Kendari (Antaranews Sultra) - Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Sulawesi Tenggara, mengungkapkan hasil produksi padi di daerah itu tahun 2017 mengalami surplus beras 106.139 ton.

"Setelah dikurangi dari tingkat kebutuhan beras bagi warga Sultra sekitar 2,7 juta jiwa, maka kita masih surplus beras sekitar 106.139 ton," kata Muhammad Nasir, di Kendari, Jumat.

Menurut dia, jumlah surplus beras tersebut kebanyakan diserap oleh pedagang atau pengusaha dari luar Sultra seperti Sulsesl dan Jawa Timur dibanding yang diserap oleh Bulog.

"Karena faktanya yang terserap oleh Bulog hanya berkisar 25.000 sampai 30.000 ton per tahun, sehingga lebih banyak yang diantarpulaukan oleh pedagang," katanya.

Artinya kata Nasir, banyak pedagang dari Sulsel yang datang membeli gabah di Sultra, juga termasuk pedagang dari Jawa Timur kemudian diolah menjadi beras dan dijual kembali ke Sultra.

"Sehingga meski pun banyak beras yang didatangkan ke Sultra melalui jalur perdagangan, tetapi pada dasarnya Sultra sudah surplus beras. Beras yang masuk ke daerah itu hal biasa dalam perdagangan. Akan tetapi, secara kuantitas Sultra sudah surplus," katanya.

Disebutkan, luas lahan tanam padi di Sultra yakni 132 ribu hektare yang tersebar di beberapa kabupaten kota, terutama pada daerah sentra produksi padi.

"Hampir semua kabupaten kota di Sultra memproduksi padi, kecuali Kabupaten Wakatobi hanya bisa sebagian padi ladang. Padi ladang juga dikembangkan lebih intens oleh Pemda Buton Utara," katanya.

Pewarta : Suparman
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024