Banjarmasin (ANTARA) - Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengimbau petani jagung di Kalimantan Selatan menerapkan teknologi tanam dengan pola zig-zag karena produksinya jauh lebih besar dan menguntungkan.
Imbauan itu disampaikan Mentan Amran saat kunjungan kerja ke beberapa daerah di Kalimantan Selatan, Sabtu, untuk memastikan kondisi pertanian di daerah ini.
Menurut Amran pada pola tanam jagung biasa, satu hektare lahan petani hanya mampu panen sekitar lima ton, namun dengan pola zig zag, produksi menjadi 24 ton per hektare.
Pada kunjungannya kali ini, Amran menyempatkan diri meninjau lokasi lahan rawa percobaan Kementan di Balai Penelitian Lahan Rawa (Balittra).
Didampingi Kepala Badan Litbang Kementan Fadjry Djufry dan beberapa pejabat lainnya, Mentan langsung menuju lahan yang berada di belakang gedung kantor tersebut.
"Ini tanaman jagungnya sudah terlalu kering. Terlambat panen dan kurang terawat. Tapi kalian saya ajari satu hal yang unik ya", ujar Amran pada awak media yang mengikutinya pagi itu.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat sidak ke kantor Balitra Banjarbaru, Kalimantan Selatan, untuk melihat tanaman jagung sistem zigzag yang ditanam di belakang kantor Balitra, Sabtu (25/5) 2019. (Antaranews Kalsel/Latif Thohir)
Amran lebih lanjut menjelaskan tanaman jagung di lahan Balitra ini memang nampak kurang terawat, namun bila diperhatikan jagung tersebut ditanam dengan cukup rapat.
Menurut dia, terdapat bagian yang telah hilang buah jagungnya, namun ada juga yang masih tampak jagungnya.
"ini namanya pola tanam zig zag. Ini inovasi dari litbang pertanian. Produksinya per hektare bisa 24 ton. Beda dengan cara tanam biasa yang hanya 5 ton", kata Mentan.
Cara bertanam ini sangat menarik dan menguntungkan bila dilakukan oleh petani, mengingat hasilnya jauh lebih besar dari pola tanam biasa.
"Bisa 3 kali lipat dari biasanya!", tegasnya.
Mentan berharap teknologi ini bisa diadopsi oleh petani dan produksi jagung dalam negeri akan semakin tinggi, bahkan mampu ekspor ke negara lainnya.
Kepala Balittra Hendri Sosiawan menambahkan Tanam Zig Zag, sebagaimana disampaikan Mentan Amran, akan membuat proses fotosistensis optimal karena sinar matahari yang menyinari tajuk jagung tidak terhambat daun jagung yang saling menaungi bila ditanam lurus.
"Sistem zig-zag punya teknologi pemupukan lahan rawa, bisa kita tingkatkan juga oleh varietasnya sehingga memiliki resposivitas tinggi," katanya,
Imbauan itu disampaikan Mentan Amran saat kunjungan kerja ke beberapa daerah di Kalimantan Selatan, Sabtu, untuk memastikan kondisi pertanian di daerah ini.
Menurut Amran pada pola tanam jagung biasa, satu hektare lahan petani hanya mampu panen sekitar lima ton, namun dengan pola zig zag, produksi menjadi 24 ton per hektare.
Pada kunjungannya kali ini, Amran menyempatkan diri meninjau lokasi lahan rawa percobaan Kementan di Balai Penelitian Lahan Rawa (Balittra).
Didampingi Kepala Badan Litbang Kementan Fadjry Djufry dan beberapa pejabat lainnya, Mentan langsung menuju lahan yang berada di belakang gedung kantor tersebut.
"Ini tanaman jagungnya sudah terlalu kering. Terlambat panen dan kurang terawat. Tapi kalian saya ajari satu hal yang unik ya", ujar Amran pada awak media yang mengikutinya pagi itu.
Amran lebih lanjut menjelaskan tanaman jagung di lahan Balitra ini memang nampak kurang terawat, namun bila diperhatikan jagung tersebut ditanam dengan cukup rapat.
Menurut dia, terdapat bagian yang telah hilang buah jagungnya, namun ada juga yang masih tampak jagungnya.
"ini namanya pola tanam zig zag. Ini inovasi dari litbang pertanian. Produksinya per hektare bisa 24 ton. Beda dengan cara tanam biasa yang hanya 5 ton", kata Mentan.
Cara bertanam ini sangat menarik dan menguntungkan bila dilakukan oleh petani, mengingat hasilnya jauh lebih besar dari pola tanam biasa.
"Bisa 3 kali lipat dari biasanya!", tegasnya.
Mentan berharap teknologi ini bisa diadopsi oleh petani dan produksi jagung dalam negeri akan semakin tinggi, bahkan mampu ekspor ke negara lainnya.
Kepala Balittra Hendri Sosiawan menambahkan Tanam Zig Zag, sebagaimana disampaikan Mentan Amran, akan membuat proses fotosistensis optimal karena sinar matahari yang menyinari tajuk jagung tidak terhambat daun jagung yang saling menaungi bila ditanam lurus.
"Sistem zig-zag punya teknologi pemupukan lahan rawa, bisa kita tingkatkan juga oleh varietasnya sehingga memiliki resposivitas tinggi," katanya,