Kendari (ANTARA) - PT Vale Indonesia Tbk menjajaki peluang kerja sama dengan pengusaha sektor pertambangan asal Jepang, Sumitomo untuk membangun industri pemurnian nikel atau smelter.

Senior Manager of Communications PT Vale Indonesia Bayu Aji di Kendari, Minggu, mengatakan perkiraan kebutuhan anggaran pembangunan smelter untuk Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah sekitar Rp30 Triliun hingga Rp40 Triliun.

"Besaran kebutuhan investasi pembangunan industri pemurnian nikel cukup fantastis sehingga PT Valle Indonesia mengajak investor Jepang Sumitomo yang tergolong mapan di negaranya," kata Bayu.

Beberapa waktu lalu,  utusan Sumitomo sudah melakukan kunjungan survei potensi nikel yang terkandung dalam lahan konsensi Vale seluas 23 ribu hektare.

"Kesan Sumitomo setelah melakukan survei bahwa potensi pertambangan di atas lahan konsesi Vale menjanjikan. Pada lahan tersebut tidak hanya mengandung potensi nikel tetapi ada pula besi, mangan dan lain lain," katanya.

Oleh karena itu, Vale optimis dalam waktu yang tidak lama calon mitra akan hadir untuk merealisasikan pembangunan industri pemurnian nikel.

"Kami paham sikap pemerintah dan masyarakat yang terus mendorong Vale untuk mewujudkan investasi konkrit karena berdampak positif bagi pembangunan dan kesejahteraan daerah setempat," ujarnya.

Vale bergiat mencari mitra untuk membangunan smelter karena karakteristik nikel di lokasi konsensi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah membutuhkan teknologi berbeda dari yang dimiliki Soroako, Sulawesi Selatan.

"Perbedaan teknologi smelter tersebut disebabkan pula perbedaan karakteristik nikel yang ada di Luwuk, Sulawesi Selatan dengan nikel yang ada di Sulawesi Tenggara.

Pewarta : Sarjono
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024