Kendari (Antaranews Sultra) - Harga kemiri kupas di pasaran Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, selama Januari 2019 mengalami penurunan dari Rp35.000 per kilogram menjadi Rp30.000 per kilogram atau turun Rp5.000.
Turunnya harga kemiri kupas itu dipicu karena stoknya cukup banyak sementara permintan konsumen tergolong sepi akhir-akhir ini.
"Memang benar harganya turun. Mungkin karena persediannya masih cukup banyak sementara kebutuhan konsumen tidak begitu banyak. Berbeda dengan kebutuhan bumbu masak lain seperti bawang, cabai produk sayuran justru naik tipis," kata Ny Hasni (45), salah satu penjual bumbu masak di Pasar mandonga, Kamis.
Ia mengatakan, kebutuhan kemiri kupas untuk bumbu masak, tidak menjadi hal yang utama bagi ibu-ibu untuk pelengkap masakan, termasuk sejumlah rumah makan pun hanya membeli dalam jumlah terbatas. Sedangkan produk buah kimiri lokal maupun dari luar provinsi cukup banyak masuk dipasaran.
Kadis Perkebunan Sultra, Yesna Suarni secara terpisah mengatakan, tanaman kemiri yang tumbuh secara liar maupun dikembangkan masyarakat dulunya tidak digemari masyarakat, namun seiring dengan masuknya warga dari luar Sultra yang menjadikan sebagai salah satu komponen pelengkap bumbu masakan, maka petani mulai mengelola dengan standar permintaan pasar untuk dijual.
"Dahulu, di wilayah kabupaten Muna dan Muna Barat, tanaman kemiri yang tumbuh dan berbuah di kawasan hutan bebas itu, buahnya tidak begitu diminati masyarakat setempat, namun setelah para pedagang antarpulau yang datang membeli dengan harga yang menjanjikan barulah masyarakat memelihara hingga panen," katanya.
Ia mengatakan, harga kemiri kupas yang mencapai puncak tertinggi sepanjang setahun 2018 ini terjadi pada tingkat pedagang pengecer sementara pada tingkat petani produsen dan pedagang pengumpul hanya ditemukan dengan harga masing-masing Rp28.000 dan Rp30.000 per kilogram. Sedangkan untuk kemiri gelondongan (dengan kulitnya) dijual antara Rp4.000 hingga Rp6.000 per kilogram.
Turunnya harga kemiri kupas itu dipicu karena stoknya cukup banyak sementara permintan konsumen tergolong sepi akhir-akhir ini.
"Memang benar harganya turun. Mungkin karena persediannya masih cukup banyak sementara kebutuhan konsumen tidak begitu banyak. Berbeda dengan kebutuhan bumbu masak lain seperti bawang, cabai produk sayuran justru naik tipis," kata Ny Hasni (45), salah satu penjual bumbu masak di Pasar mandonga, Kamis.
Ia mengatakan, kebutuhan kemiri kupas untuk bumbu masak, tidak menjadi hal yang utama bagi ibu-ibu untuk pelengkap masakan, termasuk sejumlah rumah makan pun hanya membeli dalam jumlah terbatas. Sedangkan produk buah kimiri lokal maupun dari luar provinsi cukup banyak masuk dipasaran.
Kadis Perkebunan Sultra, Yesna Suarni secara terpisah mengatakan, tanaman kemiri yang tumbuh secara liar maupun dikembangkan masyarakat dulunya tidak digemari masyarakat, namun seiring dengan masuknya warga dari luar Sultra yang menjadikan sebagai salah satu komponen pelengkap bumbu masakan, maka petani mulai mengelola dengan standar permintaan pasar untuk dijual.
"Dahulu, di wilayah kabupaten Muna dan Muna Barat, tanaman kemiri yang tumbuh dan berbuah di kawasan hutan bebas itu, buahnya tidak begitu diminati masyarakat setempat, namun setelah para pedagang antarpulau yang datang membeli dengan harga yang menjanjikan barulah masyarakat memelihara hingga panen," katanya.
Ia mengatakan, harga kemiri kupas yang mencapai puncak tertinggi sepanjang setahun 2018 ini terjadi pada tingkat pedagang pengecer sementara pada tingkat petani produsen dan pedagang pengumpul hanya ditemukan dengan harga masing-masing Rp28.000 dan Rp30.000 per kilogram. Sedangkan untuk kemiri gelondongan (dengan kulitnya) dijual antara Rp4.000 hingga Rp6.000 per kilogram.