Kendari (Antaranews Sultra) - Bencana gempa bumi yang melanda Kota Palu, Donggala, dan Sigi, Sulawesi Tenggah (Sulteng) pada 28 September lalu yang dikuti dengan tsunami serta perisitiwa likuifaksi telah mengentakkan hati dan membelalakkan mata umat manusia di muka bumi.

Karena dalam sejekap, Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala menjadi porak poranda akibat tiga peristiwa bencana yang saling berututan tersebut, mengantarkan ribuan nyawa melayang, ratusan orang hilang, ribuan warga luka-luka dan puluhan ribu penduduk harus menggungsi.

? ?Meski tidak banyak informasi terkait kondisi fisik dan korban saat terjadi gempa karena hilangnya akses internet di Kota Palu dan sekitarnya saat itu, namun peristiwa ini langsung menggugah nurani semua orang untuk tergerak hatinya melakukan barbagai aksi untuk membantu para korban bencana di Sulteng.

? ?Empati dan simpati terhadap peristiwa itu menjalar di mana-mana hingga di Bumi Anoa Sultra. Seiring dengan itu, sehari kemudian berbagai elemen masyarakat melakukan aksi pegumpulan dana, logistik melalui berbagai posko.

? ?Ratusan ton logistik terkumpul kemudian dilanjutkan dengan pengiriman logistik ke Kota Palu dan sekitarnya, ada yang melalui darat (armada truk), melalui udara (pesawat hercules) dan melalui laut kapal kenavigasian dan Kapal Pelni Tilongkabila.

? ?Pengiriman atau distribusi logistik juga tidak mudah karena khusus perjalanan darat dan laut memakan waktu yang tidak cepat, butuh dua sampai tiga hari atau lebih baru bisa sampai di Palu, meskipun demikian warga Sultra bisa lega tatkala bantuan sudah sampai Kota Palu dan disalurkan ke berbagai kamp pengungsian.

? ?Empati masyarakat sultra tidak hanya sebatas pentiriman logistik, tetapi juga pengiriman ratusan relawan dari berbagai instansi, komunitas, dan berbagaia pihak terkait lainnya.

? ?Walau pun kini sebagian relawan asal Sultra yang ditugaskan ke Palu dan sekitarnya telah kembali ke daerah ini, dan hampir semua logistik hasil donasi sudah dikirim ke Palu, tetapi simpati dan empati masyarakat Sultra belum berhenti.

? ?Aktivitas religi untuk korban bencana di Sulteng dari Sultra belum berakhir. Adalah dzikir, shalat taubat dan doa untuk korban masih terus dilakukan seperti yang dilaksanakan umat muslim di Kota kendari pada, Minggu, di Masjid Al Alam Teluk Kendari yang dipelopori oleh Pemprov Sultra, TP PKK Sultra dan dihadiri jajaran Forkopimda Sultra.

? ?Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi memberi apresiasi kepada tim penggerak PKK Provinsi yang memfasilitasi kegiatan dzikir akbar dan shalat taubat serta doa untuk korban gempa bumi dan tsunami di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.

? ?Dzikir Akbar yang diikuti sekitar 1000-an umat muslim di Kota Kendari itu dipimpin imam besar masjid itu KH.Muhammad Zabir, Ahad (7/10).

? ?Gubernur Sultra menyatakan langkah ibu-ibu yang tergabung dalam majelis taklim PKK Provinsi tersebut cukup cepat dalam melakukan doa bersama untuk saudara-saudara yang tertimpa musibah gempa bumi di Sulawesi Tengah belum lama ini.

? ?Ia mengatakan, bantuan kemanusian yang sudah dilakukan pemerintah bersama masyarakat Sultra untuk membantu saudara-saudara di Palu, Sigi dan Donggala merupakan wujud kepedulian terhadap sesama untuk meringankan beban penderitaan yang dialami warga di Sulteng ini.

? ?"Kita berharap sekaligus berdoa, semoga bencana alam yang menimpa masyarakat Sulawesi Tengah ini merupakan yang terakhir bagi kita semua di tanah air," ujar gubernur menutup akhir pembicaraan dzikir akbar itu.

? ?Kepala Kanwil Kemenag Sultra, Abdul Kadir, juga memberikan Apresiasi terhadap antusiasme tim penggerak PKK Prov Sultra yang telah menggagas doa, zikir akbar, dan shalat taubat.

? ?Dikatakan, tiga hal yang perlu dicermati ketika menyikapi bencana gempa dan tsunami yang dialami Palu, Donggala, dan Sigi Sulawesi Tengah. Pertama, pihaknya mengharapkan seluruh masyarakat Sultra untuk menjadikan peristiwa ini sebagai pelajaran berharga, dan sebagai upaya preventif untuk selalu mawas diri.

? ?"Mari kita jadikan semua peristiwa yang dialami negara kita ini sebagai pelajaran yang sangat berharga dalam kehidupan kita. Hal ini, salah satu bentuk ujian keimanan, untuk terus memperbaiki diri, introspeksi terhadap kekhilafan kita. Mari selalu bersyukur dan senantiasa bertobat atas dosa-dosa yang telah kita kerjakan,? katanya.

? ?Selanjutnya, poin kedua menurut dia, sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap bencana gempa dan tsunami, dirinya mengimbau kepada masyarakat Sulawesi Tenggara untuk menunjukkan rasa empati terhadap korban Gempa dan Tsunami dengan memberikan bantuan tanpa diskriminasi terhadap suku, ras dan agama. Hal ini, sebagai implementasi dari konsekuensi logis dari upaya kepekaan sosial untuk meringankan beban musibah yang dialami masyarakat Palu, Donggala dan Sigi.

? ?"Mari berlomba-lomba menunjukkan empati kita sesama anak bangsa tanpa memandang suku, ras, maupun agama. Mari kita menyisihkan sebahagian rezeki yang kita miliki untuk kita sumbangkan kepada korban gempa Tsunami di Palu, Donggala dan Sigi. Hal ini, sebagai wujud investasi akhirat kita. Semoga dengan bantuan tersebut, dapat meringankan beban para korban yang tertimpa musibah," tandasn

Pewarta : Suparman
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024