Kendari (Antaranews Sultra) - Perwakilan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) gencar melakukan sosialisasi Media Penyiapan Generasi Emas.

Plt Kepala BKKBN Sultra, Mustakam, dari Baubau, Jumat, mengatakan daerah yang menjadi sasaran sosialisasi penyiapan generasi emas itu adalah  di wilayah stunting yakni Kabupaten Buton.
     
"Minggu lalu kami melakukan kegiatan sosialisasi pada 10 titik atau desa di wilayah Kabupaten Buton," kata Mustakim.
     
Ia mengatakan, program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) bekontribusi terhadap upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia agar menjadi modal pembangunan yang berdaya saing di era Bonus Demografi, Globalisasi, dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
     
"Anak sebagai tunas-tunas bangsa diharapkan menjadi anak-anak Indonesia yang cerdas dan berbudi pekerti, luhur, penerus cita-cita perjuangan bangsa," katanya.
     
Untuk itulah kata Mustakim, kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak pada awal kehidupan menentukan kualitas kesehatan fisi dan mental, kemampuan belajar dan perilaku seorang manusia disepanjang hidupnya.
     
"Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal, setiap anak membutuhkan Gizi yang cukup dan seimbang, perawatan dan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan serta perlindungan terhadap bahaya-bahaya fisik dan penyakit," katanya.
     
Kemudian kata dia, anak membutuhkan orang dewasa yang mampu memberikan kasih sayang, perhatian, keamanan dan perlindungan serta memahami dan mampu merespon apa yang mereka butuhkan.
     
"Anak juga membutuhkan kesempatan dan lingkungan mendukung untuk mengembangkan ketrampilan, sensorik dan motorik, kemampuan intelektual, bahasa, berinteraksi dengan orang lain, bereksplorasi, mengeluarkan pendapat, memikul tanggung jawab, mengekspresikan apa yang dipikirkannya, kemandirian, dan sebagainya," katanya.
     
Dijelaskan, saat di dalam kandungan, janin akan tumbuh dan berkembang melalui pertambahan berat dan panjang badan, perkembangan otak serta organ-organ lainnya seperti jantung, hati dan ginjal.
     
Menurut Mustakim, kekurangan gizi yang terjadi dalam kandungan dan awal kehidupan menyebabkan janin melakukan reaksi penyesuaian, secara paralel penyesuaian tersebut meliputi perlambatan pertumbuhan dengan pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak dan organ tubuh lainnya.
     
"Hasil reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi diekspresikan pada usia dewasa dalam bentuk tubuh yang pendek, rendahnya kemampuan kognitif atau kecerdasan sebagai akibat tidak optimalnya pertumbuhan dan perkembangan otak," katanya.
     
Bahkan kata Mustakim, reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi juga meningkatkan resiko terjadinya berbagai penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertesi, penyakit jantung koroner dan diabetes dengan berbagai resiko ikutanya pada usia dewasa.
     
Ia menambahkan, ada 12 kegiatan yang dapat berkontribusi pada penurunan stunting melalui Intervensi Gizi Sensitif, yang salah satunya adalah memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua berupa memberikan informasi pengasuhan terkait 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK) melalui kelompok Bina Keluarga Balita (BKB), khususnya pada keluarga yang mempunyai anak dibawah dua tahun.
 

Pewarta : Suparman
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024