang menanjak cukup tinggi, Rohamah menolak dan ingin berjalan kaki sendiri.
M. Yamin menuturkan setelah berhasil dievakuasi, Rohamah langsung dibawa ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).
Ia menambahkan semula Rohamah tidak mau dievakuasi dan menurut laporan warga setempat, Rohamah sudah berada di pemukiman warga sejak pagi hari. “Nenek Rohamah diajak turun oleh warga setempat tidak mau,’’ tuturnya.
Rohamah selalu bilang ingin naik ke puncak gunung dan dari logat bicaranya, Rohamah hanya bisa menggunakan bahasa Sunda.
Yamin menduga anggota jamaah ini mengalami depresi dan shock setelah tiba di Mekkah. ’’Karena maunya naik puncak gunung. Bilangnya mau naik ke puncak Bogor,’’ kata Yamin.
Dokter spesialis kejiwaan KKHI Mekkah Dr Herlina Pohan Sp.KJ menuturkan butuh bantuan banyak orang untuk bisa membawa Rohamah sampai ke bangsal perawatan.
“Setelah dilakukan pemeriksaan, hasil laboratorium menunjukkan pasien tersebut mengalami gangguan elektrolit,” katanya.
Gangguan tersebut dipicu dehidrasi sehingga memicu seseorang menjadi gaduh dan gelisah. “Jamaah ditemukan di bawah terik panas matahari,’’ kata dia.
Perawatan utama yang dilakukan adalah dengan memberikan cairan.
Herlina berharap setelah asupan cairannya pulih, Rohamah bisa kembali ke hotelnya.
Petugas belum bisa memastikan apakah ada penyakit penyerta seperti diabates atau sejenisnya. Dia menegaskan jika sebatas dehidrasi, maka pemulihannya relatif lebih cepat.
calon haji lain yang mengalami kegelisahan ketika baru datang di Mekkah adalah Masadah Iksan. Calon haji usia 77 tahun itu berhaji bersama Nakhis, anak sulungnya dan tergabung dalam Kloter SOC-63 embarkasi Solo.
Masadah sempat menjalani perawatan sehari penuh di KKHI Makkah Sabtu (27/7).
Sebelum pulang ke pemondokan, Nakhis menceritakan ibunya merasa bingung dan ingin cepat pulang.
“Pingin ketemu Zamroni. Dia adalah anak bungsu,’’ ujarnya.
Dia berkali-kali menyampaikan ke Masadah bahwa sudah berada di Mekkah dan sedang melaksanakan ibadah haji.
Nakhis mencertakan dia mendarat di Jeddah pada Kamis (25/7) malam. Kemudian Jumat pagi (26/7) melakukan ibadah umrah wajib bersama ibunya. Sabtu pagi (27/7) ibunya mulai gelisah dan terus-menerus meminta pulang karena ingin bertemu Zamroni.
Kepala Sektor Khusus Petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Muh. Yamin di Kota Mekkah, Minggu, mengatakan petugas haji pada Sabtu sore (27/7) menerima kabar bahwa ada anggota jamaah Indonesia yang terpisah dari rombongannya.
“Rohamah merupakan anggota jamaah calon haji dari Kloter JKS-65 dari embarkasi Bekasi yang tinggal di hotel nomor 704 di sektor tujuh. Informasi keberadaan jamaah tersebut sebelumnya disampaikan oleh orang setempat,” katanya.
Setibanya di lokasi, tiga petugas haji perempuan langsung mengevakuasi Rohamah. Dan saat petugas sempat akan menggendongnya, karena lokasi penemuannya ada di lokasi yang menanjak cukup tinggi, Rohamah menolak dan ingin berjalan kaki sendiri.
M. Yamin menuturkan setelah berhasil dievakuasi, Rohamah langsung dibawa ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).
Ia menambahkan semula Rohamah tidak mau dievakuasi dan menurut laporan warga setempat, Rohamah sudah berada di pemukiman warga sejak pagi hari. “Nenek Rohamah diajak turun oleh warga setempat tidak mau,’’ tuturnya.
Rohamah selalu bilang ingin naik ke puncak gunung dan dari logat bicaranya, Rohamah hanya bisa menggunakan bahasa Sunda.
Yamin menduga anggota jamaah ini mengalami depresi dan shock setelah tiba di Mekkah. ’’Karena maunya naik puncak gunung. Bilangnya mau naik ke puncak Bogor,’’ kata Yamin.
Dokter spesialis kejiwaan KKHI Mekkah Dr Herlina Pohan Sp.KJ menuturkan butuh bantuan banyak orang untuk bisa membawa Rohamah sampai ke bangsal perawatan.
“Setelah dilakukan pemeriksaan, hasil laboratorium menunjukkan pasien tersebut mengalami gangguan elektrolit,” katanya.
Gangguan tersebut dipicu dehidrasi sehingga memicu seseorang menjadi gaduh dan gelisah. “Jamaah ditemukan di bawah terik panas matahari,’’ kata dia.
Perawatan utama yang dilakukan adalah dengan memberikan cairan.
Herlina berharap setelah asupan cairannya pulih, Rohamah bisa kembali ke hotelnya.
Petugas belum bisa memastikan apakah ada penyakit penyerta seperti diabates atau sejenisnya. Dia menegaskan jika sebatas dehidrasi, maka pemulihannya relatif lebih cepat.
calon haji lain yang mengalami kegelisahan ketika baru datang di Mekkah adalah Masadah Iksan. Calon haji usia 77 tahun itu berhaji bersama Nakhis, anak sulungnya dan tergabung dalam Kloter SOC-63 embarkasi Solo.
Masadah sempat menjalani perawatan sehari penuh di KKHI Makkah Sabtu (27/7).
Sebelum pulang ke pemondokan, Nakhis menceritakan ibunya merasa bingung dan ingin cepat pulang.
“Pingin ketemu Zamroni. Dia adalah anak bungsu,’’ ujarnya.
Dia berkali-kali menyampaikan ke Masadah bahwa sudah berada di Mekkah dan sedang melaksanakan ibadah haji.
Nakhis mencertakan dia mendarat di Jeddah pada Kamis (25/7) malam. Kemudian Jumat pagi (26/7) melakukan ibadah umrah wajib bersama ibunya. Sabtu pagi (27/7) ibunya mulai gelisah dan terus-menerus meminta pulang karena ingin bertemu Zamroni.