Baubau,  Antara Sultra - Pedagang petasan dan terompet musiman menjelang pergantian tahun 2017 di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, mulai menjamur hampir di setiap titik jalan di daerah itu.

Pantauan Antara, pedagang petasan dan terompet menjajakan jualannya mulai siang hingga malam hari menghiasi hampir setiap titik jalan strategis. Pedagang pun tidak hanya orang dewasa, ada pula anak-anak ikut mencoba mengais rezeki menjelang pergantian tahun 2017.

Salah seorang pedagang,Jufri (40), di Baubau, Kamis mengatakan, usaha berdagang kembang api atau petasan yang dilakoninya tidak setiap hari, tetapi hanya pada saat menjelang tahun baru.

"Sejak beberapa tahun menjelang pergantian tahun saya selalu berdagang petasan. Untungnya pun lumayan untuk tambahan jajan untuk anak-anak," ujar pria yang dikaruniai enam orang anak ini.

Kata dia, omzet penjualannya berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, petasan yang dijualnya tahun ini hanya beromzet kecil karena modal yang dimilikinya juga tidak begitu besar.

"Dulu petasan yang saya jual ada yang harga ratusan hingga jutaan rupiah. Tetapi sekarang karena tidak didukung modal sehingga petasan yang dijual hanya seharga puluhan ribu," katanya, seraya menyebutkan baru dua hari ini mencoba mengais rezeki berjualan petasan.

Dikatakannya, petasan yang diperdagangkannya beraneka ragam. Harganya pun tergantung daya ledakan petasan yang diminati pembeli. Begitu juga, terompet yang terbuat dari kertas dan bahan baku plastik.

"Kalau jenisnya ada juga yang hanya mengeluarkan kembang api tapi tidak bunyi. Dan ada pula petasan yang ledakannya lumayan lantang saat di udara dengan beberapa kali bunyi," katanya.

Dia juga mengatakan, petasan yang dijajakannya diperoleh dari rekannya dengan harga yang lumayan bisa mendapatkan untung saat dijual.

"Sudah beberapa hari ini penjualannya terkadang hanya satu yang laku dalam sehari, karena sudah banyak yang menjual barang ini. Berbeda dengan dulu tidak begitu banyak jadi hasilnya juga lumayan," kata warga Kelurahan Bataraguru.

Pewarta : Yusran
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024