Baubau (Antara News) - Pangdam VII Wirabuana Mayjen TNI Agus Surya Bakti mengatakan paham radikalisme yang dianut seseorang harus diwaspadai dan dicegah lebih dini oleh anggota TNI di Sulawesi Tenggara (Sultra).

"Saat ini Korem dan Kodam meningkatkan deteksi pencegahan dini dan koordinasi, sebab petempur-petempur dari asing menjadi perhatian utama di Sultra karena kita tahu daerah ini berhubungan dengan daerah yang cukup rawan seperti Poso (Sulawesi Tengah)," katanya kepada wartawan saat melakukan kunjungan kerja di Baubau, Provinsi Sultra, Kamis.

"Kemudian kondisi geografis dan kondisi sosial masyarakat kita melihat banyak bibit-bibit pergerakan itu, sehingga harus mencegah pahamnya karena lebih berbahaya," ujarnya lagi.

Menurut dia, mengatasi radikalisme harus melihat proses sebelumnya yang tidak bersifat radikal berubah menjadi radikal karena terorisme atau aksi teror itu ujung-ujungnya terjadi bom atau penembakan yang mengarah pada pembunuhan orang.

"Jadi melihat tingkatnya masih dalam pengawasan dan monitoring kita, namun itu harus dicegah lebih dini pahamnya karena lebih berbahaya," kata Agus.

Ia juga mengatakan perkembangan tentang radikalisme atau terorisme yang dikaitkan dengan kekalahan ISIS di Suriah yang kemudian berekses pada orang-orang Indonesia yang ada di sana merupakan perhatian yang serius oleh pemerintah.

"Orang-orang yang sudah kita identifikasi berasal dari Sultra yang berangkat ke sana dan rasa membela atau keyakinan dengan mereka itu yang kami waspadai," ujarnya.

Sultra yang memiliki pintu masuk melalui pelabuhan laut, kata dia, pihaknya terus melakukan pengetatan pengawasan agar hal itu jangan sampai menjadi pintu masuk senjata dan bahan peledak amunisi serta obat-obatan narkoba.

"Karena obat-obatan itu dapat membakar orang-orang untuk sebagai perangsang awal untuk berani melakukan kejahatan dan meledekan, sehingga barang-barang seperti itu yang kita waspadai bersama kepolisian untuk membantu mendeteksi," katanya.

Oleh karena itu, Pangdam mengintruksikan Bhabinsa dan Koramil agar berusaha merangkul semua pihak untuk bersama-sama mendeteksi dan mencegah paham radikalisme itu.

"Kalau ada orang yang kata-katanya keras kita waspadai, walaupun memang negara kita demokrasi boleh-boleh saja berpikiran keras, tapi jangan melakukan kekerasan," ujarnya.

Pewarta : Yusran
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024