Kendari, Antara Sultra - Tanaman kemiri jenis tanaman yang tumbuh secara liar maupun dikembangkan masyarakat kini mulai diminati banyak petani di Kabupaten Muna dan Muna Barat Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
"Dulu tanaman yang tumbuh dan berbuah di kawasan hutan bebas itu, buahnya tidak begitu diminati masyarakat setempat, namun setelah para pedagang antarpulau yang datang membeli dengan harga yang menjanjikan barulah diperhatian masyarakat saat panen tiba," kata salah seorang tokoh masyarakat Muna, La Ode Dirun di Kendari, Senin.
Ia mengatakan buah kemiri yang dulunya hanya menjadi permainan musiman bagi anak di desa, kini berubah menjadi primadona dan mata pencaharian tambahan bagi anak-anak setempat saat pulang dari sekolah, karena hargannya bisa membantu ekonomi keluarga.
"Bagi setiap anak yang mencari buah kemiri rata-rata 10-20 kilogram dengan harga kemiri gelondongan Rp3.000-Rp3.5000 per kilogram, maka bisa meraih uang Rp50.000 hingga Rp75.000 sehari," ujarnya.
La ode Dirun yang juga anggota DPRD Muna dari Partai Golkar itu mengaku bahwa komoditi buah kemiri di wilayah Muna maupun di Muna Barat cukup banyak dan pasarannya tidak mengalami kendala, karena begitu ada stok di tingkat petani, langsung dibeli para pedagang antar daerah.
Pengembangan tanaman kemiri di Muna, diakuinya memang belum ada dalam satu kawasan sebagai sentra produksinya karena tumbuhnya secara menyebar di kawasan hutan jati di daerah itu.
"Tanaman kemiri itu merupakan tanaman kehutanan yang tumbuh bersama jenis pohon kehutanan jangka panjang yang tahan terhadap kondisi musim kemarau berkepanjangan," ujaranaya.
Dinas Perkebunan Sultra mencatat harga kemiri gelondongan saat ini dijual dengan Rp3.500 per kilogram di tingkat petani produsen sedangkan pada tingkat pedagang antar daerah mencapai Rp4.500 per kilogram. Sedangkan kemisi kupas (tanpa kulit) kini dijual antara Rp20.000-Rp22.000 per kilogram pada tingkat pedagang pengumpul.
"Dulu tanaman yang tumbuh dan berbuah di kawasan hutan bebas itu, buahnya tidak begitu diminati masyarakat setempat, namun setelah para pedagang antarpulau yang datang membeli dengan harga yang menjanjikan barulah diperhatian masyarakat saat panen tiba," kata salah seorang tokoh masyarakat Muna, La Ode Dirun di Kendari, Senin.
Ia mengatakan buah kemiri yang dulunya hanya menjadi permainan musiman bagi anak di desa, kini berubah menjadi primadona dan mata pencaharian tambahan bagi anak-anak setempat saat pulang dari sekolah, karena hargannya bisa membantu ekonomi keluarga.
"Bagi setiap anak yang mencari buah kemiri rata-rata 10-20 kilogram dengan harga kemiri gelondongan Rp3.000-Rp3.5000 per kilogram, maka bisa meraih uang Rp50.000 hingga Rp75.000 sehari," ujarnya.
La ode Dirun yang juga anggota DPRD Muna dari Partai Golkar itu mengaku bahwa komoditi buah kemiri di wilayah Muna maupun di Muna Barat cukup banyak dan pasarannya tidak mengalami kendala, karena begitu ada stok di tingkat petani, langsung dibeli para pedagang antar daerah.
Pengembangan tanaman kemiri di Muna, diakuinya memang belum ada dalam satu kawasan sebagai sentra produksinya karena tumbuhnya secara menyebar di kawasan hutan jati di daerah itu.
"Tanaman kemiri itu merupakan tanaman kehutanan yang tumbuh bersama jenis pohon kehutanan jangka panjang yang tahan terhadap kondisi musim kemarau berkepanjangan," ujaranaya.
Dinas Perkebunan Sultra mencatat harga kemiri gelondongan saat ini dijual dengan Rp3.500 per kilogram di tingkat petani produsen sedangkan pada tingkat pedagang antar daerah mencapai Rp4.500 per kilogram. Sedangkan kemisi kupas (tanpa kulit) kini dijual antara Rp20.000-Rp22.000 per kilogram pada tingkat pedagang pengumpul.