Kendari (ANTARA) - Puluhan hektare sawah warga di tiga kelurahan Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, terendam banjir akibat intensitas curah hujan tinggi yang mengguyur daerah, dan salah satu pemicu banjir selama ini adalah rusaknya kawasan hutan di pinggiran sungai dan pegunungan di sekitar wilayah itu.

"Kejadian seperti ini bukanlah hal yang baru, namun sudah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir, semenjak hutan yang menjadi penyangga dan resapan air sudah mulai rusak di tangan pihak tak bertanggungjwab," kata La Anti, kata salah seorang petani setempat, Sabtu.

Ia menambahkan, asal banjir ini karena sungai sudah dangkal. Kalau tidak ditindak lanjuti secara cepat maka tiap tahun kita akan alami seperti ini terus.

"Disini dulu masih aman-aman karena sungai masih bisa menahan derasnya air tapi sekarang karena kondisinya makin tahun makin parah, kondisi hutan di atas sudah habis sehingga tidak ada daerah resapan sehingga selalu terjadi banjir bandang,” ucapnya.

Akibatnya, lanjut dia petani terus merasa dirugikan. Jika hal ini belum terselesaikan dengan baik, maka para petani juga belum bisa merasakan hasil pertaninan yang bagus.

Menurutnya, sawah yang terendam banjir akibat air sungai meluap itu tidak hanya sawah warga Kelurahan Waliabuku, tetapi ada pula sawah warga Kelurahan Ngkaring-karing Kecamatan Bungi mengalami hal serupa.

"Jadi kalau hujan seharian seperti ini sudah pasti terendam. Memang ada juga sebagian sawah yang tidak terendam," ujar warga Kelurahan Waliabuku ini.

Tanaman padi yang terendam banjir itu, kata dia tidak hanya sawah yang berada di satu hamparan sawah miliknya seluas kurang lebih 10 haktare, tetapi juga persawahan yang bersebelahan atau yang dibatasi dengan jalan poros seluas kurang lebih 50 hektare itu juga sebagian mengalami hal serupa.

Baca juga: Puluhan hektare sawah di Baubau terendam banjir

Meski demikian, tambahnya kondisi sawah yang tertutup tingginya air bah tersebut tidak akan membuat padi rusak, karena umur padi yang baru ditanam sekitar sebulan lebih itu tergolong masih muda, sehingga apabila terbaring (rebah) dan air surut akan kembali normal.

"Kecuali padi sudah berbuah dan menguning atau berumur 90 hingga 100 hari maka padi akan tumbang dan rusak apabila banjir merendam seperti ini," katanya.
 

Pewarta : Abdul Azis Senong
Editor : M Sharif Santiago
Copyright © ANTARA 2024