Kendari (Antara Sultra) - Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Tenggara, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) menggelar dialog kebangsaan dengan melibatkan mantan teroris Ali Fauzi.
Ketua FKPT Provinsi Sultra, H Riha Mady di Kendari, Kamis mengatakan, dihadirkannya Ali Fauzi yang juga saudara Amrozi, otak peristiwa bom Bali itu, bertujuan untuk memberi pencerahan kepada mahasiswa Universitas Haluole (UHO) dan beberapa mahasiswa dari perguruan tinggi lainnya di Kendari terkait pencegahan terorisme di Tanah Air.
"Harapan panitia, dengan menghadirkan Ali Fauzi yang juga hadir sebagai narasumber dalam dialog pencegahan terorisme, mahasiswa sebagai calon generasi penerus bangsa bisa mendapat inspirasi bahwa paham radikalisme dan terorisme tidak bisa dibiarkan dan berkembang di Indonesia," ujarnya.
Sebab, dalam menangkal masuknya radikalisme dan terorisme di Indonesia, sangat dibutuhkan peran seluruh elemen, termasuk para mahasiswa sebagai intelektual yang bila tidak dibekali dengan ilmu, maka akan mudah saja dipengaruhi oleh pihak-pihak lain, yang mungkin saja pemahamannya menyimpang dari ajaran Islam.
Dalam dialog itu, beberapa nara sumber yang ikut ambil bagian dalam acara itu dianataranya Kasubdit Pengawasan BNPT Dr Hj.Andi Intang Dulung yang juga mewakili BNPT pusat, Prof Dr Nasaruddin Umar, MA (Imam besar Masjid Istiqlal), Prof Hilaluddin Hanafi (Guru besar UHO) dan beberapa nara sumber lainnya.
Sebelumnya, Andi Intang Dulung mengatakan, meskipun Sultra termasuk daerah yang dianggap aman dari radikalisme dan terorisme, tetapi juga diperlukan kewaspadaan dan pencegahannya.
"Kewaspadaan terhadap masuknya terorisme harus terus ada, tentunya harus dengan melakukan langkah-langkah pencegahan yang sangat membutuhkan peran seluruhan mahasiswa untuk selalu hadir memberi pemahaman kepada masyarakat baik dilingkungan kampus maupun saat berada tengah-tengah warga masyarakat dan lingkungannya," ujaranya.
Hal lain diungkapkan Prof Nasaruddin Umar bahwa perkembangan Islam di Indonesia dengan beragam mulai dari Islam yang toleran, islam yang moderat diharapkan selalu memberi pemahaman yang positif bagi umat yang mayoritas muslim di Indonesia.
"Walaupun diakui ada kelompok-kelompok kecil Islam itu bukan repsresentatif di Indonesia, sebab Islam di Indonesia adalah mayoritas yang pemahaman sesuai yang diajarkan Allah SWA dan rasul kita Muhammad SAW," ujaranya.
Dialog yang melibatkan sekitar 100 mahasiswa dari Lembaga Dakwah Kampus itu dibuka Wakil Rektor III UHO, Dr Laode Ngkoimani dan dihadiri beberapa pejabat vertikal seperti dari unsur TNI/Polri, Binda, dan mewakili bebertapa pimpinan perguruan tinggi negeri dan swasta di Kendari.
Ketua FKPT Provinsi Sultra, H Riha Mady di Kendari, Kamis mengatakan, dihadirkannya Ali Fauzi yang juga saudara Amrozi, otak peristiwa bom Bali itu, bertujuan untuk memberi pencerahan kepada mahasiswa Universitas Haluole (UHO) dan beberapa mahasiswa dari perguruan tinggi lainnya di Kendari terkait pencegahan terorisme di Tanah Air.
"Harapan panitia, dengan menghadirkan Ali Fauzi yang juga hadir sebagai narasumber dalam dialog pencegahan terorisme, mahasiswa sebagai calon generasi penerus bangsa bisa mendapat inspirasi bahwa paham radikalisme dan terorisme tidak bisa dibiarkan dan berkembang di Indonesia," ujarnya.
Sebab, dalam menangkal masuknya radikalisme dan terorisme di Indonesia, sangat dibutuhkan peran seluruh elemen, termasuk para mahasiswa sebagai intelektual yang bila tidak dibekali dengan ilmu, maka akan mudah saja dipengaruhi oleh pihak-pihak lain, yang mungkin saja pemahamannya menyimpang dari ajaran Islam.
Dalam dialog itu, beberapa nara sumber yang ikut ambil bagian dalam acara itu dianataranya Kasubdit Pengawasan BNPT Dr Hj.Andi Intang Dulung yang juga mewakili BNPT pusat, Prof Dr Nasaruddin Umar, MA (Imam besar Masjid Istiqlal), Prof Hilaluddin Hanafi (Guru besar UHO) dan beberapa nara sumber lainnya.
Sebelumnya, Andi Intang Dulung mengatakan, meskipun Sultra termasuk daerah yang dianggap aman dari radikalisme dan terorisme, tetapi juga diperlukan kewaspadaan dan pencegahannya.
"Kewaspadaan terhadap masuknya terorisme harus terus ada, tentunya harus dengan melakukan langkah-langkah pencegahan yang sangat membutuhkan peran seluruhan mahasiswa untuk selalu hadir memberi pemahaman kepada masyarakat baik dilingkungan kampus maupun saat berada tengah-tengah warga masyarakat dan lingkungannya," ujaranya.
Hal lain diungkapkan Prof Nasaruddin Umar bahwa perkembangan Islam di Indonesia dengan beragam mulai dari Islam yang toleran, islam yang moderat diharapkan selalu memberi pemahaman yang positif bagi umat yang mayoritas muslim di Indonesia.
"Walaupun diakui ada kelompok-kelompok kecil Islam itu bukan repsresentatif di Indonesia, sebab Islam di Indonesia adalah mayoritas yang pemahaman sesuai yang diajarkan Allah SWA dan rasul kita Muhammad SAW," ujaranya.
Dialog yang melibatkan sekitar 100 mahasiswa dari Lembaga Dakwah Kampus itu dibuka Wakil Rektor III UHO, Dr Laode Ngkoimani dan dihadiri beberapa pejabat vertikal seperti dari unsur TNI/Polri, Binda, dan mewakili bebertapa pimpinan perguruan tinggi negeri dan swasta di Kendari.