Kendari (Antara Sultra) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, saat ini mengembangkan komoditi tanaman singkong gajah di beberapa daerah sebagai komoditi primadona.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Sultra Muhammad Nasir, di Kendari, Minggu mengatakan, saat ini terdapat 10 kabupaten di Sultra yang sudah mulai mengembangkan singkong gajah.
"Sepuluh daerah itu adalah Kabupaten Kolaka, Kolaka Timur (Koltim), Konawe Utara (Konut), Konawe Selatan (Konsel), Konawe Kepulauan (Konkep), Konawe, Muna, Muna Barat (Mubar), Buton Utara (Butur), dan Bombana," katanya.
Ia mengatakan, dalam mengembangkan singkong gajah masing-masing daerah itu mendapat dukungan dari perbankan dalam hal ini Bank Sultra.
"Luasan tanam masing-masing daerah berbeda dengan menggunakan lahan tidur warga dalam pengembangan komoditi singkong gajah tersebut," katanya.
Menurut Nasir, ada daerah yang memulai menanam seluas 50 hektare sampai ratusan hektare untuk pengembangan singkong gajah tersebut.
"Untuk pengembangan singkong gajah kedepan, nantinya pengolahannya akan dilakukan sendiri oleh masyarakat dengan bentuk home industri. Artinya, bahan baku tidak dikirim ke luar daerah, namun akan kelola oleh kelompok-kelompok home industri yang ada di desa sekitar perkebunan tersebut," katanya.
Nasir yakin tanaman singkong gajah akan menjadi salah satu komoditi primadona bagi warga atau petanin di daerah itu karena memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan.
"Intinya petani harus serius mengembangkan tanaman ini. Pemerintah akan selalu membantu dan memfasilitasi petani dalam mengembangkan tanaman itu," katanya.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Sultra Muhammad Nasir, di Kendari, Minggu mengatakan, saat ini terdapat 10 kabupaten di Sultra yang sudah mulai mengembangkan singkong gajah.
"Sepuluh daerah itu adalah Kabupaten Kolaka, Kolaka Timur (Koltim), Konawe Utara (Konut), Konawe Selatan (Konsel), Konawe Kepulauan (Konkep), Konawe, Muna, Muna Barat (Mubar), Buton Utara (Butur), dan Bombana," katanya.
Ia mengatakan, dalam mengembangkan singkong gajah masing-masing daerah itu mendapat dukungan dari perbankan dalam hal ini Bank Sultra.
"Luasan tanam masing-masing daerah berbeda dengan menggunakan lahan tidur warga dalam pengembangan komoditi singkong gajah tersebut," katanya.
Menurut Nasir, ada daerah yang memulai menanam seluas 50 hektare sampai ratusan hektare untuk pengembangan singkong gajah tersebut.
"Untuk pengembangan singkong gajah kedepan, nantinya pengolahannya akan dilakukan sendiri oleh masyarakat dengan bentuk home industri. Artinya, bahan baku tidak dikirim ke luar daerah, namun akan kelola oleh kelompok-kelompok home industri yang ada di desa sekitar perkebunan tersebut," katanya.
Nasir yakin tanaman singkong gajah akan menjadi salah satu komoditi primadona bagi warga atau petanin di daerah itu karena memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan.
"Intinya petani harus serius mengembangkan tanaman ini. Pemerintah akan selalu membantu dan memfasilitasi petani dalam mengembangkan tanaman itu," katanya.