Jakarta (ANTARA News) -  Analis pasar keuangan mengatakan pergerakan nilai tukar rupiah yang cenderung menguat pada Jumat pagi mencapai  23 poin menjadi Rp14.065 per dolar AS, masih dibayangi data positif ekonomi Amerika Serikat yang bisa membalikan arah penguatan.

"Fluktuasi rupiah masih bertahan di area positif di tengah sentimen Fed yang masih terlihat lunak terhadap kebijakan suku bunganya," kata Analis Senior CSA Research Institue Reza Priyambada di Jakarta, Jumat.

Pelaku pasar, lanjut dia, sempat menilai Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed) akan agresif dalam menaikan tingkat suku bunganya. Namun, risalah Fed pada Desember 2018 lalu cenderung dovish sehingga mengurangi kekhawatiran pelaku pasar di negara berkembang.

Ia menambahkan sikap optimis pelaku pasar terhadap hasil perundingan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China juga masih menjadi faktor positif bagi mata uang di negara berkembang.

Baca juga: Yuan terus menguat capai 251 basis poin terhadap dolar

"Kesepakatan dagang akan berimbas pada membaiknya perekonomian global, termasuk Indonesia," katanya.

Dari dalam negeri, ia menambahkan sentimen dari Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) yang menaikan tingkat bunga penjaminan sebesar 25 bps juga turut direspon baik pelaku pasar.

"Meski laju rupiah masih dapat bergerak positif, namun cukup rawan berbalik melemah menyusul beberapa data ekonomi AS yang dianggap positif," katanya.

Baca juga: Dolar melambung dipicu pernyataan Ketua Fed tentang penutupan pemerintah AS

Pewarta : Zubi Mahrofi
Editor : M Sharif Santiago
Copyright © ANTARA 2024