Kupang (Antara News) - Tim Rukyat Hilal Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Waingapu, Nusa Tenggara Timur (NTT) berhasil memecahkan rekor dunia dalam pengamatan Hilal.
"Hasil pengamatan Tim Rukyat Hilal Stasiun Geofisika Waingapu memecahkan rekor dunia untuk Sub Kategori Smallest Ellongation pada Kategori Ordinari Imaging, yang sebelumnya dipegang oleh Tim Stasiun Geofisika Gowa," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Klas I Kupang Sumawan di Kupang, Jumat.
Adapun rekor dunia untuk sub kategori Umur Termuda (Youngest Age) pada kategori Ordinari Imaging masih dipegang oleh Tim Stasiun Geofisika Gowa BMKG.
Pada Senin, (31/10) 2016, telah dilaksanakan Rukyat Hilal Penentu Awal Safar 1438 H oleh Tim Rukyat Hilal BMKG di 17 lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dari sejumlah lokasi pengamatan yang dilakukan tersebut, Hilal berhasil teramati dari Pero Konda, Bondo Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT. Hilal tersebut teramati pada pukul 18:08:53 WITA - 18:14:18 WITA.
Berdasarkan perhitungan, pada saat matahari terbenam di lokasi pengamatan, tinggi Hilal (dari horison) yang teramati tersebut adalah 6,21°, elongasinya (jarak sudut pusat piringan bulan dan pusat piringan matahari) adalah 7,89°.
Umur bulannya (selisih waktu terbenam matahari dengan waktu terjadinya konjungsi) adalah 16,39 jam, lagnya (selisih waktu terbenam bulan dengan waktu terbenam matahari) adalah 30 menit, dan fraksi illuminasi bulannya (perbandingan antara luas piringan bulan yang tercahayai matahari dengan luas seluruh piringan bulan) adalah 0,48 persen, katanya menjelaskan.
Saat dibandingkan dengan rekor-rekor dunia dalam pengamatan Hilal, hasil pengamatan Tim Rukyat Hilal Stasiun Geofisika Waingapu BMKG tersebut memecahkan rekor dunia.
"Citra Hilal Penentu Awal Safar 1438 H yang teramati (ditunjukkan oleh anak panah) dari Pero Konda, Bondo Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT pada 31 Oktober 2016," katanya menambahkan.