Kendari (Antaranews Sultra) - Petani kelapa di sejumlah sentra produksi di Sulawesi Tenggara mengeluhkan harga kopra yang anjlok dalam beberapa bulan terakhir yang berdampak pada menurunnya semangat petani melakukan panen.

"Petani cuek dengan kelapa yang sudah siap panen karena harga kopra tidak bisa menutupi biaya pengolahan. Buah kelapa dibiarkan rusak," kata pendagang pengumpul kopra Afner (52) melalui telepon dari Buranga, Kabupaten Buton Utara, Selasa.

Harga kopra pada tingkat penampung di Kota Bau Bau yang bermitra dengan industri dari Surabaya hanya sekitar Rp400 per kilogram dinilai teralu rendah.

"Petani kelapa memilih beralih menjadi buruh kerja kasar di sejumlah proyek pembangunan atau industri lainnya daripada mengolah kopra," kata Afner.

Pada waktu tertentu petani kelapa bergairah mengolah kopra karena harga menjanjikan sampai Rp9.000 per kilogram.

Petani kelapa Konawe Selatan Asnain (38) mengatakan menjual kelapa muda lebih menjanjikan daripada kopra karena biaya pengolahan tinggi.

"Kalau mengolah kopra dengan harga Rp400 per kilogram tidak ada manfaat yang diterima petani. Kalau ada pedagang pengumpul kelapa kami jual walaupun harga Rp3.000 per buah daripada rusak," kata Asnain.

Wakil Ketua DPRD Konawe Selatan Hapsir Jaya mengatakan badan usaha milik derah (BUMD) diharapkan memfasilitasi kehadiran pengusaha industri kopra.

"BUMD dapat membangun jaringan bisnis dengan industri pengguna bahan baku dari kopra, seperti Bimoli, pabrik kecap dan industri sabun dan lain lain untuk menampung kopra," kata Hapsir, politisi Partai Gerindra.

Menurut dia tanpa kehadiran industri skala besar di daerah produsen kopra maka petani tidak akan pernah menikmati harga? yang menjanjikan.



(T.S032/B/N002/C/N002) 26-06-2018 09:55:20

Pewarta : Sarjono
Editor : M Sharif Santiago
Copyright © ANTARA 2024