Jakarta (Antaranews Sultra) - Setelah menulis buku pertama “Dear Tomorrow”, aktris dan penyanyi Maudy Ayunda kembali memperlihatkan kepiawaiannya di dunia sastra, namun dalam genre berbeda lewat buku anak “Kina and Her Fluffy Bunny”.
Berbeda dengan “Dear Tomorrow” yang berisi gabungan esai pendek, daftar lagu hingga puisi, buku pertama dari seri “Kina’s Story” itu sepenuhnya fiksi yang berakar dari tulisan Maudy saat berusia 10 tahun.
Penulisan seri “Kina’s Story” yang akan diterbitkan menjadi empat judul yang rilis tahun ini berawal dari ketidaksengajaan Maudy menemukan “harta karun” dari masa lampau.
“Ini berawal dari pertanyaan editor (Dear Tomorrow) tentang kapan saya mulai menulis. Saya ingat dari kecil sudah suka mengarang, lalu saya menemukan 6-8 cerita yang ditulis waktu berusia 10 tahun di arsip,” tutur Maudy di media gathering, Jakarta, Rabu.
Kisah yang ditulis Maudy kecil ini kemudian dipoles lagi, lalu dipadukan dengan ilustrasi dari Kathrin Honesta. Ilustrator yang biasa membuat gambar untuk sampul buku itu mengatakan proyek bersama Maudy adalah pekerjaan menyenangkan, selain itu ini akan jadi buku cerita anak pertamanya di Indonesia.
Kisah Kina dan boneka kelinci kesayangannya ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris agar anak bisa mempelajari dua bahasa sembari menikmati cerita sederhana dengan ilustrasi menarik.
Maudy, yang punya ketertarikan di dunia pendidikan serta literasi, berharap buku pertamanya ini bisa membantu membangun semangat dan budaya baca untuk generasi muda.
Dalam buku pertama Kina, dikisahkan sang gadis kecil tidak bisa lagi bermain dengan Kelinci Gembil, mainan favoritnya yang mulanya tak pernah terpisahkan. Awalnya Kina ingin mencari teman baru, tapi dia urung setelah melihat orangtuanya tidak pernah menyerah untuk mempertahankan apa yang dia sayangi.
Meski terkesan simpel, justru kesederhanaan dalam buku cerita anak jadi tantangan besar bagi Maudy yang harus menyelipkan pesan-pesan moral dalam jumlah kata yang terbatas.
Pola pikir memperbaiki sesuatu, bukan mengganti, diharapkan dapat meresap pada pembaca-pembaca belia. Tapi bukan cuma anak-anak yang jadi target pembaca Maudy. Buku ini juga bisa dinikmati oleh orang dewasa yang membacakannya untuk buah hati.
“Kurasa orang dewasa bisa mengambil makna yang lebih dalam dari cerita ini,” imbuh Kathrin yang menggambarkan Kina dari penampilan Maudy saat kecil: berpipi gembil, rambut dikuncir dan gigi kelinci menggemaskan.
Setelah “Kina and Her Fluffy Bunny”, masih ada lagi tiga judul yang bakal diterbitkan setiap tiga bulan sekali setelah buku pertama diluncurkan.
Baca juga: Maudy Ayunda gemar menulis sejak belia
Baca juga: Maudy Ayunda dan salah asumsi soal politik
Baca juga: "Dear Tomorrow", buku perdana Maudy Ayunda
Berbeda dengan “Dear Tomorrow” yang berisi gabungan esai pendek, daftar lagu hingga puisi, buku pertama dari seri “Kina’s Story” itu sepenuhnya fiksi yang berakar dari tulisan Maudy saat berusia 10 tahun.
Penulisan seri “Kina’s Story” yang akan diterbitkan menjadi empat judul yang rilis tahun ini berawal dari ketidaksengajaan Maudy menemukan “harta karun” dari masa lampau.
“Ini berawal dari pertanyaan editor (Dear Tomorrow) tentang kapan saya mulai menulis. Saya ingat dari kecil sudah suka mengarang, lalu saya menemukan 6-8 cerita yang ditulis waktu berusia 10 tahun di arsip,” tutur Maudy di media gathering, Jakarta, Rabu.
Kisah yang ditulis Maudy kecil ini kemudian dipoles lagi, lalu dipadukan dengan ilustrasi dari Kathrin Honesta. Ilustrator yang biasa membuat gambar untuk sampul buku itu mengatakan proyek bersama Maudy adalah pekerjaan menyenangkan, selain itu ini akan jadi buku cerita anak pertamanya di Indonesia.
Kisah Kina dan boneka kelinci kesayangannya ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris agar anak bisa mempelajari dua bahasa sembari menikmati cerita sederhana dengan ilustrasi menarik.
Maudy, yang punya ketertarikan di dunia pendidikan serta literasi, berharap buku pertamanya ini bisa membantu membangun semangat dan budaya baca untuk generasi muda.
Dalam buku pertama Kina, dikisahkan sang gadis kecil tidak bisa lagi bermain dengan Kelinci Gembil, mainan favoritnya yang mulanya tak pernah terpisahkan. Awalnya Kina ingin mencari teman baru, tapi dia urung setelah melihat orangtuanya tidak pernah menyerah untuk mempertahankan apa yang dia sayangi.
Meski terkesan simpel, justru kesederhanaan dalam buku cerita anak jadi tantangan besar bagi Maudy yang harus menyelipkan pesan-pesan moral dalam jumlah kata yang terbatas.
Pola pikir memperbaiki sesuatu, bukan mengganti, diharapkan dapat meresap pada pembaca-pembaca belia. Tapi bukan cuma anak-anak yang jadi target pembaca Maudy. Buku ini juga bisa dinikmati oleh orang dewasa yang membacakannya untuk buah hati.
“Kurasa orang dewasa bisa mengambil makna yang lebih dalam dari cerita ini,” imbuh Kathrin yang menggambarkan Kina dari penampilan Maudy saat kecil: berpipi gembil, rambut dikuncir dan gigi kelinci menggemaskan.
Setelah “Kina and Her Fluffy Bunny”, masih ada lagi tiga judul yang bakal diterbitkan setiap tiga bulan sekali setelah buku pertama diluncurkan.
Baca juga: Maudy Ayunda gemar menulis sejak belia
Baca juga: Maudy Ayunda dan salah asumsi soal politik
Baca juga: "Dear Tomorrow", buku perdana Maudy Ayunda