Kendari (Antaranews Sultra) - USAID Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (USAID APIK) dan PT Kalla Kakao Industri (KKI) menandatangani kerja sama untuk meningkatkan ketangguhan petani kakao di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.

Enggar Paramita dari USAID APIK dalam emailnya yang diterima di Kendari, Selasa, menyebutkan, penandatanganan kerja sama tersebut dilaksanakan di Desa Puurema Subur, Kabupaten Konawe Selatan, Selasa.

Sulawesi Tenggara sejak dulu dikenal sebagai pemasok kakao utama dengan sentra kakao di antaranya berada di Kabupaten Konawe Selatan. Kakao merupakan hasil perkebunan terbesar di Konawe Selatan, yaitu 28,35 ton senilai Rp449 juta.

Akan tetapi, produktivitas kakao terancam menurun, salah satunya karena fenomena perubahan iklim dan cuaca ekstrem.

Melihat kondisi tersebut, USAID APIK bekerja sama dengan PT KKI dalam bentuk penguatan kapasitas petani kakao, yang diselaraskan dengan Program Kakao Lestari. Kolaborasi ini akan melatih 10 orang anggota tim Program Kakao Lestari, serta 100 petani binaan di dua desa di Kecamatan Lalembu, Konawe Selatan yang dijadikan lokasi percontohan yaitu Puurema Subur dan Puunangga.

Tenaga ahli dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), dan Dinas Pertanian turut dilibatkan dalam kegiatan. Dwi Dharmadayana, Program Manager Kakao Lestari mengatakan, di lapangan, terlihat sekali bahwa perubahan cuaca ekstrem mengancam produksi secara signifikan.

Misalnya saja di tahun ini, pertumbuhan buah cukup bagus, namun kemudian di bulan kelima dan enam terjadi hujan intens yang mengakibatkan busuk buah, sehingga kualitas buah pun rendah, bahkan sampai tak bisa dijual. Kondisi busuk buah ini sangat mengguncang petani.

Oleh karena itu, Dwi berharap bekal pengetahuan cuaca dan iklim dari USAID APIK dapat disinergikan dengan pengetahuan cara bercocok tanam yang baik (good agricultural practice) sehingga membantu petani dalam mengelola kebunnya.

PT KKI memiliki kapasitas 35.000 ton dan menghasilkan produk kakao intermediate berupa bubuk, mentega (butter), cake, dan liquor yang diekspor ke negara Eropa seperti Jerman dan Belanda. Selama ini suplai didapat dari berbagai daerah termasuk Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

Achmad AS, Sustainability Supervisor PT KKI menambahkan, aspek iklim seringkali dianggap sepele, padahal implikasinya sangat besar terhadap kakao, karenanya, PT. KKI senang dapat bermitra dengan USAID APIK, karena kerja sama ini tak hanya memberdayakan masyarakat dan meningkatkan produksi, tapi juga mendukung perekonomian daerah. "Yang pasti, kita tak ingin kakao hanya tinggal kenangan akibat produksinya terus menurun," tutur Achmad.

Manajer Regional Sulawesi Tenggara APIK, Buttu Ma?dika mengungkapkan, pihak swasta seperti PT KKI memiliki peran penting untuk meningkatkan ketangguhan masyarakat, dan dengan komitmennya yang tinggi, maka kolaborasi ini akan membawa hasil yang menggembirakan untuk petani kakao di Konawe Selatan.

"Selain itu kami juga berharap rangkaian penguatan kapasitas ini dapat diadopsi oleh KKI dan aspek iklim akan diperhitungkan dan terintegrasi dalam perencanaan bisnis KKI," katanya.









 

Pewarta : Hernawan Wahyudono
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024