Kendari, Antara Sultra - Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sulawesi Tenggara, Abdul Kadir, mengatakan isu atau paham radikalisme tidak lahir dari pondok pesantren.

"Saya sangat yakin kalau radikalisme yang sedang hangat dibicarakan akhir-akhir ini bukan produk dari pondok pesantren," kata Abdul Kadir, usai mengadiri hari santri tingkat Sultra, di Kendari, Senin.

Alasannya kata Kadir, karena ciri pondok selalu ada kiai, ada masjid yang merupakan basis pengajaran, kemudian mereka menelaah ajaran dari sumbernya yang jelas.

"Sehinga Insya Allah, anak madrasah atau santri yang merupakan produk pesantren benar-nenar belajar dengan baik di pondok sehingga mampu menjadi penganut Islam dan menjadi bagian umat Islam yang rahmatan lilalamiin," katanya.

Menurut Abdul Kadir, lahirnya kelompok yang mengarah ke radikalisme dan cenderung ekstrim itu adalah yang tidak tuntas dalam memahami agamanya.

Abdul kadir mengaku senantiasa berkoordinasi dengan para pengasuh pondok pesantren di daerah itu demi menangkal masuknya ajaran atau paham radikalisme.

"Pondok pesantren saat ini telah mendapat pengakuan dari pemerintah bahwa peran pondok merupakan bagian penting dalam sejarah terbentuknya republik ini. Ini dibuktikan dengan ditetapkan hari santri dan diperingati setiap 22 Oktober," katanya.

Pewarta : Suparman
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024