Kendari (ANTARA) - Mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) berbagai perguruan tinggi di Kota kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), melakukan deklarasi mewujudkan Sultra Damai pascapemilu 17 April 2019 berlangsung di Aula FMIPA Universitas Haluoleo (UHO) Kendari, Selasa.

Ketua BEM UHO, Maco Pratama, selaku salah satu inisiator kegiatan itu mengatakan deklarasi bertujuan untuk tetap menjaga tali persaudaraan usai pemilu agar tetap damai walau pun saat itu pilihan berbeda.

Deklarasi dibacakan secara bersama-sama oleh para ketua BEM perguruan tinggi yang hadir dan ketua organisasi kemahasiswaan lainnya yang dipandu oleh Ketua BEM UHO.

Adapun isi dari deklarasi tersebut adalah pertama, Memberikan apresiasi kepada seluruh instansi atas terselenggaranya tahapan pemungutan suara pemilu tahun 2019 yang aman, lancar dan damai.

Kedua, tidak setuju dan menolak adanya tindakan inkonstitusional dalam menyikapi permasalahan seputar pemilu. 

Ketiga, menjadi garda terdepan dalam memerangi segala bentuk tindakan dan narasi yang dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa.

Keempat, mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat agar tetap menjaga persatuan dan kesatuan serta tidak mudah terprovokasi. Pemateri dari Kepolisian, TNI dan Kesbangpol SUltra pada acara Seminar dan Deklarasi Sultra Damai pascapemilu 17 April 2019 bertempat di Aula FMIPA UHO, Selasa (Foto ANTARA/Suparman)
Deklarasi tersebut dirangkaikan pula dengan seminar yang mengangkat tema "Merajut kembali persaudaraan untuk mewujudkan sultra aman dan damai" dengan pemateri dari pihak kepolisian, TNI dan Kesbangpol Sultra.

Kasubdit III Bidang Sosbub Intelkam Polda Sultra, AKBP Edy Mulsupriyanto, saat memberikan materi menyatakan secara keseluruhan kondisi di Sultra pra, saat dan pascapemilu sangat kondusif. 

"Hasilnya belum ada masih menunggu keputusan KPU, dan kami masih tetap mengawal proses rekapitulasi dan pleno hingga KPU mengeluarkan keputusan," katanya.

Menurut dia, seminar yang dilakukan mahasiswa tersebut merupakan momentum baik guna merajut kembali persaudaraan pascapemilu karena saat pemilu suhu politik sangat tinggi.

"Seminar ini baik, karena silaturahmi itu penting, apalagi ini setelah pemilu. Jangan sampai ada gesekan, kita harus saling merangkul," katanya.

Ia berpesan kepada mahasiswa dan masyarakat secara umum agar menghindari berita hoax atau berita bohong, karena hoax bisa menjadi pemicu terjadinya konflik di Sultra. Penandatanganan deklarasi mewujudkan SUltra Damai oleh pihak Kepolisian, TNI dan mahasiswa usai acara Seminar dan Deklarasi Sultra Damai pascapemilu 17 April 2019 bertempat di Aula FMIPA UHO, Selasa (Foto ANTARA/Suparman)
Pasi Bhakti Ster Korem 143/HO Mayor Arh La Ode Mursali, sebagai pemateri mengatakan, sesuai dengan tema seminar itu menuntut semua pihak untuk kembali merajut persauraan yang pernah goyah akibat perbedaan pandangan politik saat pemilu.

"Kata merajuk itu berarti membenarkan kembali yang telah robek, dalam hal ini tali persaudaraan pascapemilu," katanya.

Menurut dia, negara akan terus aman dan terkendali ketika tidak ada penghianatan terhadap konstitusi. 

Sementara itu, Hamdani Piabang dari Kesbangpol Sultra, saat berikan materi menekankan bahwa persoalan negara saat ini ada tiga yakni narkoba, teroris dan korupsi, kemudian diikuti krisis ahlak, krisis moral dan krisis kebangsaan.

"Untuk mengantisipasi itu maka kita harus konsisten dengan empat pilar bernegara yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal IkA," katanya.

Usai seminar dan pembacaan deklarasi damai, dilanjutkan dengan penandatanganan deklarasi damai oleh para pemateri, pimpinan lembaga kemahasiswaan dan seluruh peserta yang hadir.
 

Pewarta : Suparman
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024